"Biasanya penyesalan itu memang selalu datang di akhir, saat diawal kita sudah tanam yang namanya kesalahan."
Hari demi hari berlalu. Hubungan orangtua Bulan dan Angkasa masing belum menemukan kejelasan yang pasti. Karina yang notabene sudah diberikan surat gugatan cerai oleh Andika, masih belum menandatangani surat tersebut hingga sekarang. Lena pun masih setia menunggu hingga takdir yang menentukan, sementara ia akan terus berdoa kepada-Nya.
Walaupun kondisi orangtua mereka sedang dalam masalah, Bulan dan Angkasa sama sekali tidak menyurutkan semangat belajar mereka. Mereka tetap berangkat ke sekolah sebagaimana mestinya. Kasus pembullyan Bulan dan Angkasa lewat tulisan-tulisan unfaedah di Mading sekolah sedang dalam penyelidikan. Gerald, Gema, Farhan, pun juga Alita selalu membantu mencari informasi siapa dalang dibalik semua itu. Mereka juga menyemangati kedua sejoli yang tak lain sahabat mereka itu, agar mereka bisa bangkit dari masalah yang mereka hadapi saat ini.
Kini, mereka berenam tengah berada di kantin sekolah guna menghabiskan waktu istirahat mereka. Banyak pasang mata yang menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan. Entahlah, mereka berenam tak ambil pusing soal itu.
"Apa kabar Lita?" tanya Gema menggoda Alita.
"Baik," jawab Alita cuek.
"Yaelah cuek banget sih Lit," ujar Gema.
"Mulut siapa? Mulut gue kan, suka-suka gue lah," ujar Alita ketus.
Bulan hanya terkekeh pelan melihat Alita yang cuek dengan segala jurus maut dari Gema. Sementara ketiga teman Gema, sudah terbahak-bahak melihat sahabat mereka itu secara tidak langsung ditolak oleh Alita.
"Makanya jangan mengeluarkan jurus maut lo terus ke cewek, kalau berani tembak lah," ujar Gerald.
"Mati dong orang ditembak," sahut Farhan.
"Bukan tembak yang itu Bambang," ujar Gerald geram.
"Nama gue Farhan, bukan Bambang," ujar Farhan tak terima.
"Astaghfirullah," ujar Gerald mengelus dada.
"Udah sih, kita ke kantin buat makan bukan berantem," ujar Angkasa.
"Iya iya, yang sama pacar mah bebas," ujar Gema.
"Mending lo sama Alita deh, Ma," ujar Bulan.
"Kok gue sih Lan?" sahut Alita tak terima.
"Kalian tuh cocok tahu," ujar Bulan.
"Dih, ogah," seru Alita dan Gema kompak.
"Tuh tuh tuh, ngomong aja barengan," ujar Angkasa memimpali.
"Tau lu Ma, tadi aja sok-sokan nanyain kabar Alita, sekarang sok-sokan gak mau," seru Gerald.
"Tau tuh, gak usah malu-malu kucing," sahut Farhan.
Gema dan Alita hanya geleng-geleng kepala mendengar ocehan teman-temannya itu. Mereka berdua memilih menghabiskan bakso Pak Diman yang sudah hampir dingin karena mereka keasyikan ngobrol tadi.
"Gimana nyokap sama bokap kalian?" tanya Gerald pada Angkasa dan Bulan sembari menyeruput teh manis.
"Belum tahu gimana kelanjutannya. Nyokap gue sih pulang, cuma ya gitu udah gak sekamar sama bokap," jawab Angkasa.
"Ayah lo gimana Lan?" tanya Alita pada Bulan.
"Ayah gak pulang, dia menginap di kantornya," jawab Bulan sedikit lirih.
"Kalian harus sabar, gue yakin orangtua kalian bisa mengambil keputusan yang tepat," ujar Farhan.
"Thanks Han," ujar Angkasa diiringi senyuman oleh Bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA BULAN (FINAL)✓
Teen Fiction(SELESAI) (SUDAH REVISI) Diikutsertakan dalam event menulis di kwikku.com Angkasa Leonardo, seorang pria dengan paras rupawan, idaman satu SMA Surya. Pria dengan segudang ilmu, maskot nya anak IPA. Semua siswi akan menghampirinya untuk sekadar berfo...