REY & SYANIN - PROLOG

15.4K 866 228
                                    

Hallo!~

Sebelum baca, aku tanya dong, kalian tau cerita ini dari mana?!

By the way, enjoy the story^^

***

Hari ini adalah hari Senin. Ketika semua orang membenci Senin, Syanin malah menyukainya. Kenapa? Karena, setiap hari Senin ia bisa bersantai.

Pada hari Senin, Syanin hanya ada satu mata kuliah di pukul 10, yang berarti ia dapat tidur lagi setelah sholat Subuh dan bangun agak siangan. Sehabis kuliah, perempuan itu juga bisa kembali tidur atau bahkan nongkrong bersama teman-temannya.

Syanin akan selalu menampilkan senyum paling menawan setiap hari Senin saat masuk, serta keluar dari ruang kuliah.

Syanin Daffilyana Alden, ia adalah mahasiswa kedokteran di salah satu universitas terbaik di Bandung. Kalau kalian bertanya-tanya kenapa diawal dikatakan bahwa ia bisa bersantai, Syanin santai hanya pada hari Senin. Di kemudian hari, dia akan menjadi orang paling sibuk karena tugas kuliahnya yang selalu menumpuk.

Bahkan, hari Minggu pun, Syanin hanya akan menetap di dalam kamar untuk mengerjakan tugas, kecuali jika ayah dan mama-nya sudah bersuara, "Kak, istirahat dulu. Tugasnya dikerjain nanti lagi." Syanin tidak bisa membantah, bahkan ia senang.

Ya, Syanin menyebut kedua orang tuanya dengan panggilan ayah dan mana. Kedua orang tuanya adalah dokter, mereka bekerja di rumah sakit yang sama. Suryoto Alden dan Andria Alden.

Terkadang Syanin cemburu melihat kedua orang tuanya yang selalu bisa bersama di manapun.

Pernah saat pulang kuliah Syanin mampir ke rumah sakit untuk memberi bekal yang sudah ia masak untuk mereka—karena malamnya mereka tidak pulang, harus berjaga di rumah sakit—dan ketika sampai, dia mendengar Suryo yang sedang menyapa pasien sambil memperkenalkan istrinya.

"Perkenalkan, Pak. Ini adalah istri saya tercinta." Senyum ayahnya mengembang. Syanin yang mendengar dari jauh pun mengembangkan senyumnya melihat Andria—sang mama tertawa.

Syanin adalah anak pertama dari tiga bersaudara, kedua adiknya laki-laki. Hal itu membuatnya merasa tidak punya kubu di rumah karena kedua adiknya selalu punya 'dunia laki-lakinya' sendiri.

Tetapi, mereka juga sangat dekat. Adiknya akan selalu menuruti apa yang Syanin minta, meskipun kadang sedikit membantah terlebih dahulu.

Nama adiknya adalah Yoga Daffalyan Alden dan Alex Daffalyan Alden. Tidak, mereka tidak kembar, nama tersebut diberi orang tuanya sebagai nama khas keluarga mereka, entah apa artinya. Sekarang umur Syanin 20 tahun, adiknya yang pertama 18 tahun dan si bungsu berumur 16 tahun.

***

Jam menunjukkan pukul 11:50 yang berarti kuliah hari ini sudah berakhir. Syanin berjalan keluar kelas bersama ketiga temannya, yaitu Ify, Putri dan Dhara menuju ke parkiran mobil.

Ketika mereka berempat masuk ke dalam mobil Syanin, gadis itu baru menyadari kalau ia sudah melewati beberapa panggilan yang masuk ke ponselnya hari ini.

24 missed calls from Dad.

Syanin mengerutkan keningnya, tumben ayahnya menelepon sebanyak ini? Apakah ada hal yang penting sekali? Mengabaikan ocehan teman-temannya, Syanin segera menelepon balik. Dia sangat penasaran hal mendesak apa yang membuat Suryo—ayahnya menelepon sebanyak ini.

Calling Dad ....

Baru dering pertama, suara ayahnya langsung terdengar. "Kak, di mana?"

"Kenapa, Ayah? Syanin baru selesai kuliah, sekarang mau pergi sama teman-teman."

"No, kamu harus ke rumah sakit sekarang."

Kening Syanin makin mengkerut.

"Siapa yang sakit, Ayah? Mama baik-baik aja?"

"Ya, Mama baik-baik saja. Tapi, Abang tidak baik-baik saja."

"Abang? Rey maksud Ayah?" Ketika mendengar nama Rey, ketiga teman Syanin menghentikan obrolan mereka dan berusaha menguping pembicaraan gadis itu dengan orang di telepon.

"Rey butuh kamu, Syanin. Tadi subuh Tara—Ayah Rey masuk rumah sakit dan ketika Ayah menelepon kamu, Tara sudah meninggal."

"Aku kesana sekarang, Ayah."

Syanin menoleh kepada ketiga temannya, ia merasa bersalah karena harus membatalkan janji lagi kali ini dan penyebabnya adalah orang yang sama.

"Guys, I have to go. Sorry. Kali ini benar-benar mendesak, rumah sakit."

Teman-temannya mengerti, jika menyangkut tentang rumah sakit sudah dipastikan hal itu sangat mendesak. Mereka turun dari mobil Syanin, membuat gadis itu langsung melajukan mobilnya menuju ke tempat orang tuanya bekerja karena di situlah Rey berada.

***

Syanin turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa tepat di depan lobby rumah sakit. Lalu, ia memberikan kunci mobilnya kepada satpam yang ada disana karena mereka sudah saling mengenal. Satpam disana tahu siapa Syanin karena orang tuanya bekerja di rumah sakit itu.

Syanin berlari menuju ruang kerja Suryo sambil menahan air mata, sampai kemudian ia melihat pintu di sebelah kanan lorong yang bertuliskan dr. Suryoto Alden. Tanpa menggu lama, Syanin langsung membuka pintu dan masuk ke ruang kerja ayahnya, ternyata di dalam sana ada seorang pasien.

"Sorry, Ayah, bagaimana Rey?"

"Dia di depan ruang rawat anggrek, kamu ke sana aja ya, Kak. Nanti Ayah susul."

Syanin keluar dari ruangan tersebut, ia langsung menuju ke tempat yang disebutkan ayahnya barusan. Dari kejauhan, Syanin bisa melihat seseorang yang sedang duduk di sebuah kursi panjang dengan kedua temannya, Redho dan Ariel yang sudah dikenal olehnya.

Orang itu adalah Reynova Bimantara, orang yang sudah 10 tahun ini Syanin kenal, orang yang tidak akan pernah meninggalkannya.

Syanin meneteskan air matanya melihat Rey sehancur itu. Syanin tahu sekarang Rey sedang berusaha terlihat kuat di depan kedua temannya, padahal hatinya sangat hancur.

Rey adalah anak tunggal, ia tidak punya saudara kandung lagi, oleh karena itu dia sangat dekat dengan ayahnya. Ayahnya sudah seperti sahabat bagi Rey. Rey akan menceritakan apapun kepada ayahnya itu.

Syanin mengenal baik keluarga Rey, begitu pula Rey mengenal baik keluarga Syanin. Orang tua Syanin sering menitipkannya dan adik-adiknya kepada Rey, serta keluarga lelaki tersebut.

Saat melihat Rey semakin menundukkan wajahnya, Syanin segera mendekat.

"Abang." Teman-teman Rey langsung berdiri dan memberi ruang untuk Syanin duduk di sebelah Rey.

"Are you okay?"

"I'm here for you."

Rey masih tidak menjawab.

"You need my hug."

Rey langsung menangis sekencang-kencangnya di pundak gadis itu.

"Sorry, I'm late."

"Abang, kapanpun kamu butuh aku. I will be there for you. Selayaknya kamu yang selalu ada untukku. Aku beruntung punya kamu di hidup aku."

Rey & Syanin (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang