Siapa yang kangen berat??? Colek dong!!🥰🥰🥰
**********Setuju nggak sih kalau perjalanan pulang dari suatu tempat itu terasa lebih cepet daripada perjalanan berangkatnya? Karena tujuan kita pergi telah tercapai. Maka akan terasa cepat. Serasa cepat sekali perjalanan tiga jam dan tiga puluh menit ini. Masih pengen terus menyentuhnya.
Serasa masih setengah jam aku ‘memeluk’ Kenan, dan sekarang sudah sampai di asrama. Sesampainya di depan gerbang, tentu aku langsung melepas pegangan pada pinggang Kenan. Aku nyadar kalik, nggak mau menimbulkan kehebohan lagi.
“Papa …,” desahku deg-degan sambil menatap Papa yang cemas.
Papa menyambutku di depan rumah dinasnya bersama dengan Om Purba dan beberapa om yang lain.
“Papa!” panggilku terbata sambil turun dari motor Kenan.
“Anakku!” kata Papa sambil memburu memelukku.
Kami berpelukan cukup lama. Aku menahan air mata kendati Papa terdengar menyedot ingus sedikit. Mungkin Papa sedikit menangis.
“Maafin Papa, ya, Nak? Salah Papa banyak sekali sama kamu,” ujar Papa sedih.
Aku menatap wajah Papa yang tampan walau memerah itu. “Alea juga salah banyak sama Papa. Maafin Alea, ya, Pa?”
“Kamu tidak pernah bersalah,” simpul Papa lantas memelukku lagi.
Kami bertangisan bersama.
“Alea kangen Papa,” ucapku parau.
“Terima kasih telah kuat melewati semua ini, Nak!” ucap Papa bangga.
“Mulai sekarang kita hidup berdua dengan bahagia, ya, Nak!” imbuh Papa sambil memandangku lekat.
“Oh iya, Ken!” panggil Papa setelah menyusut tangisnya sambil menatap mentor kesukaanku.
Kenan berbalik dan menegakkan badannya. "Siap!"
“Terima kasih banyak atas usahamu mendewasakan anak saya. Terima kasih atas kebaikanmu selama ini. Saya harap kedatangan seseorang bisa menjadi hadiahmu,” kata Papa sambil tersenyum.
Kenan terlihat tak enak sekaligus bingung. Aku pun demikian, seseorang siapa?
“Siap, Komandan! Izin, saya senang bisa membantu,” balas Kenan tanpa bertanya siapa seseorang itu.
Lha kok malah aku yang penasaran sih?
“Dia ada di belakangmu!” ujar Papa sambil menunjuk dengan dagunya yang lancip.
Kontan, dia menoleh. Begitu pun denganku.
“Ndindin!” panggil Kenan begitu saja.
“Andina!” desahku lirih nyaris tak terdengar.
Itu pemilik sahnya Kenan. Mau nangis gulung-gulung kayak abis disentil ginjalku. Pertama, agak jealous. Kedua, tadi abis meluk Kenan alias pegangan yang intim. Ketiga, aku habis pergi sama dia ke tempat yang jauh. Duh, semoga mereka nggak berantem karena aku lagi.
“Semoga kamu senang dengan kedatangannya, Ken!” ucap Papa bahagia. Tidak denganku.
“Siap, Komandan,” jawab Kenan pelan sepertinya malu.
Aduh, kayaknya dia juga berseri-seri. Seneng, ya, Kenan? Tidak ingin mengingatku lagi?
“Yuk, Nak, biarkan Danton Kenan ngobrol dengan Mbaknya,” ajak Papa sambil menyeretku masuk.
Aku masih ingin menyaksikan mereka, terutama Kenan. Ini kesempatanku memandangi wajahnya sampai puas.
“Mohon izin, Komandan, terima kasih banyak atas izinnya,” ujar Andina penuh hormat. Dengan senyuman manis ala Putri Indonesia. Iyo sih dia 'kan finalis ajang putri-putrian itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Duren // Republish
RomanceDuren alias durian adalah king of the fruits. Raja dari buah-buahan. Kenapa bisa jadi raja? Mungkin karena duren punya tahta. *plak Azalea, 17 tahun, adalah anak duren. Bapaknya dia buah dong? Nggaklah, Absurd! Oh bapaknya dia duren? Iya, duren. Ohe...