Tercyduk (Rev)

239 20 18
                                    

Sesampainya Angkasa di rumah, ia langsung menuju meja makan karena Andika sudah menunggunya.

"Assalamualaikum Pah," ujar Angkasa menyalami Andika lalu duduk di kursi meja makan.

"Waalaikumussalam, kamu dari mana?" tanya Andika.

"Angkasa dari toko buku Pah," jawab Angkasa.

"Kok sampe siang gini? Ramai toko bukunya?"

"Tadi mampir ke rumah teman dulu."

"Siapa?"

Angkasa bungkam. Ia jadi gugup gini kalau membicarakan soal Bulan. Andika melihat anaknya itu seperti orang kebingungan. Andika geleng-geleng kepala. Ada-ada saja kelakuan anaknya ini.

"Hei, kok diem?" tanya Andika membuat Angkasa sedikit terkesiap.

"Gak apa-apa, itu temen sekolah," jawab Angkasa sedikit gugup.

"Kalau teman kenapa gugup gitu jawabnya?" tanya Andika semakin menggoda Angkasa.

"Papa, udah ah mending makan," elak Angkasa.

"Yaudah, makan sayang," ujar Andika.

Angkasa melihat sekeliling. Tak ada Karina. Apa ibunya itu kerja di hari libur begini?

"Pah," panggil Angkasa.

"Hmm."

"Mama mana?" tanya Angkasa.

Andika mengentikan aktivitas menyendok nasinya. Ia menghela nafas pelan lalu menatap Angkasa. Jujur, Andika pun rindu bisa satu meja makan lagi dengan Karina.

"Pah," panggil Angkasa lagi.

"Mama kamu katanya ke butik," jawab Andika.

"Butik? Bukannya libur?" tanya Angkasa.

"Papa juga gak tahu. Mungkin ada tugas yang harus diselesaikan sama mama," jawab Andika.

Mama selalu gitu, batin Angkasa.

"Udah makan aja, nanti dingin masakannya," ujar Andika memecahkan suasana.

"Iya pah."

Andika dan Angkasa pun melanjutkan aktivitas makan mereka, meskipun hati Angkasa masih berharap Karina ada diantara mereka.

****
"Udah lama dekat sama Angkasa?" tanya Lena menggoda Bulan.

"Baru kok Bun," jawab Bulan singkat.

"Kok bisa deket?" tanya Lena lagi.

"Bunda udah deh, jangan ledekin aku terus," rajuk Bulan membuat Lena terkekeh.

"Iya iya, bunda gak ngeledekin lagi deh," ujar Lena.

Lena menoleh kearah suaminya. Gunawan saat ini terlihat sedang termenung. Lena mengernyitkan dahinya. Sejak kepulangan Angkasa, Gunawan terlihat aneh seperti ini.

Ayah kenapa sih, batin Lena.

"Ayah, kok bengong gitu?" tanya Lena tapi tak ditanggapi oleh Gunawan.

Bulan pun melihat ayahnya. Bulan pun sama mengernyit bingung dengan ayahnya.

"Ayah," panggil Lena sambil melambaikan tangannya di depan wajah Gunawan.

Gunawan terkesiap dari lamunannya. Ia tersenyum ke arah anak dan istrinya.

"Kenapa Bun?" tanya Gunawan.

"Justru ayah yang kenapa, melamun aja daritadi?" tanya balik Lena.

"Gak apa-apa kok, ayah gak apa-apa," jawab Gunawan mengelak.

ANGKASA BULAN (FINAL)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang