Sebelum berangkat ke balai istana, pangeran Jing An bersiap-siap dibantu oleh Alen Fang. Meski masih terlihat pucat dengan luka tikaman yang masih belum kering, pangeran Jing An harus tetap menghadiri pemilihan putra mahkota Kerajaan Qing untuk memberikan kejutan kepada lawan yang dia curigai sebagai dalang dibalik penyerangannya semalam.
"Pangeran, apakah mungkin pria yang menikammu semalam adalah pembunuh bayaran suruhan pangeran Zhang Bohan?"
"Bisa saja Alen Fang. Siapa lagi di istana ini yang begitu ingin menyingkirkanku kecuali Permaisuri Wang. Dan kau pasti terkejut mendengar ini. Yang menikamku semalam bukanlah seorang pria, melainkan seorang wanita cantik."
"Apa....??? Benarkah itu pangeran? dari mana kau tahu jika dia seorang wanita?"
"Aku tidak sengaja memutus tali rambut dan cadarnya hingga jatuh ke lantai."
"Wwaahhhh....itu luar biasa, seorang wanita bisa mengalahkanmu pangeran." kata Alen Fang antusias
"Jadi kau sedang memujinya karena hampir membunuh Tuanmu begitu maksudmu?" geram pangeran Jing An
"Aaaaa... tentu saja bukan begitu maksudku pangeran. Apakah dia sangat hebat ketika bertarung melawanmu pangeran?"
"Hemmhhhh.... aku belum pernah melihat seorang wanita bertarung seperti itu denganku. Bahkan putri Li Yi Sung pun yang seorang putri Jenderal Kerajaan Qing tidak sepadan dengannya."
"Maksud pangeran?"
"Wanita itu begitu lincah dengan bentuk tubuhnya yang proporsional. Dia sangat teliti dan mampu membaca dengan baik serangan pedangku sehingga dia dapat menghindarinya. Setiap serangannya begitu bertenaga. Walau hanya memakai senjata belati dia bisa menjatuhkan pedang yang sedang kugenggam dengan teknik serangan yang tak bisa kuduga. Bahkan teknik seperti itu aku baru melihatnya semalam. Dia menendang tulang kering kakiku dan memukul tulang pergelangan tanganku setelah memutar lenganku. Bukankah itu luar biasa Alen Fang? Dia melukai tulang dan sendi anggota tubuh terpenting dalam bertarung dengan gerakan yang begitu cepat tanpa bisa kubaca."
"Waaahhhh, itu luar biasa hingga pangeran sendiri memujinya seperti itu."
Matahari mulai naik perlahan, cahayanya mulai melesak masuk ke sela-sela pintu dan jendela hingga menyilaukan mata. Bahkan beberapa barang di dalam kamar pangeran Jing An berkilauan memantulkan cahaya sang surya. Tiba-tiba mata pangeran Jing An menangkap sebuah benda yang terlihat berkilau di bawah kolong lemarinya. Sembari masih menahan sakit di dadanya, pangeran Jing An berjalan dan berjongkok untuk mengambil benda itu. Benda berbentuk lingkaran sebesar telapak tangan yang terbuat dari kayu yang telah dipoles halus dengan sempurna. Di tengahnya terdapat sebuah ukiran lambang tanpa bertuliskan huruf satu pun. Di bagian bawah lencana itu terikat sebuah manik-manik seperti hiasan hanfu seorang wanita yang terbuat dari gulungan benang berwarna kuning tua.
"Benda apa ini? Aku merasa tidak pernah memiliki benda semacam ini?" Gumam pangeran lalu kembali duduk di kursinya.
"Benda apa itu pangeran?" Tanya Alen Fang yang sedari tadi mengamati apa yang pangeran Jing An lakukan
"Entahlah, lihatlah Alen Fang...!!! aku rasa aku tidak pernah memiliki benda seperti ini bukan?" kata pangeran lalu menyodorkan benda itu ke hadapan Alen Fang
"Aku pun juga tidak pernah tahu benda semacam ini. Aku akan membawanya dan menanyakannya kepada anak-anak buahku pangeran."
"Baiklah."
Setelah itu muncullah pelayan pangeran Jing An dengan membawa sebuah kotak kayu kecil panjang yang berisi tusuk rambut keluarga istana milik Li Yang Zhu yang tempo hari patah dan kini telah diganti dengan yang baru oleh pelayan bagian perlengkapan keluarga kerajaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Destiny (ON GOING)
Historical Fiction_Bukan Novel Terjemahan_ _Asli dari pemikiran Author_ Hai guys, ada beberapa part yang aku private. Untuk bisa baca follow akunku dulu ya... 😁 Li Yang Zhu, gadis bercadar nan ceria yang berubah menjadi gadis berwatak dingin dan ambisius akibat keke...