Cita-citaku sejak dulu yang sangat ingin aku capai hanya ada satu, yaitu memiliki kamu sebagai orang yang selalu bisa aku bagi setiap ceritaku dan selalu berdiri di sebelahku bagaimanapun keadaanku.
***
Rey memasuki sebuah kamar bernuansa putih bersama keluarganya Syanin. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam yang berarti hari sudah berganti, menjadi tanggal 30 april, hari ulang tahun Syanin-nya. Ayah dan Mamanya Syanin masing-masing membawa kue masuk ke kamar itu, kedua adiknya membawa balon besar dengan angka dua dan nol, hanya Rey yang tangannya kosong.
Mereka menapaki lantai sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara dan Syanin tidak terbangun. Tapi, sampai mereka berdiri di sebelah tempat tidur Syanin pun, perempuan itu tetap tidak terbangun. Syanin tidur dengan nyaman, posisinya miring membelakangi tempat mereka berdiri, dari gelagatnya Rey tahu bahwa Syanin sedang kedinginan, sehingga ia memutuskan untuk segera mematikan AC kamar Syanin.
"Bangunin, Bang," bisik Yoga pada Rey, karena hanya Rey yang tangannya kosong, tidak membawa apa-apa. Memang itu juga tugasnya, selain tadi membukakan pintu kamar Syanin.
Ayahnya Syanin mengangguk menatap Rey, lalu Rey duduk di pinggir kasur Syanin. Rey menatapi wajah tenang Syanin saat tertidur, wanita itu tetap cantik, kemudian tangannya mengusap kepala Syanin penuh kasih sayang. "Syanin.." panggilnya.
"Bangun dulu, yuk."
Syanin menggeliat karena merasa ada yang menyentuh puncak kepalanya, tapi ia tetap tidak berniat membuka mata.
"Bangun, Syanin," ujar Rey lagi.
Kali ini Syanin membuka matanya, bingung menatap sekelilingnya yang sudah ramai.
"Happy birthday to you!"
"Happy birthday to you!"
"Happy birthday, happy birthday.."
"Happy birthday, Syanin.."
Nyanyian tersebut akhirnya mampu membuat Syanin benar-benar tersadar dari tidurnya, dia langsung tersenyum senang melihat keberadaan orang-orang di sekelilingnya.
Syanin berdiri duduk di kasurnya, merentangkan tangan kepada Ayahnya untuk memeluk cinta pertamanya itu. "Makasih, Ayah. I love u so much, best father ever."
"Ayah juga sayang Kakak, doa terbaik untuk Kakak," jawab Ayahnya sambil melepas pelukan mereka.
Lalu Syanin beralih pada Mamanya, Yoga, Alex dan terakhir Rey. Syanin memeluk Rey yang sedang mengusap kepalanya lembut, tapi kali ini dia tidak berkata-kata seperti sebelumnya ia memeluk keluarganya. Dia hanya diam menikmati elusan tangan Rey di rambut panjangnya.
"Selamat ulang tahun, Syanin. Semoga aku bisa nemenin kamu terus, jagain kamu terus, bahagiain kamu terus. Jangan capek ngomong sama aku kalau aku salah." Akhirnya Rey membuka suara, Syanin hanya mengangguk dalam pelukan Rey.
"Tiup lilinnya dulu," ujar Rey sambil melepas pelukan tersebut.
Syanin memejamkan matanya, mendoakan semua hal baik untuknya, untuk keluarganya, untuk Rey dan untuk keluarga Rey. Setelah itu ia kembali membuka mata untuk meniup lilin di kue yang dipegang oleh Ayahnya dan Mamanya.
"Yuk ke bawah, potong kue dulu," ujar Mamanya sambil mencium kening Syanin.
Syanin turun dari kasurnya lalu mengekori semua orang berjalan menuruni tangga untuk ke lantai bawah rumahnya.
Setelah acara potong kue dan mengobrol sedikit, orang tua Syanin pamit ke kamar duluan karena lelah belum sempat istirahat tadinya. Mereka juga meminta Rey untuk menginap karena hari sudah malam. Sekarang, di ruang tengah rumahnya hanya ada Rey, Syanin, Yoga dan Alex. Rey sibuk mengobrol dengan kedua adik Syanin, membahas tentang game yang sekarang mereka mainkan, sedangkan Syanin hanya diam mengamati sambil menyenderkan kepalanya di bahu Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rey & Syanin (Tamat)
Roman d'amour[SUDAH TERBIT] Kita selalu bertolak belakang, tetapi karena itu juga kita tidak bisa dipisahkan. Kau sahabat terbaikku yang selalu aku cintai. Rey dan Syanin adalah sepasang sahabat. Seperti yang sudah banyak orang ketahui, kalau persahabatan laki...