Pagi harinya, Bulan menghampiri Alita yang sedang duduk di kursi nya. Bulan menampakkan wajah geram sementara Alita mengernyit heran.
"Muka lu kenapa kayak orang ngajak berantem gitu sih, Lan?" tanya Alita.
Bulan menghela nafas kasar lalu menjawab pertanyaan Alita dengan wajah datar.
"Kenapa lu ngasih nomor telepon gue ke Angkasa sih?" tanya Bulan jengah.
Alita terkekeh pelan. Ia juga bingung kenapa ngasih aja nomor telepon Bulan ke Angkasa.
"Sorry, gue juga bingung kenapa gue bisa ngasih nomor lo," jawab Alita.
"Lit, kalau Hana tau dia bisa marah," ujar Bulan.
"Kenapa dia harus marah? Kan cuma nomor telepon."
"Lit, lu kan tau Hana suka sama Angkasa. Gue gak mau persahabatan kita jadi hancur cuma karena cowok."
"Lan, Angkasa cuma minta nomor telepon lo. Bukan pacaran ini, kenapa harus takut? Apa lo suka sama Angkasa?" tanya Alita membuat Bulan bungkam.
Bulan tak mungkin memberitahukan soal kejadian tempo hari dimana Angkasa bilang kalau dia suka sama Bulan. Bulan tak ingin, cukup dia dan Angkasa yang tahu soal itu.
"Gak lah, gak mungkin gue suka sama Angkasa," elak Bulan.
"Jangan ngomong kayak gitu, entar tiba-tiba lu jadian sama dia," ujar Alita.
"Apaan sih Lit ah."
Bersamaan dengan selesainya obrolan mereka berdua, Hana yang baru datang pun langsung menghampiri Bulan dan Alita. Mereka berdua sama-sama tutup mulut. Tak boleh, Hana tak boleh tahu soal ini.
"Hai kawan-kawan ku," sapa Hana lalu duduk disebelah Bulan.
"Hai Hana ku sayang. Tumben banget lu datengnya belakangan?" tanya Alita.
"Bokap gue kesiangan," jawab Hana malas.
Hana melihat Bulan yang sedang termenung. Hana mengernyit heran. Tak biasanya Bulan seperti ini.
"Lan, lu kenapa bengong gitu? Lu sakit?" tanya Hana membuat Bulan menoleh padanya.
Bulan bingung harus jawab apa.
"Gak apa-apa kok, gue sehat," jawab Bulan.
"Oh, kirain lu lagi sakit," ujar Hana.
Hana memilih memainkan ponselnya sementara Alita memperhatikan Bulan. Alita masih penasaran maksud dari Angkasa meminta nomor telepon Bulan padanya. Alita berpikir,
Pasti ada apa-apa nya, batin Alita.
Tak lama, Pak Handoko guru matematika masuk dan memulai kelasnya di 12 IPS 2.
****
Angkasa dipanggil ke ruang guru oleh wali kelasnya, Pak Reza karena terlihat melamun sepanjang jam pelajarannya tadi. Walaupun Angkasa anak dari donatur sekolah, Pak Reza tetap memperlakukan dirinya sama dengan siswa yang lainnya."Angkasa, saya gak mau lihat kamu melamun kayak tadi. Kamu ada masalah apa?" tanya Pak Reza pada Angkasa.
"Gak ada masalah apa-apa kok pak," jawab Angkasa lugas.
"Baiklah kalau begitu. Saya gak mau lihat lagi kamu kayak tadi. Walaupun kamu anak donatur sekolah, kamu harus tetap patuh pada peraturan sekolah. Kamu itu siswa unggulan disini, saya gak mau kamu menyia-nyiakan semuanya," pesan Pak Reza.
"Baik pak, saya gak akan ulangi lagi," ujar Angkasa.
"Kalau begitu kamu boleh keluar," perintah Pak Reza.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA BULAN (FINAL)✓
Teen Fiction(SELESAI) (SUDAH REVISI) Diikutsertakan dalam event menulis di kwikku.com Angkasa Leonardo, seorang pria dengan paras rupawan, idaman satu SMA Surya. Pria dengan segudang ilmu, maskot nya anak IPA. Semua siswi akan menghampirinya untuk sekadar berfo...