“Iya, Pa. Maafin, Alea. Kemarin beneran sibuk sampai nggak bisa ngabarin. Penumpang full,” jelasku berusaha mengambil hati Papa di telepon.
Anda benar, aku sedang diomeli pak Yudho karena lupa menelepon sejak kemarin. Nggak usah dibayangin seserem apa marahnya.
“Kamu tahu, Papa nggak tidur semalaman hanya karena mikirin kamu nggak kunjung aktifin HP! Papa kira kamu kenapa, untung belum sampai kontak kantor Garuda!”
Aduh tanda seru semua sih kalimatnya papa, hiks.
“Ampun Pa …,” aku mengecilkan suara. Takut mengganggu Mbak Ika.
“Papa kan udah bilang, kabari walau cuma pesan singkat! Apa susahnya sih? Nggak biasanya kamu seaneh ini Alea! Kamu kenapa?”
Emang dari kemarin aneh kok, Pa, rasanya … berasa ada sesuatu gitu.
“Iya Pa, maaf …. Papa tenang aja, penerbangan Alea lancar kok. Nggak ada masalah,” jelasku pelan.
“Papa tetap kepikiran kamu setiap flight. Mau seaman apapun maskapaimu, Papa tetap kepikiran! Kalau kamu begini lagi, mendingan kamu resign!”
Alamak, ancaman Papa serem gini sih.
“Jangan dong, Pa …. Iya Alea minta maaf ya?”
“Awas ya! Kalau kamu nggak pulang minggu ini, Papa luruk homebase-mu! Jangan dikira Papa nggak tahu ya!”
Ya Salaaam penentangan Papa tentang profesiku ini masih saja berlangsung hingga kini. Sumpah ya dari first flight sampai flight yang kesekian-kian, aku selalu diancam yang sama.
Klik! Akhirnya telepon ditutup setelah pak Yudho bertanya posisiku di mana. Kujelaskan dengan runut kalau aku sekarang ada di Timika. Untung saja tangisan adik bayiku memotong kemarahan papa. Fyuh, berasa aneh emang hidupku dari kemarin.
Dan ternyata keanehan itu berasal dari pertemuan hari ini. Pertemuan pertamaku setelah empat tahun berpisah dengan Kenan. Ya, yang tadi itu beneran Kenan kok, aku nggak halu atau delusi. Kenan beneran jadi penumpang terakhir yang turun di Mozes Kilangin. Itu artinya sekarang kami ada di kota yang sama.
Bukan hanya Kenan, tapi juga Kak Aga, Sandiaga Himawan. Aku memang tak pernah membuka cerita tentangnya. Kak Aga adalah seorang pilot Hercules, lulusan AAU berpangkat kapten. Usianya sudah 30 tahun, 8 tahun lebih tua dariku. Nggak tahu kenapa dia masih iseng ngejar cewek umur 22 tahun, dan itu aku.
Kak Aga ini emang nggak kalah aneh sama Kenan. Dia baik dan romantis, ngebet nikah karena emang usianya udah segitu. Namun, apa daya yang diajak nikah ruwet, sebut saja aku. Berkali-kali dia melamarku pakai cara romantis sampai ngenes hasilnya sama, kutolak.
Jangan ditanya kenapa, sudah tahu alasanku apa bukan? Karena hatiku masih tertulis nama Kenan Attaqi Jusuf. Kenan memang jadi pemicu kenapa aku bisa jadi FA. Kenan juga menjadi orang yang ingin kupameri, ini lho anak didiknya yang dia putusin dulu udah jadi orang. Jadi, dia nggak sia-sia ninggalin aku.
Nggak tahu apa alasanku nggak nerima Kak Aga sampai sekarang, mungkin karena masih cinta Kenan? Iya, mungkin. Tapi sejujurnya aku masih malas memikirkan cinta. Masih fokus kerja dan kerja. Asyik aja profesi ini walau susah sekali pada awalnya.
“Dimarahi Papa, Dek?” potong Mbak Ika yang membuatku sadar.
Nyadar diri kalau aku lagi sekamar sama FSM, senior yang punya jabatan impian saban pramugari, yakni Mbak Ika. Halo Alea, jaga sikap napa!
“Maaf ya Mbak, tadi suara saya bangunin Mbak ya?”
Mbak Ika menggeleng. “Nggak kok. Cuma kepo aja. Jangan bikin ortu kepikiran, Dek!”

KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Duren // Republish
RomanceDuren alias durian adalah king of the fruits. Raja dari buah-buahan. Kenapa bisa jadi raja? Mungkin karena duren punya tahta. *plak Azalea, 17 tahun, adalah anak duren. Bapaknya dia buah dong? Nggaklah, Absurd! Oh bapaknya dia duren? Iya, duren. Ohe...