Kejutan

1.7K 228 7
                                    

Raka dan Rama hari ini benar-benar sibuk. Begitu sampai di rumah setelah selesai dengan kegiatan masing-masing, Adikara bersaudara itu segera membagi tugas untuk membersihkan seluruh isi rumah. Besok orang tua mereka akan pulang dengan membawa kabar gembira, tentu saja Raka dan Rama begitu semangat menyambutnya. Jadilah mereka ingin membuat sedikit kejutan untuk kedua orang tua mereka.

Sebenarnya, Raka saja sih yang sangat bersemangat, Rama masih bimbang dengan hatinya. Ia hanya terlihat bersemangat untuk menjaga perasaan abangnya. Tentu saja Rama tidak ingin membuat binar di mata abangnya hilang, sekalipun hatinya merasa gelisah tanpa alasan.

Raka dan Rama menyiapkan semuanya, membersihkan rumah, menata kebun, bahkan menyiapkan bahan-bahan masakan untuk besok pagi di masak. Orang tua mereka akan sampai siang hari, jadi Raka dan Rama masih sempat menyiapkan masakan. Ralat, Raka saja sih yang masak, Rama hanya membantu doa.

Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Sekarang, Raka dan Rama sedang duduk di ruang keluarga setelah semua kegiatan selesai dan tentu saja mereka sudah mandi. Tadi Mama mengabari akan menelepon, jadilah sekarang mereka berdua menunggu sembari mengistirahatkan tubuh.

Raka dan Rama hanya saling diam. Lelah sekali rasanya. Pasalnya, mereka tidak hanya bekerja berdua tadi, namun sekalian bermain. Raka mengerjai Rama dan sebaliknya. Raka bahkan tidak pernah membayangkan membersihkan rumah akan semelelahkan ini.

Mama is calling..

Ponsel Raka berdering nyaring. Raka bergegas mengangkatnya.

"Hai ma, pa.." Raka memposisikan diri agar dirinya dan Rama terlihat di kamera. Orang tuanya melakukan panggilan video. Di layar ponselnya, Raka dan Rama dapat melihat wajah dua orang paling berarti dalam hidup mereka.

"Hai anak-anak mama. Kalian apa kabar? Raka udah sehat?" Raka mengangguk mantap lalu menegakkan tubuh dan melakukan gerakan yang menunjukkan otot lengannya.

"Sehat banget malah." Suara tawa orang tua mereka terdengar, sedang Rama di sebelahnya merotasikan bola mata.

"Abang nggak jelas, ah! Kurus begitu! Gedean juga ototnya Rama, nih!" Ganti Rama melakukan hal yang sama.

"Enak aja! Abang nggak kurus, ya!" Ucapnya sambil memukul punggung Rama. Rama meringis, perih juga pukulan abangnya. Bales nggak, ya?

"Hei.. kok malah berantem, sih?" Tegur sang ibu.

"Rama, tuh, Ma!"

"Idih! Tukang ngadu!"

"Enak aja!"

"Kalian masih mau lanjut berantem?" Itu suara tegas sang ayah. Raka dan Rama langsung terdiam. Tidak berani lanjut bertengkar tentu saja. Melihat kedua putranya terdiam dan menunduk takut, sang ayah bersuara lagi.

"Anak papa yang akur dong, kalau akur kan seneng papa lihatnya." Raka dan Rama lalu memasang cengiran lebar kemudian saling merangkul satu sama lain.

Panggilan video itu berlangsung begitu lama. Keluarga kecil Adikara saling melepas rindu meski hanya lewat telepon. Ah, Raka harus berterima kasih pada teknologi. Ia bisa dekat dengan orang tuanya yang jauh. Dulu, orang tua mereka dekat, namun terasa begitu jauh. Hari ini mereka jauh, namun terasa begitu dekat. Raka senang. Hari ini ia bisa membagi kasih sayang dengan keluarga. Hari ini ia bisa membuat Rama tahu bagaimana rasanya mendapat kasih sayang dan perhatian orang tua.

Obrolan malam itu adalah pertama kalinya keluarga mereka kembali terasa hangat. Sekarang Rama ingat bagaimana rasanya ada Mama dan Papa di antara mereka. Rama ingat bagaimana rasanya diperhatikan oleh Mama dan Papa. Rama ingat bagaimana senyum Raka mengembang juga tingkah manjanya pada kedua orang tua mereka. Bolehkah Rama berharap keluarga mereka bisa utuh sekarang?

Raka & Rama [Jinkook Local Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang