32 : A Warning

1K 70 0
                                    

Sejak insiden kemarin, keduanya tak bertegur sapa. Keisya maupun Keira memilih diam dan acuh tak acuh. Dad Arsen dibuat heran. Keisya mengecak ponselnya, ia pergi tanpa kata.

Keisya menatapnya sendu, Dad Arsen mengahampiri putrinya.

"Ada apa dengan kalian? Apakah kalian bertengkar satu sama lain?" tanya Dad Arsen penasaran, karena sedaritadi kedua putrinya tak dekat seperti biasanya. Keira mengelengkan kepalanya. "Aku baik, yaudah aku ke sekolah dulu," pamitnya.

Dad Arsen ditinggalkan begitu saja. Ia menghela napas. Semoga mereka baikan.

****

Keisya berjalan kaki, jalan yang ia lalui sepi. Samar-samar ia mendengar keributan di ujung sana. Rupanya ada gang sempit, Keisya menyipitkan matanya. Apakah ada yang tauran?

Keisya menghampiri asal suara. Dia bersembunyi, ekor matanya menangkap seseorang yang ia kenal. Sekilas ia mendengar percakapan yang membuatkan shock.

"Bangsat, lo harus ganti rugi!"

"Please maafin gue," pintanya melas.

Bughh, bughh..

"Itu hukuman buat lo yang udah mengkhianati kesepakatan," tunjuknya. Ia menendang pria lemah itu sampai tersungkur.

Bughh! Bughhh!

"INI PERINGATAN BUAT LO, BAWA DIA KEMBALI, ATAU LO TERIMA AKIBATNYA."

Pria itu bersujud di kakinya.

"Please, gue gak bisa. Kenapa kalian nargetin dia."

"KARNA DIA YANG DICARI BIG BOSS!"

"Gue bakal cari yang lain. Tapi gue mohon, berikan gue obat itu. Gue butuh."

"KARNA KERJA LO GAK BECUS. LO URUS SENDIRI PENYAKIT LO ITU! CUIH!"

Orang-orang itu pergi. Keisya menghampiri. "Rezaaa...," pekiknya. Reza menengok ke asal suara dan ia terkejut.

"Za, lo gak apa? Siapa mereka?" tanya Kei cemas. Wajah Reza babak belur.

Reza menepis uluran tangan Keisya. Keisya menautkan alisnya.

"Pergi! Jangan temuin gue lagi," usirnya. Reza mendorong Keisya agar menjauh darinya. Reza bangun tapi ia terhuyung. Keisya membantunya, tapi niatnya di tolak mentah. Keisya menatapnya sendu.

"Kenapa, Za? Apa lo benci sama gue?"

Reza menggeleng cepat, "Please, Kei. Lupain gue. Lupain semua tentang kita. Gue gak mau lo terluka. Maaf untuk semuanya. Gue bukan teman yang baik."

Keisya mendekat terus mencengkram bahunya. "Lo itu ngomong apa sih? Luka lo harus di obatin, nanti infeksi." Keisya menariknya paksa. Reza pasrah.

Sampai keduanya menemukan tempat duduk, Keisya mulai mengobatinya. Reza membuang muka, Kei berdecih, ia menarik dagunya. "Diam!"

Dengan hatu-hati Keisya mengobatinya. Ia meringis, Keisya memberinya betadine lalu meplester lukanya.

"Yosh selesai." Kesya tersenyum.

"Kei," panggilnya pelan.

"Hadir," balasnya bergurau.

"Berhati-hatilah. Jangan sampai lo pisah dari Keira. Seribut apa pun itu, kalian harus berdamai. Jangan biarkan ikatan di antara kalian renggang."

"Lo ngomong apaan sih, gue gak ngerti."

Reza menggenggam tangan Keisya.

"Tolong jaga apa yang lo punya. Sebelum semuanya hilang," peringatnya.

Reza bangkit, sebelum dia pergi. Dia memandang Keisya lama. Keisya tidak mengerti apa pun. Otaknya sedang konslet, dan pikirannya saat ini bercabang. Reza tersenyum.

"Inget ini, jangan percaya pada siapa pun. Termasuk orang yang baru lo kenal. Karena mereka bisa menusuk lo dari belakang. Gue harap lo baik-baik saja. Kei, selamat tinggal." Reza pergi.

Keisya terdiam di tempat. Keisya mencerna semuanya.

Menjaga ikatan?

Apa hubungannya sama Keira?

Jangan percaya pada siapa pun?

Saat sedang melamun, ponselnya berbunyi. Tubgtangtung~

"Hal--"

"Lo di mana, hah?! gue berjamur ini!"

Keisya menjauhkan ponselnya, ia melihat jam ponsel, sedetik kemudian Keisya panik luar biasa.

"GUE TELAT! HUWAAA..."

"SHARELOCATION!"

Tut, ponsel dimatikan secara sepihak. Orang di seberang sana berdecak kesal. Keisya sudah menghilang.

Keisya nyetop taxi, otewe sekolah.

****

Mampus sudah ia dikasih siraman rohani oleh Ms. Rere. Guru killer yang ditakuti murid SHS. Keisya hanya mendengarkan, dia tak sendiri. Azka menemaninya menerima hukuman.

Keduanya di setrap di lapangan. Keisya mengeluh, "Duh panasnya, burik deh gue." Lanjut Kei, "Ini semua karna lo tau gak," tuduhnya ke Azka. Azka menautkan alisnya.

"Pikir pake otak, gue bilang apa kemarin, hah! Gue bilang bareng. Lo malah ilang."

"Lo tuh jemput di mana coba, gue udah kering nungguin lo," decak Kei kesal.

"Salah lo bego, lo nunggu belah mana. Kan gue bilang di Halte. H-A-L-T-E!!"

Keduanya ribut bacot di lapangan. Suara Ms. Rere menggelegar.

"KALIAN BERDUA DIAM! INI BUKAN AJANG DEBAT! BERSIKAP TEGAK! KALIAN BERJEMUR SAMPAI PULANG SEKOLAH!" putusnya. Ms. Rere meninggalkan kedua muridnya.

Keisya dan Azka melanjutkan bacotannya. Menghiraukan hukuman yang tak penting. Keisya membuang muka, begitupun Azka. Hening ....!

-TBC-

Minal aidzin walfaidzin semuanya 😇

Jangan lupa tinggalkan jejaknya~

The Mysterious Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang