Malam ini sejujurnya aku lelah maksimal. Tiga hari flight jarak jauh pulak. Rasanya ingin segera rebah di homebase dan menjelang mimpi. Namun, hari ini terlalu cepat untuk diakhiri. Terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja. Rasanya mimpiku tak ada artinya jika dibandingkan dengan pertemuan ini.
Bukan masalah aku masih cinta, hanya sejuta pertanyaan ingin kutanyakan padanya. Banyak cerita yang ingin kubagi, sekedar mengatakan aku telah jadi orang yang berguna. Supaya dia bangga, sekalipun telah menyakitiku di masa lalu.
Maka berjalanlah aku sembari menyeret koper besar, belum lagi menenteng tas hitam di bahuku. Kalau dirasa ya berat, tapi tak apa. Yang penting cepet ketemu Kenan lagi.
“Kakak di mana?” tanyaku pada si Kenan Rewel, nama kontaknya masih sama tak pernah kuubah atau kuhapus.
“Nomormu masih sama, Non!” balasnya tanpa menjawabku.
“Kakak di mana?” tegasku tak sabar. Aku berhenti di depan pintu exit sambil celingak-celinguk.
Sebagai info, aku sudah ditinggal mobil maskapai. Mungkin nanti naik taksi kalau pulang ke apartemen.
“Arah jam tiga!” jawab Kenan yang membuatku lantas menoleh ke sebelah kanan.
Seorang lelaki tinggi, berwajah tampan kulit kuning, dan berseragam loreng mendekat padaku. Wajahnya masih sama, tanpa senyum dan jutek. Dia mendekat sambil menenteng tas punggung warna hitam dan tas jinjing berinisial Kenan AJ dengan benang emas.
“Azalea nyablak, 'kan?” sapanya nggak sopan.
Tak mau kalah. “Kenan Rewel, 'kan?”
Dia tertawa lepas, seolah tak bisa bicara lagi. Sapaan yang aneh bagi mantan kekasih. Mau apa dia, dikata aku masih gampang diejek apa kayak dulu.
Dia mengeluarkan kerah baju dari balik hoodie hitamnya. “Saya sudah letnan satu, yang hormat kamu sama mentor!”
“Saya juga udah punya lencana pramugari. Jangan asal, ya!” Tak mau kalah aku menyodorkan lencana pramugari di dada yang bertuliskan namaku, Azalea.
Dia mengepakkan kedua tangannya. Entah tepuk tangan bangga atau mengejek. Mari kita lihat mau apa dia?
Aku mengikuti ajakan Kenan yang menggiringku ke kafe bandara. Dia memesankanku kopi latte, sementara ia expresso. Disesapnya sedikit lantas bibir judes itu menata kalimat.
“So, ini kamu sekarang? Pramugari? Seorang Alea itu!” letusan pertama dari Kenan resek.
“Kenapa emangnya sama Alea? Aneh, ya?” balasku kesal.
Jangan kasih kendur Alea! Jangan menunjukkan kelemahanmu di depan mantan. Tunjukin kalau kamu bisa bikin dia nyesel!
“Nggak nyangka aja gitu. Selamat, ya, anak didik! Berhasil juga saya jadikan kamu orang.”
“Sejak dulu saya emang udah orang. Emang saya pernah jadi batu karang?”
Kenan membuang tatapan mukanya ke arah yang lain. Sepertinya mulai membuat letusan kedua.
“Kabar gimana? Baik aja? Udah nikah kamu?” berondongnya tanpa bernapas.
“Kepo!” jawabku cuek.
“Waaah, udah berani jawab saya ya sekarang. Kamu beneran bukan Alea yang dulu lagi itu, ya?” tanya sekaligus sindirnya.
“Kalau Kakak jawab saya, nanti saya gantian jawab!”
“Gender banget sih kamu!”
“Oke, clue pertama kamu masih lajang, iya 'kan?” alihnya sambil menatapku lekat.
![](https://img.wattpad.com/cover/220404278-288-k573911.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Duren // Republish
RomanceDuren alias durian adalah king of the fruits. Raja dari buah-buahan. Kenapa bisa jadi raja? Mungkin karena duren punya tahta. *plak Azalea, 17 tahun, adalah anak duren. Bapaknya dia buah dong? Nggaklah, Absurd! Oh bapaknya dia duren? Iya, duren. Ohe...