REY & SYANIN - PART 26

3.5K 354 78
                                    

Hallo semuanya, sebelum kalian baca part ini, ada yang mau aku kasih tahu dulu yaa ke kalian hehe

Jadi, kenapa aku update hari ini, karena aku ganti jadwal updatenya. Cerita ini akan aku update setiap hari rabu, soalnya cerita ini udh selesai aku tulis sampai tamat bgt. Sedangkan cerita RALINE akan aku update setiap hari minggu, nah cerita aku yg kedua ini belum selesai ditulis. Minggu depan aku udh mulai aktif kuliah, jadi aku cmn bisa nulis di akhir pekan.

Sekian pembuka dari aku, selamat membaca! Jangan lupa tinggalin jejak ya❤️

Dan, jangan lupa follow instagram reyandsyanin.story biar nggak ketinggalan kalau ada update terbaru dari aku. Terimakasii

***

"Kamu mau makan apa, Sayang?" tanya wanita itu pada pacarnya yang sekarang duduk di seberangnya.

"Aku minum aja. Nggak laper." Wanita itu mengangguk, sudah biasa.

Saat wanita itu sedang sibuk menyebutkan pesanannya pada pelayan yang ada di restoran tersebut, ponsel pacarnya berbunyi menandakan panggilan masuk. Wanita itu melirik sebentar, melihat pacarnya yang langsung mengangkat panggilan di ponselnya.

"Hallo? Kenapa, Ga?" tanya Rey.

"Abang dimana?" tanya Yoga, orang yang menelepon Rey. "Aku bisa minta tolong nggak?"

"Tolong kenapa?"

"Kak Syanin barusan nangis-nangis telfon aku, katanya sakit banget perutnya. Terus dia minta aku pulang dan anterin dia ke dokter karena di rumah lagi nggak ada orang, tapi aku lagi ada try out di tempat les."

"Kayaknya magh dia kambuh, Bang. Bisa tolong lihatin ke rumah nggak?" lanjut Yoga.

"Gue kesana sekarang." Rey segera mengambil dompet dan kunci mobilnya yang terletak diatas meja tersebut, kemudian menoleh pada Lily, pacarnya yang menatap bingung setelah selesai menyebutkan pesanannya pada pelayan.

"Aku ke Syanin dulu, magh dia kambuh," jelas Rey. "Di rumahnya nggak ada orang."

Saat Rey akan berdiri dari duduknya, akhirnya Lily membuka suara, "Kalau kamu pergi, kita putus."

Kalimat itu keluar dengan sendirinya dari mulut Lily dan karena kalimat tersebut Lily jadi merutuki dirinya sendiri setelah itu. Dia sebenarnya tidak bermaksud egois, hanya saja mungkin saat itu ia sedang terbawa emosi. Hal ini tidak terjadi sekali atau dua kali selama mereka berpacaran. Lily sudah lelah dengan Rey yang selalu seperti itu padanya, meninggalkannya karena urusan Syanin lebih penting bagi Rey.

Mendengar ucapan Lily, Rey menatap wanita itu tajam. Lalu kembali duduk di bangkunya tadi. Rey diam, membuat Lily merasa sangat bodoh karena sudah mengeluarkan kalimat tersebut. Selama menunggu Rey untuk berbicara, Lily hanya mengamati pacarnya itu sibuk dengan ponselnya dan menelepon seseorang.

"Bi, ini Rey. Tolong kasihin obat magh Syanin yang ada di kotak di atas kulkas ya," ujar Rey, ternyata laki-laki itu menelepon asisten rumah tangga Syanin. "Sementara untuk redahin rasa sakitnya dulu, sebentar lagi Rey kesana bawain makanan."

"Pasti Syanin nggak makan seharian," lanjutnya.

Setelah orang yang diteleponnya mengiyakan perkataan Rey, Rey langsung mematikan panggilannya dan menatap Lily, tidak setajam tadi.

"Aku udah bilang, Lily. Tolong ngerti aku. Syanin penting banget buat aku."

Rey menghela napasnya. "Karena kamu ungkit putus, aku jadi mau ngomongin semuanya. Tolong dengerin baik-baik." Ucapan Rey mampu membuat Lily bungkam.

Rey & Syanin (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang