34 : A Threat

915 59 0
                                    

Siang harinya.

Keisya tidak bisa tertidur, ia membuka matanya. Matahari semakin siang semakin terik, Keisya membasuh wajahnya. Berganti pakaian.

Di ruang bawah ia tak menemukan tanda-tanda adanya penghuni. Keisya pergi ke dapur, mengambil air minum.

Gluk! Glukk ... gluk.
Air dingin itu meluncur ke dalam sana. Begitu menyegarkan. Keisya kembali berjalan ke ruang tengah ia duduk.

Ah nyamannya...

Siang yang membosankan. Ia mengecek ponselnya siapa tahu ia akan menemukan hal seru di sana. Dia membuka akun instagramnya. Lalu ke akun Keira, Keisya duduk. Ia men-zoom foto itu dan menemukan foto yang aneh. Keisya melihat bayangan seseorang. Orang itu bersembunyi di balik pohon.

Keisya menyipitkan matanya, lalu matanya membulat.

What the fucek! Mereka kan ...

Keisya berlari ke arah kamar, ngambil kunci motornya, tidak lupa mengunci pintu rumah barulah ia tancap gas.

Keira jangan sampe lo ketemu mereka..

Foto yang Kei lihat orang yang sama yang menghajar Reza. Mau apa mereka?

Keisya tak ingin saudarinya kena imbas. Dengan kecepatan tinggi ia pergi ke SHS. Rupanya Keira belum pulang sama sekali. Pantas tidur Keisya tak nyenyak.

CIIITTTTT!

Keisya turun dari motor, ia melihat sekitaran. Sekolah itu sepi. Keiysa mendekat, pintu gerbang terkunci. Keisya kembali mengecek ponselnya. Ia mengetik sebuah pesan.

To: My_sista.
Lo di mana?

Keisya berdecak pesannya tak di balas. Lantas ia menelponnya, nihil tak ada jawaban. Keisya melipir ke warung. Ia memarkirkan motornya.

Keisya masuk ke dalam warung, rupanya warung itu masih buka. Ia haus.

"Bu, es teh manis satu," pesannya. Ibu itu mengiyakan, ia membuat pesanan. Keisya bercengkrama dengan Ibu warung. "Ibu udah lama jualan di sini?" Keisya bertanya sambil meminun es teh manisnya. Sang ibu mengangguk.

"Sudah lama atuh, Neng." Keisya mengangguk. "Oiya selama ibu jualan di sini, apakah ada yang aneh. Misalnya di sekitar SHS?" tanya Keisya. Sang ibu mengusap dagunya, sesekali ia menggelengkan kepalanya. Dia menggebrak meja. Keisya terbatuk.

"Aduh, maap-maap neng. Ibu juga kaget." Keisya memaklumi. "Jadi ...," pancingnya.

Ibu Ida itu nama ibu warungnya.

"Baru beberapa bulan ini, suka ada yang tauran Neng, dekat sini. Terus seringnya, Ibu suka lihat mereka kayak bukan anak sekolah gitu," jelasnya. Keisya mendengar. Info terbaru ... kuy nyimak.

"Tauran bukannya dah biasa ya, Bu?" Sang Ibu menggelengkan kepalanya. "Mungkin iya, tapi ... masa tauran baru-baru ini bukan hanya anak sekolah, ish Ibu ngeri jika mengingatnya."

Keisya mencerna apa yang di ucapkan.

"Ibu tau gak orang yang tauran itu siapa ajah dan orangnya itu kayak gimana?"

"Yang jelas sih, mereka semua memakai topeng dan yang paling ngeri itu ya neng, mereka suka menculik siswa-siswi yang berjalan seorang diri. Ibu jadi takut."

Menculik? What the fucek?

"Ah, Ibu pernah liat gadis ini gak?" Keisya ingin memastikan Keira baik-baik saja. Sang Ibu warung menajamkan penglihatannya. Matanya berkedip. Keisya mencoleknya. "Eh iya."

The Mysterious Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang