BAB 5

5.1K 221 5
                                    

Seperti halnya seorang ahli, Lucio melakukan pekerjaan dapur dengan sangat cepat dan efektif. Pria itu tidak mengeluarkan satu kata pun saat ia sedang berkutat dengan masakan di hadapannya.

Cecil menatap Lucio dengan mulut terbuka untuk beberapa saat hingga akhirnya ia tersadar dan egonya terganggu.

    "This is my job,"

Tidak ada balasan dari Lucio dan Cecil berceloteh panjang karena merasa diabaikan. Lucio mulai lelah dan memberikan Cecil beberapa tugas mudah yang tentunya dapat dilakukan Cecil dengan baik.

Lucio dan Cecil melakukan pekerjaan dapur itu bersama-sama walaupun beberapa kali mereka beradu pendapat.

Setelah mendengar cerita dari Kate tadi, Cecil merasa ia mulai mengenal Lucio dengan baik. Rasa takut dan segan yang selama ini ia alami mulai memudar karena ia sadar Lucio juga seorang manusia yang sudah seharusnya diperlakukan sebagai orang normal—perlu diajak bercanda.

Kate kembali dari kegiatannya saat ia sadar bahwa dirinya terlalu lama meninggalkan Cecil sendirian, namun yang ia lihat sekarang membuat hati Kate menghangat.

Beragam ekspresi wajah yang Lucio tampilkan sekarang adalah ekspresi-ekspresi yang sudah lama tidak pria itu tunjukan. Ekspresi kesal, protes, dan lelah ia perlihatkan saat melihat tingkah Cecil yang tidak ada warasnya.

Rengkuhan hangat diterima Kate dari sang suami. Kate menaruh kepalanya di pundak sang suami sambil menatap anak semata wayangnya itu memasak bersama Cecil. Ada sedikit harapan di hati Kate kalau anaknya bisa bisa berjodoh dengan gadis yang sekarang sedang beradu pendapat dengannya.

Tidak ingin mengganggu aktivitas anaknya, Kate dan Dominic pun pergi ke ruang tengah untuk menonton televisi selagi menunggu makan malam siap.

Meja makan ramai dengan obrolan dari Kate, Cecil, dan Theo. Dominic dan Lucio hanya bergumam saat diajak untuk masuk ke dalam percakapan.

Like father like son.

Di perjalanan pulang, Theo dan Cecil kembali mengisi keheningan malam itu. Tidak segan-segan, Theo juga memberikan aib Lucio kepada Cecil yang hanya dibalas lirikan tajam oleh Lucio. Cecil dan Theo tertawa melihat respon pria itu.

Sesampainya di rumah, di ruang tengah, sebelum Cecil masuk kamar, ia mengecup pipi Lucio lalu mengucapkan selamat malam pada Theo dan pria yang baru ia kecup tadi.

"Selamat malam!"

"Malam!" Theo menjawab sambil tersenyum mengejek pada Lucio.

Lucio sendiri tidak membalasnya dan hanya menatap punggung Cecil yang perlahan-lahan hilang dari pandangannya.

***

     "Morning, Don Lucio!"

Senyum Cecil mengembang saat dirinya melihat Lucio keluar dari kamarnya.

    "Do you want to get some breakfast?"

Lucio menatap Cecil heran, namun tetap mengangguk. Akhirnya Cecil dan Lucio menuruni tangga bersama dan langsung menuju ruang makan yang sudah dipenuhi oleh berbagai macam jenis makanan.

Lucio duduk di kepala meja makan, sedangkan Cecil duduk di sebelah kanannya.

"What do you want to eat?"

"What's wrong with you?"

Lucio yang sedari tadi diam pun akhirnya angkat bicara, heran melihat Cecil yang sepertinya pagi ini sangat bersemangat. Cecil hanya tersenyum sebagai jawaban.

Paint On You [21+] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang