Misi Rama, Dion & Deva

2.1K 292 16
                                    

Happy reading! ^^

***

Yudha dan Andra memasuki ruang rawat Raka segera setelah Rama -yang mengabari Yudha perihal Raka masuk rumah sakit- memberi tahu di mana Raka dirawat.

Raka sekarang sedang tidur karena pengaruh obat. Sedangkan Rama dan Dion juga tertidur di sofa dalam ruang rawar VIP itu. Wajah dua anak kuliahan itu terlihat begitu lelah. Andra yang melihat pemandangan itu tiba-tiba dipenuhi rasa bersalah.

Dua minggu yang lalu Yudha datang padanya dalam keadaan mabuk berat. Ini pertama kalinya bagi Andra melihat temannya dalam kondisi seperti itu. Yudha menangis dan meracau, menceritakan betapa ayahnya -Pak Ardi, CEO di tempat Yudha dan Raka bekerja- membanggakan Raka seolah-olah semua pencapaian tim itu hanya dihasilkan oleh otak cemerlang Raka.

Selama ini, Pak Ardi memang disegani dan dihormati karena ia lembut dalam bersikap pada karyawan di kantor. Namun yang tidak semua orang tahu, Pak Ardi adalah sosok yang sangat dingin di rumahnya. Itu sebabnya Yudha begitu merasa sakit hati. Ayahnya tidak pernah memperlakukannya seperti seorang anak, bagi sang ayah, Yudha adalah seorang kepala tim R&D yang beruntung karena ada Raka dalam tim yang ia pimpin.

Andra saat itu hanya menjadi pendengar saja. Sungguh tidak punya niat jahat. Yudha bilang sekali itu saja ia ingin membuat ayahnya memandang dirinya, meskipun bukan sebagai anak tapi sebagai kepala tim, Yudha tidak apa-apa.

Selain itu, Yudha memberi imbalan yang sangat besar untuknya. Dalam hati Andra ingin menolak, namun saat itu, adik Andra, Disa namanya, sedang sakit parah. Adiknya yang baru menginjak usia 17 tahun itu divonis gagal ginjal. Disa perlu perawatan intensif, tentu saja dengan biaya yang tidak sedikit. Yudha menjanjikan pembiayaan penuh atas perawatan Disa, juga menjadikan Disa prioritas untuk mendapat donor.

Hingga saat ini, Disa masih dirawat di rumah sakit. Adiknya itu dirawat di kamar yang tidak jauh dari kamar rawat Raka sekarang.

Pada akhirnya Andra luluh, dia membantu Yudha menyabotase komputer Raka. Hasilnya memuaskan bagi Yudha. Andra kira, Yudha akan berhenti saat itu, namun ternyata, ia salah besar.

"Pada tidur semua Yud, mending kita ke sini nanti aja." Andra bersuara pelan, takut mengganggu.

Yudha tersenyum kecil menanggapi.

"Ngasih kejutan dikit kan nggak masalah, Dra." Katanya.

Andra benar-benar sudah tidak tahu lagi bagaimana mengatasi Yudha sekarang. Rasa bersalah Andra semakin besar melihat Rama dan temannya menggeliat dalam tidur mereka. Andra mengenal Raka dengan baik meski tidak terlalu akrab. Ia juga mengenal Rama karena pernah bertemu pada saat Andra datang ke rumah Raka untuk mengambil berkas. Begitu Raka mengenalkannya sebagai staff utama tim IT di Dirgantara, Rama langsung menjejalinya dengan berbagai pertanyaan seputar IT yang membuat Andra sedikit kesulitan menjawabnya.  Hanya sebentar dan Andra langsung dekat dengan Rama, padahal, selama ini Andra bukan tipe orang yang mudah dekat dengan orang yang baru dikenal.

"Gue harap lo masih kuat, Ka. Karena mungkin, ini akan sedikit panjang. Maafin gue, Ka. Tapi sekali ini aja, izinin gue bahagia." Itu suara Yudha. Ia berbicara tepat di depan ranjang Raka. Tentu saja ia tahu Raka tidak akan menyahuti. Itu hanya sedikit ungkapan hatinya.

Sebenarnya, Yudha sedikit tidak tega. Bagaimanapun, Raka adalah teman dekatnya, selain Andra. Yudha tahu bagaimana baiknya Raka. Namun keegoisan akan pengakuan dan kecemburuan yang begitu besar membuat perasaan sayang pada temannya itu tertutupi dan berubah jadi benci.

Yudha dan Andra lalu melangkah pergi meninggalkan kamar Raka. Menutup pintu perlahan agar tidak mengganggu.

Begitu mereka keluar, Rama membuka mata. Ia sebenarnya sudah terbangun sejak dua orang teman abangnya masuk. Rama yang baru saja tertidur itu terganggu dengan suara pintu. Hanya saja, keinginannya untuk istirahat sangat-sangat besar hingga ia memutuskan untuk pura-pura tidur.

Namun Rama tidak pernah menyangka akan mendengar Yudha mengatakan hal seperti tadi. Apa maksud Yudha?

Rama benar-benar curiga sekarang. Ia lalu mengambil telepon genggamnya dan mengirim pesan pada Deva. Ia butuh bantuan. Setelah ini, dia juga akan mengajak Dion untuk membuat rencana. Rama harus bisa melindungi abang. Harus!

***

"Kalau situasinya begini, kayaknya emang gue harus bantuin lo, Ram." Rama mengangguk mantap, seratus persen setuju dengan perkataan Deva.

Saat ini, Rama, Dion dan Deva sedang berkumpul di kafe di seberang Rumah Sakit. Setelah menghubungi Deva, Rama segera membangunkan Dion dan menceritakan semua kecurigaan serta kata-kata Yudha yang dia dengar tadi.

Mendengar cerita Rama, Dion jadi ikut curiga. Dion tahu bagaimana selama ini pekerjaan Raka begitu lancar di kantor. Raka juga sering bercerita betapa baik bosnya itu. Dion juga tidak lupa bahwa Raka adalah orang yang begitu cerdas dan memiliki ketajaman berpikir yang luar biasa. Maka dari itu, permasalahan kantor yang terjadi berturut-turut di pekan ini membuatnya ikut merasakan kecurigaan Rama.

"Gue juga ikut." Dion menyahut "Tapi kita bertiga harus bikin rencana yang bagus dulu. Lagipula, kita juga masih perlu bukti, bang Yudha beneran ngerencanain hal jahat atau enggak ke bang Raka." Rama mengangguk lagi.

"Kayaknya gue tahu harus mulai dari mana." Celetuk Rama. Dion dan Deva lalu menatap Rama dengan penuh tanya. Sadar dengan tatapan itu, Rama menjawab. "Gue akan mulai dari bang Andra. Menurut gue, dia pasti tahu sesuatu." Yakin Rama.

Dion dan Deva mengangguk setuju.

"Gue akan mulai dari ngeretas telepon abang lo, Ram." Deva berujar dengan tatapan yang mengisyaratkan permintaan izin pada Rama. Astaga, padahal Rama yang memohon agar Deva mau membantu, tapi Deva tetap merasa berdosa karena telah setuju. "Pokoknya setelah ini semua, lo harus bantu gue minta maaf sama bang Raka!" Serunya lalu.

"Abang pasti ngertiin kok, lagipula, lo kan 'adik' kesayangan bang Raka." Rama menyindir. Kadang terbesit rasa iri pada Deva yang sangat dekat dengan Raka. Padahal, mereka hanya kenal karena Deva pernah magang di Dirgantara.

"Iri bilang, bos!" Itu bukan suara Deva, tapi suara Dion. Mereka bertiga lalu tertawa, menyegarkan otak sejenak sebelum menjalankan misi penting untuk melindungi Raka, orang yang mereka bertiga sayangi.

TBC.

Kim Seok Jin dan maknae line terdabes lah pokoknya. 🤣

Double up surprise! 😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Double up surprise! 😁

Raka & Rama [Jinkook Local Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang