Accept and lose.
____________
KURSOR pada tampilan pesan chat itu masih berkedap-kedip. Sedari tadi aku hanya memandangi tulisan type a massage disana tanpa ada satu kata pun yang behasil kuketik. Sesekali tulisan online terlihat di bawah namanya. Sebenarnya perkataan Athaya tentang memberi kesempatan pada Kak Syam waktu itu sedikit merubah pola pikirku. Tentang memberi kesempatan pada diri sendiri untuk tidak terluka dikemudian hari.
Ditambah ketika mendengar perkataan Bang Abil yang bilang kalau dia akan menikahi Kak Hasna setelah aku menikah, itu sangat menganggu pikiranku. Akhirnya aku mengambil keputusan bahwa aku akan mengizinkan Kak Syam untuk datang ke rumah dan bertemu dengan Ayah. Apakah hanya karena dua hal itu aku berubah pikiran? Of course not.
Pernah memikirkan kenapa orang-orang lebih suka menyimpan hartanya atau berinvestasi dalam bentuk tanah, dibandingkan uang? Jawabannya adalah karena semakin lama harga tanah semakin mahal. Di dunia ini manusia semakin banyak, tapi luas bumi tidak berubah. Itulah kenapa tanah menjadi lebih berharga dibandingkan uang. Semua itu kupelajari saat mulai paham bagaimana perusahaan property bekerja.
Yang paling menakjubkan adalah Allah telah menciptakan manusia dari tanah juga. Namun kita kerap kali lupa betapa berharganya diri kita sendiri. Semua yang ada di dalam tubuh kita, bahkan hanya sehelai rambut saja, itu mahal. Jika sehelai rambut saja sangat berharga, apalagi organ sebesar hati, kan? So love yourself first, before loving someone else.
Let's say that I'm selfish, because it's true. Karena aku lebih memilih orang yang kusukai dibandingkan teman, tapi aku tetap akan meminta maaf pada Najwa dan mencoba memperbaiki semuanya. Itulah caraku belajar menyayangi diri sendiri, sebelum aku menyayangi orang-orang disekitarku.
"Next saturday, ba'da isya," ketikku terakhir. Aku sudah mengetikan alamat lengkapku dan waktu yang pas untuk Kak Syam datang ke rumah. Hanya tinggal menyentuh satu icon dan dia akan tahu kalau aku menerimanya.
Send.
Pesan itu terkirim dengan ceklis dua yang menandakan sudah sampai namun belum terbaca. Ada rasa lega sekaligus rasa cemas bersamaan setelah itu. Perasaan dimana aku masih memikirkan Najwa, memikirkan apa yang dia rasakan dan bagaimana kedepannya setelah tahap ini kulalui. Kecemasan-kecemasan yang sebenarnya tidak perlu kucemaskan.
Tiba-tiba aku mendapat satu panggilan masuk. Bukan nama Kak Syam yang muncul di layar itu, melainkan nama Athaya Khalil Adnan Adyatama. Aku sengaja merename nama kontaknya dengan nama lengkap, agar kejadian salah melihat nama seperti waktu itu tidak terulang lagi. Spontan aku menatap ke arah ruangannya. Untuk apa pria itu menghubungiku lewat handphone padahal ada telepon kantor di depannya?
Konyolnya sekarang dia sedang memandang ke arahku, menyender pada sandaran kursi dengan handphone yang menempel di telinga kirinya, dia memberiku intruksi untuk mejawab panggilannya. Minggu lalu beberapa bagian di lantai dua puluh memang mulai direnovasi. Banyak bagian yang diubah dan salah satunya adalah jendela ruangannya Athaya. Yang asalnya hanya setengah bagian, kini jadi semuannya dibuat dari kaca.
Ini agenda lama sebenarnya, dan lantai-lantai di bawah sudah lebih dulu di renovasi. Ada plus-minus dari renovasi itu. Plusnya adalah Athaya benar-benar tidak bisa membawa tamu perempuan lagi ke dalam kantor, karena seluruh penjuru ruangannya bisa terlihat dari luar. Sementara minusnya adalah Athaya jadi bisa memperhatikan apapun yang kulakukan dari dalam. This effin' sucks, doesn't it?
"Hari ini pertemuan terakhir bareng Tim Arsitektur sama Tim Kontruksi mengenai proyek pemerintah itu. Mereka ngajakin kita untuk makan siang bareng timnya habis bubar shalat jum'at nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAF ✔
Roman d'amour(Sudah terbit, bagian tidak lengkap.) "Satu shaf shalat dibelakangnya adalah mimpi buruk." Kalimat itu sudah cukup bagi Shafira untuk menggambarkan bagaimana kehidupannnya setelah bertemu dengan seorang Athaya Khalil Adnan. [Spiritual-⚠Romance Act] ...