Setelah sarapan, Theo datang dan meminta Lucio untuk menemuinya di ruang kerja milik pria itu. Sedangkan Cecil, gadis itu akan kembali menghabiskan waktunya di ruang lukis.
Theo mendudukan tubuhnya di kursi hadapan Lucio dan memastikan dirinya sudah dalam posisi yang nyaman dengan cemilan di dekapannya. Lucio mulai jengah dengan tingkahnya.
"So?"
"Jadi, orang yang menyerang kamu kemarin bukan dari pihak si penantang,"
Lucio menaikkan satu alisnya. Theo menelan kunyahannya terlebih dahulu sebelum melanjutkan ceritanya.
"Do you remember Mr. Navarro?"
Lawan bicara Theo menganggukkan kepalanya.
"Ternyata mereka dari pihak yang sama dengan bajingan bermulut besar itu,"
"Bagaimana mereka bisa ada di sana?"
"Tn. Travis ternyata mengundang mereka. Setelah diinterogasi tadi pagi oleh orang kita, Tn. Travis mengaku bahwa ia tidak mengetahui sama sekali mengenai permasalahan antara Tn. Navarro dengan orang-orangnya terhadapmu,"
"Melihat kamu yang terpancing emosi karena si penantang, mereka memanfaatkan situasi untuk bisa menyakiti kamu dan Cecil,"
Lucio menghembuskan napasnya perlahan.
"Kamu sudah menangkap dalangnya?"
"Yes, of course,"
"Who?"
"Selama ini Tn. Navarro ternyata bekerja sama dengan Tn. Blake yang bekerja mengurus pengiriman narkotika ke Jerman sebagai kepala pengawas,"
"Sekarang dia sudah berada di ruang eksekusi menunggumu, Yang Mulia,"
Lucio segera beranjak dari kursinya dan berjalan menuju pintu.
"Kamu tidak menggunakan bajumu terlebih dahulu?"
"Tidak,"
Bahkan pertanyaan Theo, ia jawab tanpa perlu repot-repot membalikan tubuhnya atau berhenti sejenak. Amarah yang sejak kemarin ia rasakan kembali mencuat ke permukaan.
Lucio, diikuti oleh Theo, memasuki ruang eksekusi dengan langkah cepat dan tegas.
Mata Lucio langsung menatap tubuh Tn. Blake yang sama sekali belum tercipta noda merah di sana. Sikap tenang Tn. Blake pun membuatnya semakin menjijikan di hadapan Lucio.
Kali ini Lucio tidak duduk di kursi yang ada di hadapan targetnya.
Dak!
Ia menendang kursi tersebut dan berdiri dengan kedua tangan yang ia simpan di saku celananya.
"Why?"
Pria itu sekuat tenaganya menahan amarah yang mulai tidak bisa terkontrol. Tangannya yang berada di dalam saku pun terkepal kuat.
Bukannya menjawab pertanyaan Lucio, Tn. Blake malah balas menatap Lucio dengan tajam.
Salah satu tangan Lucio ia keluarkan dari sakunya dan bergerak menuju leher Tn. Blake. Dicekiknya pria itu sampai wajahnya membiru dan seluruh tubuhnya memberontak minta dilepaskan.
Lucio melepas cengkeramannya pada leher Tn. Blake dan kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama.
"Why?"
Lucio memberikan sedikit waktu untuk Tn. Blake meredakan batuknya.
"Aku tidak suka denganmu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Paint On You [21+] ✓
RomanceJika dunia ini dimonopoli oleh orang-orang yang berkehidupan gelap, apa yang akan terjadi? Musuh terbesar, ketakutan. Rasa yang timbul dari antisipasi kejahatan yang bersumber dari dalam ataupun luar. Dalam gelapnya terang bulan, terdapat cahaya red...