REY & SYANIN - PART 5

4.7K 542 125
                                    

Vania sudah sangat heboh pagi ini bahkan sebelum alarm Rey untuk bangun berbunyi. Dia sibuk menanyakan menu apa yang seharusnya ia masak untuk bekal Syanin yang akan dibawakan Rey.

Rey terpaksa bangun dengan setengah hati sambil merutuk dan memberi tahu menu makanan favorite Syanin—si anak kesayangan Vania, ibunya.

Hari ini tepat seminggu Syanin tidak menghubunginya sama sekali, biasanya sesibuk apapun perempuan itu, ia tidak akan bisa lepas dari seorang Rey.

Rey beranjak dari kasurnya dan membersihkan diri untuk bersiap menuju kampus. Setelah bersiap, Rey langsung ke meja makan untuk sarapan.

Di sana, ia melihat ibunya sudah duduk di salah satu kursi yang melingkari meja makan tersebut sembari menunggu kedatangan Rey untuk bergabung.

"Bang, itu bekalnya jangan lupa dibawa, ya." Tunjuk Vania ke kotak bekal yang berada di sudut meja.

"Hm." Rey menyahut malas tanpa menoleh sambil menyantap sarapannya.

"Salamin sama Syanin. Bilang, kalau ada waktu jangan lupa datang ke sini."

"Kenapa sih, Bu, nyari Syanin melulu?" tanya Rey sedikit kesal.

"Emangnya kenapa? Ibu sayang sama dia, orangnya seru, bikin ramai," ucap Vania sambil tersenyum.

Rey berdiri setelah selesai sarapan, ia meletakkan piring kotor ke tempatnya, lalu pamit pada Vania untuk berangkat ke kampus.

Rey sudah malas menjawab perkataan ibunya. Ia tidak akan pernah menang jika sudah berdebat dengan ibunya tentang Syanin, karena wanita paruh baya tersebut sangat menyayangi gadis itu.

***

Mungkin ini sudah kali ke puluhan Rey keluar dan masuk dari ruangan dosen pembimbingnya.

Mumpung Pak Dosen ada, nggak pa-pa lah gue revisi terus hari ini sampai acc. Batin Rey.

Rey kemudian menuju ke tempat foto copy yang ada di sekret BEM fakultas ilmu komputer untuk mencetak kembali skripsinya yang barusan ia revisi, hingga akhirnya dia sadar bahwa telah melupakan sesuatu yang membuatnya terancam jika diketahui ibunya kalau dirinya lalai.

Rey melihat jam yang ada di tangan kanannya. Jam menunjukkan pukul tiga sore, sedangkan Rey belum memberikan bekal Syanin.

Mati gue. Syanin udah makan belum, ya?

Seketika Rey melupakan skripsinya dan berlari menuju mobil hitamnya. Di parkiran, ia bertemu dengan Ariel.

Ariel memanggilnya, membuat Rey menoleh jengkel. Pasalnya sekarang ia sedang buru-buru. "Apaan?"

"Ya ampun, biasa aja kali," sahut Ariel.

"Buruan deh, kenapa?"

"Udah 'kan ngurus skripsi? Ngumpul yuk," ajak Ariel tanpa menyadari kalau Rey sedang terburu-buru.

"Nggak bisa, mau ke Syanin. Penting." Rey masuk ke dalam mobil, kemudian ia segera melajukan mobilnya ke arah fakultas kedokteran, ke tempat perempuan menyebalkan itu.

"Ya, semua orang tahu dia penting buat lo. Lo aja yang nggak pernah mau ngaku," gumam Ariel setelah Rey menghilang dari pandangannya.

***

"Baiklah, kuliah hari ini cukup sampai di sini. Kita lanjutkan minggu depan, terima kasih." Suara dosen Syanin menginterupsi kelasnya.

"Terima kasih, Prof."

Ketika dosennya berjalan meninggalkan ruangan, Syanin dan teman-temannya segera menuju ke luar kelas untuk melakukan persiapan lomba, serta penutupan acara karena ini adalah hari terakhir.

Rey & Syanin (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang