Episode 23 : Pinangan Putra Mahkota

330 26 13
                                    

Keesokan harinya seisi pasar digaduhkan dengan adanya mayat yang tergeletak di gang pasar. Salah satu anak buah Alen Fang yang sering keluar masuk paviliun teratai kala itu sedang berjalan-jalan ke pasar membuntuti beberapa pelayan paviliun yang sedang berbelanja. Namun di sebuah gang didapati kerumumam orang-orang yang ternyata tengah mengerumuni mayat seseorang. Dia mengenali mayat perempuan itu dan segera melaporkannya kepada Alen Fang.

Pagi itu pula, pangeran Jing An mengumpulkan seluruh pelayan di halaman paviliun untuk memerintahkan kepada mereka agar menutup mulut mereka rapat-rapat dan tidak menyebarkan berita tentang percobaan pembunuhan kepada Selir Lu dan Li Yang Zhu yang dilakukan oleh orang yang tak dikenal keluar paviliun, apalagi hingga didengar perdana menteri dan Kaisar. Pangeran Jing An beserta anak buahnya akan menyelidiki dan memastikannya lebih dulu. Jika masih tidak ada titik terang, maka pangeran akan melimpahkan kasus ini kepada bagian kejahatan dan pengadilan kerajaan.

Setelah mereka bubar, beberapa pelayan kebingungan karena salah satu rekannya belum kembali sejak semalam dan melaporkannya kepada kepala pelayan Ye Hua dan meneruskannya kepada pangeran Jing An, karena Selir Lu tidak diijinkan oleh pangeran untuk mengurus paviliun terlebih dahulu selagi dalam masa pemulihan sehingga segala keperluan paviliun langsung ditangani oleh pangeran Jing An.

Saat itu juga, Alen Fang datang dan melaporkan apa yang dia lihat di pasar.

"Pangeran, apakah salah satu pelayan perempuan Selir Lu belum kembali sejak semalam?"

"Darimana kau tahu?"

"Dia ditemukan mati di gang pasar."

"Apa...??? Jadi maksudmu, dia saksinya?" Kata pangeran Jing An terperanjat

"Benar pangeran, tapi sayangnya dia dibunuh lebih dulu. Kita akan semakin kesulitan karena saksi kunci telah mati."

"Hahhh, lalu apa yang kau temukan di tubuhnya?"

"Mayatnya telah kukubur, namun aku tidak menemukan petunjuk apapun selain sekantong uang emas ini di sakunya." Kata Alen Fang sembari menyerahkan kantong hitam yang terbuat dari kain yang berisi uang logam berlapis emas itu kepada pangeran Jing An

"Bagaimana dia dibunuh?"

"Dia mati karena jantungnya ditusuk. Tetapi, sepertinya pembunuh itu bukan orang sembarangan pangeran, karena tusukan itu hanya dilakukan sekali dan tepat mengenai jantungnya."

"Jadi maksudmu, dia orang terlatih?"

"Benar pangeran."

"Dia sangat rapi melakukan aksinya. Mengagumkan...!!! Tapi bagaimana dengan pelayan perempuan mata-mata putri Li Mei Shi itu?"

"Tidak ada yang mencurigakan darinya pangeran. Sepertinya bukan putri Li Mei Shi pelakunya."

"Tapi, siapa lagi yang menginginkan Li Yang Zhu mati Alen Fang? Dia orang baru di sini dan tidak pernah pergi kemana-mana. Lalu, darimana musuh-musuh itu dia dapatkan?"

"Entahlah pangeran, hamba sendiri juga merasa bingung."

"Cari petunjuk lain Alen Fang. Jika benar-benar tak ada lagi harapan, kita tutup kasus ini. Jika kita melimpahkannya ke kerajaan pun, mereka akan kesulitan menemukan pelakunya karena saksi kunci telah mati." kata pangeran merasa pasrah dengan keadaan ini

"Baik pangeran."

Setelah itu pangeran Jing An menengok keadaan Li Yang Zhu yang masih sama seperti keadaan semula. Belum ada tanda-tanda dia akan siuman. Semalam tabib Feng mengatakan jika Li Yang Zhu mengalami koma. Tetapi harapannya untuk kembali sadar sangat besar, semua itu dapat dilihat dari kondisi fisik Li Yang Zhu yang tidak mengalami penurunan. Jantungnya berdetak normal,  matanya masih memantulkan cahaya, kulitnya masih bisa mengeluarkan keringat dan suhu tubuhnya juga berangsur normal tak sedingin sebelumnya.

Unexpected Destiny (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang