PERASAAN

3.2K 245 46
                                    

•°•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•°•

TAMARA duduk di bangku belakang perpustakaan. Sendirian dan sepertinya sedang melamun.

Dari pagi, dia cuek padaku. Dia pasti sangat marah atas sikap Nichole kemarin. Tapi, itu bukan sepenuhnya salahku. Saat itu yang kupikirkan Nichole sedang berduka. Itu saja.

Semoga, dia bisa mengerti.

Takut-takut, aku mendekatinya.

"Tam ...." Aku menyapanya lebih dulu.

"Sorry!" Tiba-tiba dia mengatakan itu tanpa menoleh.

Alisku bertaut.

"Maaf karena kemarin gue udah berlebihan. Harusnya kemarin gue nggak bersikap begitu."

Tanganku bergerak cepat. "Nggak gitu, Tam." Aku luruskan pikirannya. "Lo sama sekali nggak salah. Memang gue yang keterlaluan. Gue ... terlalu takut dengan Nichole."

Kosong sejenak.

"Boleh duduk, nggak?" tanyaku.

"Sini!" Dia ditepuk-tepuk tempat kosong di sebelahnya.

Duduk, tanganku kemudian terulur sebagai permohonan maaf kepada Tamara.

"Tolong, maafin-"

Dia menggeleng. "Gue yang berlebihan. Harusnya kemarin gue nggak gitu. Emang siapa gue di antara kalian?" Tamara tercekat. "Dibandingkan dengan lo ...."

Kupeluk dia.

"Udah jelas Niki lebih care dengan lo. Childhood sweet heart." Lagi, air matanya menetes. Ternyata, dia memang benar-benar menyukai Nichole.

"Nggak gitu, Tam," kataku seraya mengusap-usap pundaknya. "Antara gue dengan Nichole emang nggak ada apa-apa. Semua itu karena gue terlalu takut untuk melawan dia. Sumpah, Tam!"

Tamara menyingkirkan tanganku dari tubuhnya.

"Jangan bersumpah apa-apa, An!" Dia menatapku tajam. "Kalau lo sendiri belum tahu perasaan lo yang sebenarnya."

Aku diam.

"Lo benci? Takut? Atau sebenarnya malah cinta dengan Niki?"

"Tam-"

"Kalau lo benci dengan Niki, lo nggak akan kasih ruang sedikit pun ke dia."

Tamara membuat mulutku terkatup rapat.

°•°

Malam harinya, aku dan Nenek berada di rumah Nichole. Walau semua urusan sudah ditangani catering, kami tetap datang membantu sebagai rasa hormat.

Sebisa mungkin, aku tidak bertemu Nichole. Meski tadi sempat melihatnya sekilas.

Dia ... kelihatan beda.

Bajingan yang MencintaikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang