Matahari sudah hampir terbenam ketika Syanin baru saja mendaratkan bokongnya di sofa ruang keluarga rumahnya, disana ada kedua adiknya.
Yoga sedang sibuk memperdalam materi untuk persiapan ujian tulis PTN, sedangkan Alex mengerjakan tugas sekolahnya untuk presentasi minggu depan. Syanin hanya memperhatikan mereka karena masih lelah, ia tidak berniat membuka suara.
Saat Syanin mengangkat kakinya untuk merebahkan diri di salah satu sofa, lagi-lagi ponselnya berbunyi. Kali ini panggilan masuk, bukan pesan seperti sebelumnya. Ketika melihat nama kontak penelepon itu, Syanin memilih tidak peduli dan langsung memejamkan matanya.
"Kak, berisik tahu nggak?" omel Yoga yang masih sibuk dengan buku tebalnya, tanpa menoleh pada Syanin. "Orang lagi belajar, nih."
"Silent aja tolong." Ponselnya yang ia letakkan di atas meja langsung diambil oleh Yoga.
Ketika ingin mengubah jadi mode silent, tentu saja Yoga melihat nama yang terpampang di layar. "Bang Rey yang telfon."
"Biarin aja."
Yoga mengangkat sebelah alisnya heran, sedangkan Alex yang hanya memperhatikan bingung. Aneh sekali kelakuan kakaknya ini, biasanya dia selalu semangat jika menyangkut soal Rey. Tetapi, kenapa sekarang dia berlagak tidak peduli?
Belum selesai dengan kebingungan, mereka kemudian mendengar suara bel rumahnya berbunyi. Syanin yang tadinya memejamkan mata, langsung menegakkan tubuh dan menempelkan telunjuk di bibirnya memberi isyarat untuk kedua adiknya diam. Adiknya pun semakin bingung.
"Itu pasti Rey," ujar Syanin dengan suara sekecil mungkin, seperti sedang berbisik.
"Bukain ya pintunya, bilang gue tidur," lanjutnya.
Saat melihat kelakuan kakaknya yang semakin aneh, baik Yoga maupun Alex malah tidak beranjak sama sekali. Hanya memandang Syanin dengan pandangan penuh tanya, sekaligus aneh.
Syanin yang biasanya kalau ketemu Rey pasti langsung berlari menyambut laki-laki itu, menghambur ke pelukan laki-laki itu, tetapi kali ini malah menghindar.
Oleh karena kedua adiknya itu masih diam, Syanin mengangkat sebelah tangannya di udara, menyuruh salah satu dari mereka menghampiri Rey.
Akhirnya Yoga mengalah, dia berdiri dan berjalan menuju ke pintu utama rumah tersebut. Yoga pikir, bukan urusannya untuk ikut campur, tapi dia juga tidak bisa berbohong pada Rey.
Tepat ketika pintu utama yang agak tinggi itu terbuka, tubuh Rey yang menjulang tinggi berdiri di sana. Benar dugaan kakaknya, Rey yang datang.
"Syanin ada?" tanya Rey.
"Kata Kak Syanin, dia lagi tidur," ucap Yoga santai.
"Hah?"
"Iya, Bang. Katanya, bilang gitu ke Abang."
Syanin tentu saja masih bisa mendengar pembicaraan mereka karena jarak antara pintu utama dengan ruang keluarganya tidak terlalu jauh, rasanya Syanin ingin menggundulkan rambut Yoga saat ini juga. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu tanpa dosa dan rasa bersalah.
Tetapi, kemudian Syanin mendengar suara Rey yang berpamitan pada Yoga. Ia menghela napasnya karena lega Rey sudah pergi.
Tidak lama kemudian, Yoga bergabung kembali dengan mereka di ruang keluarga sambil membawa kantung plastik yang entah apa isinya. Syanin tebak, itu kantung plastik yang diberikan oleh Rey? Apa isinya? Ah sudahlah, dia tidak peduli.
"Heh, Yoga! Bisa-bisanya lo ngomong gitu!" omel Syanin, dirinya sangat murka pada sang adik.
Yoga tidak menghiraukan perkataan Syanin, ia kembali duduk santai di tempatnya tadi, memberi kantung plastik yang ia bawa pada Syanin.
![](https://img.wattpad.com/cover/227821111-288-k434417.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rey & Syanin (Tamat)
Roman d'amour[SUDAH TERBIT] Kita selalu bertolak belakang, tetapi karena itu juga kita tidak bisa dipisahkan. Kau sahabat terbaikku yang selalu aku cintai. Rey dan Syanin adalah sepasang sahabat. Seperti yang sudah banyak orang ketahui, kalau persahabatan laki...