Penolakan

2.4K 214 52
                                    



•°•

Nichole hanya bercanda. Aku harap dia tidak serius ingin menikah denganku.

Es krim sudah ada di hadapan. Berhubung tak tahan, tanpa malu langsung kusendok si dingin yang manis ini ke dalam mulut.

Nikmat.

Kusendokkan lagi dan lagi, sampai lupa kalau ada Nichole di depanku.

Dia menyesap kopi, dan matanya tajam menyorot padaku.

Mendadak jadi kikuk.

"Di sini." Nichole menunjuk bagian kiri bibirnya, dengan telunjuk. Dia memberi tanda kalau ada sisa makanan di bibirku.

Ambil tisyu, aku ikuti arahan Nichole.

Dia tersenyum tipis. "Kalau mau, biar Abang yang bersihin."

"Nggak usah." Aku menggeleng. Langsung saja aku sapukan tisyu ke sekitar bibir.

"Kenapa, Ana?" Nichole masih memperhatikan. "Abang bahkan mau membersihkan tubuhmu setiap hari, kalau kamu izinkan."

Sontak aku batuk, karena saking terkejutnya.

Aku kesal, kata-katanya terlalu kotor untuk didengar. Kalau aku punya uang, aku pasti sudah memakinya dan tidak akan makan pakai uangnya.

Nichole malah tergelak.

"Nah, begitu, Ana."

"Begitu apa?" Aku tidak mengerti dengan maksudnya.

"Kalau kamu marah sama Abang, tandanya kamu sudah kembali jadi Ana yang dulu."

Ana yang dulu?

Nichole kembali bicara. "Abang pernah bilang, kalau Abang suka ada api amarah di mata kamu." Netranya terus membidikku. "Itu membuat hati Abang hangat."

Kehabisan kata. Ternyata, Nichole masih menyimpan perasaan yang sama.

Kami saling tatap sebentar, sebelum aku jatuhkan pandangan kembali ke bawah.

Sebetulnya, ada rasa nyaman di dalam hati saat Nichole bersikap manis seperti ini. Ada rasa ... di mana aku berharap, bahwa sikap Nichole bisa begini selamanya.

"Kembalilah, jadi Ana yang dulu, An." Dia kelihatan memohon. "Hiduplah bersama Abang."

Apa yang dipikirkannya? Jangan-jangan, Nichole berharap terlalu jauh.

"Ana yang dulu, sudah mati," kataku dengan suara yang nyaris tak terdengar. "Ana yang polos, Ana yang punya impian, semuanya-" Rasanya ada yang mencekik leherku. Sulit untuk mengatakan kalau aku sudah berbeda.

"Abang nggak pernah peduli, An."

Memang susah untuk membuat Nichole mengerti.

"Nikah sama Abang, An!" Dia kembali membahas soal pernikahan.

"Bang-"

"Kamu nggak perlu jatuh cinta dengan Abang. Cukup setia, dan jangan pernah berkhianat."

Dia bodoh?

Bagaimana bisa dua orang berada dalam ikatan pernikahan tanpa cinta.

Nichole, kenapa sulit bagiku untuk memahami pola pikirnya.

"Apa yang buat kamu ragu, An?"

Aku hanya diam menatapnya.

"Apa yang kamu mau, bisa Abang kasih. Uang, harta, kedudukan? Abang bisa kasih ke kamu semua itu."

Aku merasa lucu. Berharap Nichole bisa bersikap manis? Bodohnya.

Sampai di sini, aku paham. Bahwa, selamanya aku dan Nichole tidak akan pernah bisa bersama.

Cara dia berpikir, belum bisa kumengerti. Aku merasa, dia masih menganggap bahwa aku barang yang bisa dia beli.

"Bang-" Kutunggu beberapa detik untuk Nichole kalau-kalau dia mau bicara lagi.

Ternyata, dia memberiku kesempatan untuk bicara.

"Aku mohon, kita jangan bertemu lagi ...."

