"Abang tahu kamu nyembunyiin sesuatu dari abang, Yon." Dion hendak keluar dari kamar Raka setelah ia mengantarkan sarapan pagi pada orang yang telah ia anggap kakak itu, namun langkahnya terhenti saat suara Raka yang sarat akan kesedihan terdengar di telinganya. Dion kemudian menghampiri Raka yang duduk bersandar di ranjang besarnya, ia lalu duduk di sebelah Raka.
Raka menatap Dion intens, mencoba membaca apa yang ada dipikiran Dion. Tatapan itu dibalas Dion dengan pandangan ragu. Tentu saja Dion ragu, haruskah ia menceritakan masalah sebenarnya? Jika iya mungkin akan berdampak pada kesehatan Raka, jika tidak, rasanya tidak mungkin Dion tidak jujur karena Raka jelas sudah curiga dengan semua jawaban yang ia berikan setiap kali Raka bertanya tentang Rama.
"Sebelum Dion cerita, Dion mau abang tahu kalau Rama baik-baik aja sekarang.." Menghela napas sejenak, Dion lalu melanjutkan. "Rama sekarang ditahan di kantor polisi, bang."
Pada akhirnya Dion menceritakan semua hal yang ia ketahui, dari awal ia mendapat kabar tentang kasus Rama hingga strategi Dion, Andra, Yudha juga Deva untuk membebaskan Rama.
Cerita Dion telah selesai, namun ia tidak mendapat respon apa-apa dari Raka. Laki-laki itu hanya menatap lurus pada mata Dion, antara tidak mengerti harus bereaksi bagaimana atau sangat syok dengan hal yang baru saja dia dengar. Mungkin keduanya?
Satu-satunya adik yang ia miliki, satu-satunya keluarga yang tersisa, adik yang ia rawat dan didik sejak kecil saat ini sedang ditahan? Raka masih berusaha meyakinkan diri, sambil mencari kejujuran dari mata Dion. Ia berharap Dion akan segera menyemburkan tawa dan berkata kalau ia hanya bercanda, karena awalnya, Raka pun hanya bercanda. Ia hanya merasa tingkah Dion jadi aneh setiap kali ia bertanya tentang Rama. Sama sekali tidak terbesit di pikirannya hal semacam ini bisa terjadi.
"Abang? Abang nggak apa-apa?" Lambaian tangan Dion di depan wajahnya akhirnya menyadarkan Raka dari lamunannya.
"Yang kamu ceritain, semuanya beneran kejadian? Kamu nggak lagi ngarang buat ngerjain abang kan, Yon?" Dion ingin menjawab 'iya, Dion emang lagi ngerjain abang sekarang', tapi dia tidak sanggup berbohong lagi.
"Dion juga berharap ini nggak beneran terjadi, tapi ini kenyataannya, bang.."
"Tapi Dion bisa pastiin, abang nggak perlu khawatir, Rama pasti baik-baik aja. Bang Yudha sama bang Andra juga pasti ngelakuin yang terbaik buat bebasin Rama. Abang jangan terlalu kepikiran, ya?" Raka memejamkan mata mendengar kata-kata Dion. Tidak perlu khawatir katanya?
"Gitu ya? Nggak perlu khawatir, ya?" Rama tertawa kecil. "Yang kakaknya Rama itu siapa, sih? Yudha? Andra? Iya?" Dion terhenyak saat kalimat penuh nada kekecewaan itu terlontar dari mulut Raka.
"Bukan gitu maksud--"
"Keluar dari kamar abang." Dion bergeming. Tidak menyangka reaksi Raka akan seperti ini. Ia lalu memilih mengalah, mencoba memahami perasaan dan sudut pandang Raka, Dion beranjak berdiri dan melangkah menuju pintu.
"Ini juga permintaan Rama untuk nggak ngasi tau abang dulu, Rama nggak mau abang sakit, Dion dan yang lain juga sama. Dion minta maaf, bang." Kemudian pintu kamar Raka tertutup perlahan.
Raka melempar semua bantal disekitarnya, ia juga mengacak-acak selimut dan berteriak kesal. Saat ini, ia butuh melampiaskan amarah. Ia tidak ingin melampiaskannya pada Dion, maka dari itu ia menjadikan dirinya sendiri sebagai pelampiasan. Raka mengacak rambutnya frustasi, kemudian air matanya turun begitu saja. Kenapa dirinya harus terlahir seperti ini? Raka juga tidak ingin lahir dengan kondisi fisik yang lemah. Raka hanya ingin menjaga keluarganya dengan baik. Namun Tuhan sepertinya tidak mengijinkannya karena justru dialah yang membuat keluarganya susah. Raka merasa dirinya tidak berguna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raka & Rama [Jinkook Local Version]
FanfictionBagi Rama, Raka -abangnya- adalah pahlawan. lebih keren daripada Superman atau Batman. Bagi Raka, Rama tetaplah adik kecil yang meskipun ngaku-ngaku sudah dewasa, dia akan tetap ngambek kalau Raka telat pulang kerja.