Inginku hiatus berabad-abad. Hiks.
Tapi, jariku selalu nggak tahan mau ketik cerita.
Hastag_kapan_satujuta_readers?Happy reading!
•°•
Seperti sebuah tarikan napas yang kuhela, hanya dalam sepersekian detik.
Begitu singkat.
Semua pergi dari hidupku.
Berapa lama aku tidak sadarkan diri?
Berapa lama anakku bisa bertahan di dalam rahim?
Senyap. Semua pergi, bahkan Nenek juga sudah tidak ada di sisiku.
Tidak ada puasnya aku lampiaskan kemarahan pada Nichole. Tangisku begitu dalam, meminta penjelasan, kenapa dia seenaknya mengambil keputusan.
"Dokter bilang kamu harus dioperasi Ana!" Hanya penjelasan singkat dari Nichole.
"Kenapa kamu yang atur!" Tetap saja, aku tidak terima.
"Karena kamu harus hidup!" Nichole menyalak.
"Persetan dengan kamu! Aku benci kamu, benci!" Sampai serak aku teriaki dia.
Ruang perawatanku, sepertinya termasuk kelas VIP. Tempat ini cukup lebar dan tersedia beberapa perlengkapan. Aku bebas teriak tanpa khawatir menggangu pasien lain.
"Kembalikan anak aku, Nik ... kembalikan." Aku terus menangis sejak sadar setengah jam yang lalu. Hatiku hancur, mengingat sudah tidak ada siapa-siapa lagi yang kumiliki.
Nichole, diam di sisi sebelah kiri tempat tidurku.
"Ana-"
"Kamu bohong dengan dokter, 'kan?" Kusadari Nichole berbohong pada semua. Aku tertawa geli sendiri, meski hati sebenarnya perih. "Kamu mengaku suami, supaya bisa bebas membunuh anakku. Nichole ...." Tawaku semakin kencang.
Dia menggeleng cepat.
"Kamu bohong, supaya bisa membunuh dia. Setelah ini siapa, Nik? Aku atau Damar?" Kembali aku tertawa.
Terus tertawa, menutupi perih yang sebenarnya. Tapi, aku tidak kuat. Air mataku kembali mengalir deras.
"Kenapa, Nik, kenapa anakku dibunuh?"
Nichole bersimpuh, merengkuh pundakku.
"Kamu sebut pembunuh atau apa, nggak masalah! Di mata kamu, memang aku selalu salah."
Aku masih sesenggukan kala mendengarnya.
"Tapi, Ana, aku lakukan ini supaya kamu bisa bertahan hidup. Demi kamu!"
Aku memelotot. Senyum sinis kutunjukkan padanya.
"Aku nggak mau hidup tanpa anakku."
"Kenapa keras kepala!" Nichole semakin kuat mencengkarmku.
Kudorong dia.
Nichole terhempas, meski aku tahu dia menjauh bukan karena doronganku. Dia pasti sengaja memberi jarak, agar aku bisa bergerak.
"Aku mau anakku!" Rasanya aku begitu linglung, sampai tidak tahu harus melakuan apa.
Kakiku terjuntai ke bawah, akan turun dari sini. Pergi sejauhnya, aku tidak mau di dekat monster yang tega membunuh anakku. Aku akan pergi, menyusul buah hatiku.
"Mau ke mana kamu?" Nichole mencegah dengan memegang lengan sebelah kiriku.
"Lepasin, aku mohon. Aku mau ikut anakku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bajingan yang Mencintaiku
عاطفيةJudul sebelumnya (The Bastard Who Loves Me) +18 ⚠ Jangan diplagiat Follow akun authornya biar, gak ketinggalan notif . . . (Judul sebelumnya Forever. Sengaja ganti, karena banyak yang kira teenfic) "Nik, berhenti memperlakukan aku seperti pelacur." ...