"Ana-"

"Bang ...." Ini sama-sama berat bagi kami. Tapi, aku juga tidak mau membohongi Nichole. Cukup, untuk dia terus memaksakan keinginannya. "Jangan taruh perasaan apa pun untuk perempuan di hadapan Abang ini."

Rahang Nichole mengeras.

"Ana, apa yang salah dari perasaan Abang ke kamu? Hah?"

"Nggak ada yang salah," lirihku, "cuma memang kita nggak bisa bersama. Ada banyak orang yang bisa terluka. Tamara, aku, bahkan Abang sendiri."

Nichole masih belum menerima.

"Seandainya Abang bisa, sudah lama Abang pilih perempuan lain. Bagaimana kamu mengabaikan dan meremehkan perasaan Abang ...." Nichole meremat dadanya, membuat kemeja yang dia pakai berkerut. "Cuma kamu yang Abang mau."

Entah untuk alasan apa, Nichole begitu menginginkan aku.

Kenapa, dia sangat terobsesi untuk memilikiku?

"Abang, bisa dapet perempuan yang jauh lebih baik dari aku. Ada banyak gadis baik di luar sana yang bisa Abang miliki. Tamara-" Aku berhenti untuk mengambil napas sejenak. "Dia bahkan sangat menyukai Abang."

Kami masih berdebat. Untungnya restoran tempat yang kami datangi ini sepi. Hanya terlihat beberapa pramusaji yang hilir-mudik, dan beberapa pengunjung yang sedang duduk menikmati makanan.

"Ana, hiduplah bersama Abang. Berhenti memikirkan orang lain. Bangunlah hidup yang baru bersama Abang."

Si kepala batu! Harus cara apa lagi aku bisa mengubah pikirannya.

"Abang akan anggap anak itu ...." Mata Nichole menatap perutku yang sebetulnya tertutup meja. "Sebagai anak Abang."

"Bang ...." Nadaku sudah sangat memelas.

"Setialah dengan Abang, maka Abang akan melindungi dan menjaga kamu. Abang akan kasih semua yang Abang punya, untuk kamu."

Untuk beberapa saat, kami tidak mengeluarkan sepatah kata.

Aku berjibaku dengan pikiran sendiri, entah bagaimana dengan Nichole.

Kalau Nichole bisa memahami, hatiku juga hancur. Nichole yang kukenal sejak kecil sudah berubah.

Dulu, dia adalah sosok kakak yang aku sayangi.

Wajah manisnya yang kuingat, perlahan pupus karena arogansinya.

Tidak banyak yang tahu, bahwa Nichole yang dulu 180° berbeda dari yang ada di hadapanku sekarang.

Aku menyayangi Nichole yang dulu, sebelum dia berubah. Tapi, tidak tahu apakah bisa mencintainya, kelak.

Penolakanku, selain karena aku takut dengan sikapnya yang mudah berubah, juga karena aku tidak mau menyiksanya dengan kebohongan.

"Ana ...." Nichole seolah menahan sesuatu yang berat di jakunnya. "Hiduplah bersama Abang." Kali ini bicaranya benar-benar memelas.

Aku tertegun. Sejurus kemudian, air mata mengalir tanpa izin dari kelopak mataku.

Nichole, aku meminta maaf padanya.

Semoga, dengan air mata ini, perasaan itu sampai padanya.

"Berhentilah sampai di sini, Bang. Jangan pernah bantu aku lagi, dalam bentuk apa pun-" Ya Tuhan, aku terisak cukup kuat di hadapannya. "Sekecil apa pun, jangan tolong aku lagi."

"Ana!" Wajah Nichole memerah.

"Atau Abang hanya akan memiliki jasadku!" potongku, cepat..

°•°

Gimana, kalau Niki suruh berguru sama Mahaprana Sultan?
Wkwkw


Silakan, tersedia kolom buat curhat kekesalan kalian terhadap Ana.

Bajingan yang MencintaikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang