Jarak

1.7K 250 27
                                    

Waktu berlalu begitu cepat, namun tidak memperbaiki apapun. Rama jadi dingin pada Raka. Tidak sekalipun benar-benar menerima permintaan maaf darinya.

Satu bulan.

Sudah satu bulan sejak musibah itu menimpa keluarga mereka. Sejak itu juga, sebuah jarak tak kasat mata tercipta.

Raka tetaplah Raka. Ia terus berusaha mengajak Rama berbicara, makan bersama, meluangkan waktu untuk adiknya itu dan hal lain yang selalu berujung kecewa karena sedikitpun Rama tidak menganggapnya.

Rama berubah.

Tidak ada lagi Rama yang menunggunya pulang kerja. Yang ada sekarang Rama yang sering pulang tengah malam. Sekalipun hampir setiap hari Raka tertidur di sofa ruang keluarga karena menunggu Rama pulang, hati Rama tetap kaku. Seakan tidak tersentuh atas apa yang dilakukan Raka.

Tidak ada lagi makan bersama, karena Rama selalu pergi lebih dulu. Sekalipun tahu Raka sudah bangun sejak pagi dan menyiapkan makanan kesukaannya, Rama tetap enggan peduli. Tidak juga ada malam minggu bersama lagi, karena Rama akan menginap entah di mana saat akhir pekan tiba.

Raka menghela napas berat. Ia hampir frustasi memikirkan sikap Rama padanya. Raka tidak ingin menyerah begitu saja. Dia akan terus berusaha meskipun Rama mengabaikan. Bagaimanapun, Rama adalah satu-satunya harta yang dia punya.

"Rama masih marah, Ka?" Andra bertanya dengan hati-hati. Sejak berkumpul di kafe dekat kantor tadi, Raka hanya melamun. Andra tahu benar permasalahan yang dihadapi Raka. Maka dari itu hari ini dia dan Yudha mengajak Raka untuk berkumpul bersama. Setidaknya supaya Raka bisa membagi beban pikirannya.

Yudha sudah menceritakan semua padanya. Raka sering pulang cepat akhir-akhir ini. Ia ingin meluangkan waktu supaya bisa berbicara dengan Rama dan menyelesaikan masalahnya, namun selalu berujung menyedihkan karena Rama sepertinya tidak peduli.

"Hhh.. gue juga nggak ngerti harus gimana lagi, Dra, Yud. Bantu gue, please.." lirihnya. Runtuh sudah pertahanan Raka. Akhirnya air mata itu turun juga. Raka segera menghapus kasar air mata itu  Andra mengusap bahu Raka pelan. Berusaha menenangkan.

"Udah coba minta bantuan Dion atau Deva buat ngomong sama Rama?" Yudha bertanya.

Raka mengangguk pelan.

"Tapi mereka akhir-akhir ini juga lagi renggang sama Rama. Dion bilang, Rama punya teman baru. Mereka udah jarang komunikasi sama Rama. Kayaknya, Rama juga menghindar dari mereka berdua." Jelasnya.

Yudha dan Andra terdiam. Mereka tidak punya solusi apapun saat ini untuk membantu Raka. Hubungan Yudha dan Rama jelas sangat tidak baik terakhir kali mereka bertemu Rama begitu marah padanya karena berusaha melakukan hal buruk pada Raka.

"Gue akan cari momen, Ka. Supaya bisa deketin Rama. Lo sabar dulu, ya. Jangan sedih sendiri. Lo tau, kan, lo selalu punya gue sama Yudha?"

***

"Ram! Rama! Tungguin elah!" Dion berusaha menyamakan langkahnya dengan Rama yang entah mengapa kakinya panjang sekali sampai langkah besarnya membuat Dion kesulitan.

"Apa, sih? Gausa ngikutin gue, bisa?" Rama berhenti mendadak, ia berbalik kemudian menatap Dion tak suka. Dion yang ditatap begitu mengerjap-ngerjap bingung. Rama kenapa, sih?

"Lo itu kenapa, sih, Ram? Gue cuma mau ngomong sama lo doang." Rama berdecih pelan.

"Gue udah tau lo mau ngomong apa. Lo mau belain bang Raka, kan? Lo bakal bilang kalau bang Raka butuh gue, kan? Basi!" Rama berbalik, hendak pergi meninggalkan Dion yang terdiam menahan emosi mendengar perkataannya, namun kata-kata Dion membuat langkahnya terhenti.

Raka & Rama [Jinkook Local Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang