Aku tak bisa merasakan apa-apa, selain bayang-bayang Xafier. Sekadar angin berembus pun bisa membuatku tersentak kaget.
Nichole membeku. Mungkin ini hal yang mengejutkan baginya. Di mana aku, justru mengikatnya dalam pelukan.
Aku bukan perempuan suci, jadi tidak perlu munafik untuk berpura-pura polos. Kulakukan ini, karena aku membutuhkan sandaran.
Orang-orang baik dalam hidupku, semuanya telah pergi. Tersisa hewan buas yang lapar, yang siap memangsaku kapan saja.
Hanya Nichole yang aku punya.
"Mereka jahat, Nik." Aku berbisik sembari membelit lengannya. "Aku menyerah dengamu. Lakukan apa yang kamu mau, Nik ...."
"Segalanya?" Antara bertanya atau memberitahu kedengarannya.
Aku mengangguk kecil. "Apa pun."
Nichole memundurkan aku ke belakang, sedikit. "Aku mau kamu, kesetiaanmu, dan ... tubuhmu."
Tercekat, aku sulit berkata-kata.
"Bilang iya, An ...." Nichole memohon.
"Bilang iya," pintanya lagi, ketika belum mendengar jawaban. Sorot matanya, terlihat sendu tanpa daya. "Semuanya, akan aku beri untukmu. Apa pun yang kamu mau, An!"
"Nik-"
"Aku mohon, jangan ditolak lagi," potong Nichole, memelas. Aku tahu, rasanya tidak mudah ditolak berulang kali dan masih terus bertahan.
Kalaupun aku menerimanya, maka aku tidak mau memulai semua dengan kebohongan.
"Nggak ada cinta, Nik. Mau, kamu bertahan sampai aku bisa mencintaimu?
"Suatu saat, cinta itu akan tumbuh."
Aku tidak bisa buru-buru. Nichole punya sifat spontanitas, seandainya aku buat salah, bagaimana?
"Xafier menyiksaku, Nik ...." Dadaku kembali sesak. Tak terbendung, air mata hadir lagi di antara kami. "Sakit--" Aku tak kuat untuk membayangkan yang Bedebah itu lakukan.
"Aku tau." Kembali Nichole mendekatkan keningnya ke keningku. "Maaf terlambat datang, An!"
Isakku semakin kejar. "Aku bukan anak baik, Nik. Aku pembangkang. Banyak orang yang jadi sial karena, aku."
"Aku nggak peduli." Nichole berbisik lembut.
"Nenek meninggal, anakku juga pergi, Damar, Tamara ...." Kusebutkan semua orang yang harus merasakan luka dan kesedihan karena dekat denganku.
"Ternyata, aku yang bawa sial, Nik."
"Bukan!" Nichole menekankan. "Seandainya iya, aku tetap nggak peduli."
Nichole tidak bergeser sedikit pun dari tempatnya. "Jangan lihat laki-laki lain. Lihat aku-" Beberapa detik menjadi kosong, ketika dia menggantung ucapan. "Yang nggak pernah berhenti memperjuangkan kamu."
Inikah sisi lembut Nichole? Bagian yang selama ini kucari dan terus tertutup arrogansinya.
Setan membisikkan hal jahat dalam diriku, tapi nurani menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bajingan yang Mencintaiku
RomansaJudul sebelumnya (The Bastard Who Loves Me) +18 ⚠ Jangan diplagiat Follow akun authornya biar, gak ketinggalan notif . . . (Judul sebelumnya Forever. Sengaja ganti, karena banyak yang kira teenfic) "Nik, berhenti memperlakukan aku seperti pelacur." ...