Ketika kamu menyelamatkanku
🎨🎨🎨
Kala POV
Tahun Keempat KuliahHari demi hari gue isi dengan bolak balik club-rumah demi menyelesaikan patung ini dalam waktu kurang dari 3 minggu lagi. Sayangnya gue ngga bisa fokus kalo ada Velov di samping gue yang terus menerus menatap gue mengerjakan patung. Alhasil gue selalu datang ke club saat dia sedang kelas dan sore hari saat dia pergi kerja part time. Ya, Velov yang hampir setiap hari ke club membuat gue hapal jadwalnya. Dan detik ini dia harusnya sedang ada kelas.
Gue melenggang masuk ke club dan mulai membuka laptop gue. Kerangka dasar patung gue udah hampir kelar dan sekarang masuk ke bagian sulitnya, detail patung. Gue membaca ulang skripsi gue dan mencoba mengingat setiap tahapnya. Saking seriusnya gue sampe ngga sadar kalo Velov sudah berdiri di samping gue.
Gue sedikit kaget karena seharusnya Velov lagi kelas. Gue berusaha menutupi kekagetan gue dengan memulai tahapan pendetailan patung.Hampir setengah jam berlalu tiba-tiba terdengar dering ponsel. Velov mengeluarkan ponselnya dan berjalan menjauhi gue. Gue yang lumayan kepo sesekali melirik Velov. Dia terlihat mengedarkan pandangannya ke sekeliling club lalu berhenti dan menggerakkan tangannya seolah mengusir orang sambil menatap jendela club. Ada seorang cewek disana, berdiri dengan sebelah tangannya memegang ponsel di telinga sambil tersenyum.
Gue menghentikan pekerjaan gue dan berjalan keluar club. Gue ngga sempat sarapan dan cacing di perut gue udah mulai konser. Gue berjalan pelan melewati Velov agar tak menimbulkan suara dan segera berlari menuju kantin.
***
Udah sebulan dan patung gue baru kelar setengahnya. Gue jadi panik dan memutuskan untuk mengesampingkan perasaan gue. Asal kalian tau, selama ini gue jarang banget, bahkan bisa diitung jari ketemu Velov di club. Gue sengaja, karena berada satu ruangan dengan dia, duduk dengan jarak super dekat, ditatap terus-terusan sangat mengganggu kesehatan jantung gue. Makanya gue sengaja pura-pura mengabaikannya dan memilih mengerjakan patung gue saat Velov sudah pergi.
Tapi sepertinya hari ini gue kecolongan lagi. Saat gue membuka pintu, terlihat Ve di meja sambil merebahkan kepalanya. Gue perlahan mendekat, berjongkok dan menatap Velov yang terlelap dalam damai.
Cantik, batin gue.
Gue menatap Velov lama kemudian membuka jaket yang gue pakai dan menyampirkannya di bahu Velov.
Gu berdiri dan mulai meneruskan pekerjaan yang Velov lakukan dengan sangat hati-hati agar tak membuat suara yang dapat membangunkannya. Satu jam berlalu gue pun kelar. Gue kembali menatap Velov yang masih tertidur nyenyak sebentar lalu keluar dari club tanpa suara.
***
Karena masih panik, gue akhirnya pergi ke club pagi banget dan kembali meneruskan pekerjaan gue. Lagi, gue yang kalo udah fokus bakal ngga sadar dengan keadaan sekitar, tak terganggu sedikitpun dengan tatapan Velov yang sudah berlangsung sekitar 10 menit.
"Nih," ucapnya seraya memberikan semacam totebag saat gue hendak berpindah posisi.
"Udah gue cuci kok," sambungnya.
Gue menatap totebag itu sejenak dan kembali dengan pekerjaan gue. Tiba-tiba Velov tertawa mendengar bunyi keroncongan yang tentunya berasal dari perut gue.
"Nih, makan dulu," ucapnya lagi menyodorkan sekotak makanan.
Gue menatap kotak itu yang dengan kurang ajarnya mengeluarkan bau bau sedap. Oke, gue nyerah. Kalo urusan makan sih gue gaakan nolak. Gue beranjak ke westafel dan mencuci tangan gue lalu menerima makanan dari Velov. Dan gue menyadari setelah makanan itu ludes tak bersisa, dengan tidak sopannya gue lupa menawari Velov yang cuma ngeliatin gue makan sambil senyam-senyum.
"Thanks," ucap gue sok cool lalu berjalan cepat keluar club, malu.
***
Akhirnya patung gue selesai dalam waktu 6 minggu. Kebahagiaan gue lenyap seketika saat melihat jadwal pendaftaran seminar yang sudah lewat 3 hari. Gue segera mencetak draft seminar gue dan menuju gedung fakultas gue. Gue berhenti di depang ruang tata usaha dan mengobrol, tepatnya memohon oada Pak Robi, kepala TU.
"Maaf, ini sudah lewat 3 hari dari masa pendaftaran," ucap Pak Robi.
"Pak saya mohon izinin saya daftar seminar, ini pak draft saya juga sudah jadi," jawab gue memelas sambil memberikan draft seminar.
"Saya hanya mengikuti aturan, kamu bisa mendaftar di batch berikutnya," ucapnya lagi lalu masuk ke dalam ruangan.
"Pak...Pak saya mohon Pak," pinta gue sambil mengetuk-ngetuk pintu frustasi.
Berkali-kali gue mengetuk pintu itu, mulai dari sangat sopan hingga emosi karena masih tak ada respon. Gue akhirnya pergi juga dari sana dan kembali ke club. Gue membanting draft ke meja dengan kesal. Gak lama setelah gue melampiaskan amarah, ponsel gue berbunyi dan menampilkan nama Pak Robi disana. Gue segera mengangkat panggilan itu.
"Kala, bawa draft kamu kesini sekarang"
Gue yang bingung dan tidak percaya dengan perkataan Pak Robi cuma diam. Kemudian seperti baru tersadar maksud Pak Robi, gue segera berlari kembali ke TU dengan bahagia.
"Saya tunggu"
"Baik Pak, saya kesana sekarang"
***
Karena gue yang telat mendaftar, akhirnya hanya punya 3 hari saja untuk mempersiapkan seminar gue. Dan hari ini pun tiba. Gue dengan penampilan rapi, memakai jas, segera masuk saat nama gue dipanggil. Terlihat patung gue sudah terpajang rapi di salah satu meja. Gue memulai presentasi dengan yakin dan menjelaskan setiap detail patung gue dengan rinci. Semua pertanyaan penguji pun gue babat habis. Gue keluar ruangan dengan sangat lega. Tadi presentasi dan patung gue mendapat banyak pujian, terlebih lagi gue berhasil mendapat nilai A.
🎨🎨🎨
Apakah masih pada setia ngikutin kisah mereka nih?
Lanjut yuk lanjut
Vote dan komen tetep lanjut juga ya 😁Let's scroll or flip your page
See ya 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
VELOV (Kala Senja Menyapa)
Teen Fiction"Saya terima nikahnya......" "Bagaimana semuanya, sah? sah?" "TIDAK SAH," ucap Ve berteriak memasuki gedung pernikahan dengan foto Kala dan seorang perempuan di pintu depan, semua mata seketika tertuju pada Ve. Ve tiba-tiba terbangun karena mimpi an...