Lucio baru saja sampai rumahnya saat ponsel milik pria itu kembali berbunyi.
"Don, Theo kecelakaan,"
Langkahnya terhenti. Pikiran buruk pria itu bermunculan dan mematikan sambungan teleponnya. Lucio memutar tubuhnya dan ingin segera menghampiri Theo di rumah sakit.
Salah satu pengawalnya menghentikan langkah pria itu dengan menggelengkan kepalanya.
"Di luar terlalu berbahaya untuk Anda sekarang, Don,"
"Lucio?"
Mata Lucio menangkap Cecil yang tengah menatap dirinya dengan air mata mengenang. Pria itu memandang Cecil lama.
"Theo,"
Tangis Cecil pecah dan saat itu juga ia berlari menuju prianya. Kedua lengan Cecil dilingkarkan ke pinggang Lucio.
Lucio yang sedang mengontrol pikirannya hanya memberikan beberapa elusan di punggung Cecil untuk menenangkan gadis itu dan menyuruhnya untuk beristirahat di kamar.
Tanpa banyak protes, Cecil segera menuju kamarnya dan memberi waktu Lucio untuk menenangkan pikirannya.
Langkah kaki Lucio segera menuju ruang kerjanya dengan tangan yang langsung menghubungi Rivera.
Triing.. triing.. triing..
"Lucio?"
"How?"
Hanya satu kata itu yang berhasil keluar dari mulut Lucio setelah beberapa detik terdiam.
"Kondisinya sangat buruk. Aku dengar sebelum Theo kecelakaan, dia berada di kantormu, apa benar?"
"Ya,"
"Apa yang kalian bicarakan?"
"Tn. Hernandez—"
Rivera terdiam mendengar nama yang disebutkan Lucio.
"Dia memulai perang?"
Seolah mengerti apa yang terjadi karena mengingat beberapa waktu lalu Lucio pernah membicarakan narkotika jenis baru, Rivera menanyakan hal tersebut.
"Menurut Theo, ya,"
"Apa yang kau ingin aku lakukan?"
"Jaga Theo dan urus kasus kecelakaannya. Jangan libatkan orangmu dalam bisnis ilegalku,"
"Baik. Jika kau butuh sesuatu, kau bisa menghubungiku,"
Hening.
"Lucio, tadi dokter mengatakan bahwa Theo tidak memiliki 50% untuk tetap bertahan hidup. Aku harap kau bisa mengendalikan emosi dan pikiranmu karena sekarang kau sedang menghadapi masalah serius,"
Tanpa menjawab perkataan Rivera, Lucio mematikan sambungan telepon itu.
Lucio segera melepas seluruh pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Pria itu menyalakan pancuran air dan membiarkan kepalanya berada di bawah pancuran tersebut.
Pikirannya secara tidak sadar mengingat kembali hari-harinya bersama Theo.
Hanya pria itu yang ingin bersahabat dengannya tanpa meminta imbalan atau apapun. Hanya pria itu yang bisa jadi sahabatnya dan tidak tersinggung dengan sifat cueknya.
Bagian terpentingnya adalah hanya pria itu yang selalu mendukung semua keputusannya dan Theo tidak segan-segan memarahinya jika ia membuat keputusan dalam kondisi tidak stabil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paint On You [21+] ✓
RomanceJika dunia ini dimonopoli oleh orang-orang yang berkehidupan gelap, apa yang akan terjadi? Musuh terbesar, ketakutan. Rasa yang timbul dari antisipasi kejahatan yang bersumber dari dalam ataupun luar. Dalam gelapnya terang bulan, terdapat cahaya red...