"Kalau sudah tidak ada lagi yang bisa dipertahankan, lebih baik menyerah demi kebahagiaan." ~Andika Leonardo.
Berita tentang hubungan gelap antara Gunawan dan Andika dapat cepat menyebar luas. Andika pun sudah lelah menghadapi Karina yang semakin menjadi-jadi. Karina bahkan pernah secara terang-terangan menelpon dengan Gunawan di depan Andika. Karina pun sekarang jadi pulang larut malam bahkan pagi pun berangkat sangat awal. Tak ada waktu yang disisihkan oleh Karina untuk keluarganya. Semua ia habiskan untuk hubungan gelap itu.
Andika lelah, sangat lelah. Karina tak pernah memperhatikan bagaimana omongan diluar sana soal keluarga mereka. Bahkan sedetik pun Karina tidak memperhatikan bagaimana perasaan Angkasa yang digunjing satu sekolah. Karina hanya mementingkan dirinya dan juga Gunawan---si pacar gelapnya.
"Ini surat yang bapak minta," ujar Sofyan, ajudan Andika.
Andika menerima surat amplop cokelat yang diserahkan oleh Sofyan. Andika menghela nafas panjang. Surat ini, sebenarnya tak pernah terbayangkan akan ia pegang sekarang.
"Terimakasih Sofyan," ujar Andika.
"Sama-sama Pak. Pak, apa bapak yakin?" tanya Sofyan hati-hati.
"Mau tidak mau saya harus lakukan ini," jawab Andika.
"Sabar ya pak, saya tahu apa yang bapak rasakan sekarang," ujar Sofyan.
"Terimakasih Sofyan."
"Sama-sama pak. Kalau begitu saya permisi."
"Silahkan."
Sofyan pun meninggalkan ruangan Andika dan meninggalkan Andika dengan pikirannya yang sedang kacau saat ini. Andika memandangi surat yang tadi diserahkan oleh Sofyan. Surat ini, surat yang akan menjadi penentu atau bahkan akhir antara dirinya dengan Karina.
Mungkin dengan menyerah, semua kebahagiaan yang sempat hilang bisa kembali lagi, batin Andika.
****
Setelah kemarin sempat kalut karena gunjingan satu sekolah, hari ini Angkasa mengajak Bulan untuk sejenak melupakan permasalahan di sekolah. Angkasa mengajak Bulan ke sebuah cafe. Angkasa ingin Bulan tidak larut dalam kesedihan."Kamu dalam rangka apa ngajak aku ke cafe?" tanya Bulan.
"Dalam rangka apa ya," goda Angkasa.
"Ihh, aku tanya juga," ujar Bulan mengerucutkan bibirnya membuat Angkasa gemas.
"Iya iya, jangan ngambek gitu dong," ujar Angkasa.
"Iya iya gak jadi ngambek, tapi jawab dulu pertanyaan aku," ujar Bulan.
"Ya aku cuma mau menyenangkan pacar. Emang gak boleh."
Bulan terdiam. Pipinya mungkin sudah merona kali ini. Angkasa yang terkenal gengsi ternyata bisa gombal juga.
"Pipinya kenapa kayak gitu?" tanya Angkasa semakin menggoda Bulan.
"Apaan sih," ujar Bulan membuang muka agar tidak terlihat pipi merahnya.
"Iya iya, maaf."
Bulan menghela nafas dan kembali menghadap ke arah Angkasa setelah pipinya sudah tidak lagi merah.
"Aku cuma mau melupakan sejenak omongan anak-anak di sekolah," ujar Angkasa.
Bulan menggangguk pelan. Pikirannya kembali melayang pada segala macam umpatan dari teman-teman satu sekolahnya. Bulan menghela nafas agar ia tak menangis saat ini.
"Apa orangtua kita bisa kembali utuh?" tanya Bulan.
"Aku yakin mereka pasti akan menyesali perbuatan mereka. Keluarga kita pun akan kembali utuh," jawab Angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA BULAN (FINAL)✓
Teen Fiction(SELESAI) (SUDAH REVISI) Diikutsertakan dalam event menulis di kwikku.com Angkasa Leonardo, seorang pria dengan paras rupawan, idaman satu SMA Surya. Pria dengan segudang ilmu, maskot nya anak IPA. Semua siswi akan menghampirinya untuk sekadar berfo...