Tegar dan Kuat (Rev)

191 8 8
                                    

"Orangtua kita memang punya hubungan terlarang, tapi apa kita harus menanggung semua akibatnya?" ~Angkasa dan Bulan.

Berita tentang hubungan antara Gunawan dan Karina sudah menyeruak ke penjuru sekolah. Maklum saja, Gunawan adalah salah satu donatur di SMA Surya. Begitupula Karina, selain istri dari Andika---donatur sekolah, ia juga pemilik butik ternama di Jakarta.

Bisik-bisik siswa terdengar disetiap lorong sekolah. Mereka membicarakan tentang permasalahan keluarga Angkasa maupun Bulan. Sebagian seakan memojokkan Bulan karena sang ayah merusak rumah tangga orang. Sebagian pula memojokkan Angkasa karena sang ibu sudah menjadi pelakor dan duri dirumah tangga orang lain.

"Gila, jadi selama ini bapaknya Bulan pebinor?"

"Lebih gila lagi ibunya Angkasa, jadi pelakor."

"Kok mereka bisa pacaran sementara orangtua mereka punya hubungan gelap gitu."

"Yaelah, namanya juga cinta. Lagian mereka juga baru tahu kali."

"Bisa gitu ya, tiga tahun menyembunyikan semuanya. Ihh, gue mah malu punya orangtua kayak gitu."

"Liat aja nanti, bentar lagi juga si Angkasa sama Bulan putus."

Serta masih banyak lagi obrolan-obrolan siswa yang membuat telinga Angkasa maupun Bulan panas. Tapi mereka memilih untuk mengabaikannya, karena sindiran mereka itu tidak penting bagi mereka.

Angkasa dan Bulan sama-sama sudah bercerita soal ini. Malam tadi, Bulan benar-benar shock dan tidak keluar kamar. Ia tahu ia egois pada Bundanya yang lebih sakit. Tapi, ia juga butuh waktu untuk sendiri. Sementara itu, Angkasa semalam menelepon Bulan untuk menenangkan dirinya. Meskipun Angkasa merasa sakit kala tahu ayahnya Bulan yang membuat keluarganya hancur, tapi ia tidak boleh melampiaskannya pada Bulan. Begitupula Bulan, meskipun ia sakit hati kala tahu ibunya Angkasa yang membuat ayahnya menyakiti bundanya, ia tak mau hubungannya dengan Angkasa malah menjadi memburuk. Bagaimanapun, Lena akan mendukung hubungannya dengan Angkasa.

Kini mereka berdua tengah berada di tempat yang menjadi saksi bersatunya cinta mereka---belakang sekolah. Mereka duduk di kursi panjang dengan pandangan yang sama-sama lurus ke depan. Mereka tidak berangkat bersama. Bulan diantar ayahnya sementara Angkasa menyetir mobil sendiri.

Keduanya sama-sama diam. Tak ada satupun yang membuka percakapan. Mereka masih dengan pikiran masing-masing. Mereka juga memikirkan mengapa aib orangtua mereka bisa dengan cepat menyebar ke penjuru sekolah. Mereka berdua masih tak menyangka ini semua bisa terjadi.

"Maafin mamaku, aku juga gak tahu kenapa mama kayak gitu," ujar Angkasa tanpa menoleh pada Bulan.

"Maafkan ayah aku juga, bagaimanapun juga ini salah ayah ku," sahut Bulan.

Angkasa menghela nafas pelan. Ia menoleh pada Bulan yang masih menatap ke depan. Angkasa akui dia marah pada Gunawan. Tapi, dia tak bisa marah apalagi menjauhi Bulan. Rasa cinta ini sudah merajai. Rasa gengsi akan mengenal cinta sudah lenyap seiring berjalannya waktu. Ia berjanji pada dirinya sendiri, apapun yang terjadi nanti ia akan terus bersama Bulan.

"Lihat aku Lan," ujar Angkasa.

Bulan menoleh pada Angkasa. Angkasa sedikit terkejut kala melihat air mata di pipi Bulan. Angkasa tidak bisa melihat Bulan menangis, tak akan bisa. Angkasa menjulurkan tangannya dan mengusap air mata yang turun di pipi Bulan. Bulan sedikit terkesiap dengan perlakuan Angkasa padanya.

"Jangan nangis," ujar Angkasa lembut.

"Sa, tangan kamu," ujar Bulan membuat Angkasa secara refleks menurunkan tangannya dari pipi Bulan.

ANGKASA BULAN (FINAL)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang