Pada akhirnya Keisya percaya pada Amel, tapi tidak dengan Azka. Ia curiga gadis ini hanyalah pion ataupun suruhan orang lain. Bagaimanapun caranya Azka akan mengawasinya.
"Bisa lo ceritain kenapa lo bisa tertangkap?"
Amel mengambil napas lalu membuangnya. Tangannya bergetar, Keisya menggenggam tangannya.
"Jangan takut, gue ada di sini." Amel mengangguk, ia mulai bercerita.
"Awalnya aku menunggu di Halte, tapi samar-samar aku mendengar perkelahian di dekat sekolah. Jadi, aku mengecek ke sana dan benar ada perkelahian. Aku terjebak, aku ingin kabur tapi sudah ketauhan duluan."
"Tunggu bentar, apa lo liat orang lain selain lo di sana?" tanya Keisya. Amel mencoba menerawang.
"Ah iya aku melihat seorang gadis berseragam sama denganku. Mulutnya di lakban dan tangan-kakinya juga terikat. Aku liat dia di dalam mobil."
Keisya membuka ponselnya dan memperlihat wajah Keira. "Gadis yang lo maksud ... apakah dia?" Amel meneliti foto itu dan melotot terus menunjuk.
"Iya, itu dia," balasnya cepat.
Keisya mengepalkan tangannya, "Bangsat!" Keisya menarik kerah bajunya. "Apa lo sempet ketemu dia atau lo tau keberadaan dia di mana?"
Amel mencoba mengingatnya tapi ia tak ingat apapun. "Aku tidak tau, ke mana mereka membawanya. Karna pada saat aku tertangkap mataku di tutup."
Azka mendengarkan semuanya tapi ia tak percaya begitu saja pada gadis di depannya. Ada yang aneh, dari di bercerita. Ada niat tak baik di setiap perkataanya. Gue harus kasih peringatan.
Azka berdiri, ia menatap gadis bernama Amel itu serius. "Well, adakah hal lain yang lo tau, cepat jawab jujur."
Keisya menepuk pundak Azka. "Dia udah jawab sejujur-jujurnya. Saatnya beraksi, gue gak mau Keira terluka."
"Tunggu dulu! Lo gak bisa sembarangan bertindak, kalau kita yang tertangkap gimana sebelom nyelamatin Keira."
Keisya mendengus, Azka ada benarnya juga. Tapi ia bisa apa, jika Keira terluka. Keisya juga terluka. Karena keduanya saling terikat satu sama lain.
"Jadi apa mau lo?" tanya Keisaya serius. Azka menatap Amel lagi.
"Lo ... tunjukkin jalannya. Pertama kalio di sekap dan sampe bisa kabur." Amel menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak ingin kembali, kumohon jangan bawa aku sana lagi. Aku ingin keluar dari tempat ini," pintanya berlinang air mata. Azka mengacuhkannya. Ia menarik Amel paksa. Amel sempat berontak.
"Jika lo ingin bebas, bantu gue sama Keisya. Gue harap lo gak lupa jasa kita yang udah nolongin lo."
Amel menatap Keisya. Keisya hanya tersenyum samar. Amel mengangguk.
"Baiklah, aku akan ikut kalian."
"Good girl, pilihan yang bijak."
🔥🔥🔥🔥
Ketiganya menyusuri lorong gelap, satu persatu ruangan di cek tapi tak ada apapun. Keisya bergerak gelisah, Azka menggenggam tangannya. Keisya merasa aman dan nyaman secara bersamaan. Amel berjalan di depan.
Semakin lama semakin jauh. Lorong itu punya empat belokan, dua tangga. Ketiganya memilih naik tangga. Keisya menahan tangan Azka, ia menoleh lalu menautkan alisnya.
"Gue gak mau ke sana? Gue merasa akan ada hal seram. Jika kita terus melangkah. Ayo pindah jalur," bisiknya pelan.
Azka menatap lurus ke depan. Ia bimbang, satu sisi ia merasa jalan yang di pilih ini tepat dan satu sisi Keisya terlihat ragu. Apa yang harus ia pilih. Firasat Keisya atau feelingnya?
Amel sudah tak terlihat. Ke mana perginya gadis itu? Apakah ini jebakan?
Keisya terus menariknya. Mau tidak mau Azka mengiyakan ajakannya. Keduanya turun dari tangga.
Keduanya memilih jalan lain.
🔥🔥🔥
Semakin malam semakin gelap gulita, pencahayaan semakin redup. Azka menyalakan senter 'tuk menerangi lorong. Bangunan tua ini semakin terlihat semakin menyeramkan. Tak ada tanda-tanda penghuni yang lewat.
Sampai kedunya menemukan sebuah ruangan yang minim cahaya. Keisya menajamkan indera pendengaran. Samar-samar ia mendengar suara rintihan, jeritan dan auman seseorang.
"Az, lo denger suara gak?" tanya Keisya.
"Gak tuh," balasnya cuek. Keisya menariknya maju.
Tap tap tap!
Sebuah langkah kaki terdengar. Keisya dan Azka bersembunyi. Keduanya mendengar obrolan tak jelas tapi penting.
"Wanita sialan itu beraninya mencakarku."
"Semakin gila saja wanita itu. Kenapa bos tidak membunuhnya saja, malah menyimpannya di sel."
"Haahaha, biarkan sajalah. Lagian dia tak enak dipandang. Alias sudah busuk."
Kedua orang itu pergi meninggalkan tanya di benak Keisya dan Azka.
"Ada wanita di sel?" tanya Keisya bingung sekaligus penasaran.
"Palingan juga wanita gila yang di simpan. Udahlah mending cabut cari tempat lain. Atau pulang. Gue capek."
Pletak!
"Enak ajah, main pulang tanpa hasil. No way, pokoknya Keira harus di temukan malam ini juga. Titik!" tegasnya. Azka mengacak rambutnya kesal.
Keisya begitu keras kepala. Sampai lebaran monyet juga, jika tidak ada bukti percuma. Yang dibutuhkan itu informasi bukan hanya sekedar kata-kata.
Percuma, Keisya tak akan mendengarkannya lebih baik biarkan dia jadi Bossnya, jika sudah lelah akan berhenti juga.
___________
Setelah muter-muter dan terombang-ambing keduanya lelah. Memutuskan pulang, ralat mencari tempat istirahat yang tenang, aman, damai dan sentausa.
🔥🔥🔥🔥
Di keheningan malam seorang gadis merenung seorang diri, dia menatap rembulan. Ia merindukan keluarganya.
Aku ingin pulang. Aku rindu mereka, kira-kira mereka lagi ngapain ya? Ah memikirkannya saja, membuatku rindu.
Apakah ada orang yang akan datang?
Apakah ada yang merindukanku?
Apakah diriku ini masih dibutuhkan.Dia hanya bisa meratapi nasibnya. Dia akan dibawa pergi tak tahu ke mana. Sebelum waktunya habis keinginannya hanya satu ... bertemu dengannya dan meminta maaf. Hanya itu. Ia meneteskan air matanya.
Daddy ... Kei ... gue sayang kalian...
__________ To be continued _________
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mysterious Girl [END]
Подростковая литература[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Kisah tentang seorang gadis cantik yang berinisiatif menjadi nerd. Ia suka tantangan dan ia akan memulai aksinya di SHS. Di setiap aksinya akan penuh dengan intrik seru dan kerusuhan yang hakiki. Banyak rahasia tersimpan. Ak...