"Abang ngapain di kantor itu? Bukannya Bang Andra udah resign, ya?" Rama akhirnya memilih bertanya setelah sejak Andra masuk mobil, pemuda itu hanya diam dan menutup mata.
Andra menghela napas, sejak tadi dia memejamkan mata bukan karena ingin tidur, melainkan sibuk memikirkan cara untuk menghilangkan suasana canggung yang terasa sejak ia memasuki mobil Rama. Salah Andra sendiri sih, dia spontan saja tadi. Tidak punya rencana sama sekali. Hanya berusaha memanfaatkan keadaan sebab ia berjanji pada Raka akan mencoba mendekati Rama.
"Ada yang mencurigakan soalnya." Andra menjawab singkat. Tidak tahu bagaimana menjelaskannya pada Rama.
"Apa?" Tuh, kan. Andra cerita nggak, ya?
"Ini masih dalam penyelidikan gue sama Yudha, sih. Kayaknya, ada yang berniat jahat sama abang lo, Ram." Andra reflek menahan tubuhnya yang terbanting ke depan karena Rama yang menginjak rem tiba-tiba. Beruntung jalanan masih sepi hingga mereka terhindar dari kecelakaan yang mungkin saja akan terjadi jika ada kendaraan lain di belakang mereka.
"Lo gila, Ram?!" Andra memekik setelah mobil itu benar-benar berhenti. Ia menghadap Rama yang sekarang hanya menatap lurus ke depan. Kedua tangannya menggenggam kemudi dengan erat, menahan gejolak emosi dalam hati.
"Jelasin, bang. Jelasin maksud omongan lo tadi. Siapa dan kenapa ada orang yang berniat jahat sama bang Raka?" Tanyanya pelan, namun tajam.
Andra mengalihkan tatapannya keluar jendela.
"Gue bilang ini masih gue selidiki sama Yudha. Lo bisa percaya sama kita berdua."
"Percaya? Sama orang yang pernah khianatin abang gue?" Rama berucap sinis. Mendengar ucapan Rama, Andra mulai tersulut.
"Maksud lo apa ngomong kayak gitu?" Balasnya dengan suara lirih, sengaja dipelankan karena Andra tidak ingin memancing pertengkaran. Bukan itu tujuan utamanya mendekati Rama.
"Gue bener, kan?"
Andra tertawa sinis.
"Seenggaknya gue sama Yudha nggak pernah ninggalin Raka kayak yang lo lakuin."
"Lo nggak tau apa-apa, bang. Jaga ucapan lo." Andra ingin membalas perkataan Rama, kalau perlu memukulnya sekalian. Dia benar-benar berubah. Dia bukan Rama yang selama ini Andra kenal. Pantas saja Raka stres luar biasa. Sayangnya hal itu tidak bisa dia lakukan sekarang. Sekali lagi, bukan ini tujuannya.
"Oke, gue minta maaf." Andra menjeda sejenak. "Gue minta maaf untuk kata-kata gue tadi. Juga untuk perbuatan gue sama Yudha ke Raka. Gue minta maaf."
Kemudian perjalanan itu berlangsung hening sampai Rama menurunkan Andra tepat di depan gerbang rumah Andra.
***
Raka sibuk memainkan ponselnya sejak tadi. Ia bosan. Rama bilang akan menjemputnya, sudah setengah jam Raka menunggu, namun tidak ada tanda-tanda adiknya itu akan datang. Ia sudah mengirim pesan, namun belum ada balasan. Sudah menelepon juga, seperti biasa tidak diangkat.
Akhirnya ia malah jadi bertukar pesan dengan Dion.
Raka dan Rama meninggalkan rumah pagi-pagi sekali tadi, sedangkan Dion dan Deva baru saja tidur jam 4 pagi, lalu saat bangun, mereka hanya berdua saja dan Raka hanya meninggalkan sebuah sticky note yang berisi ucapan terima kasih di atas meja makan yang telah tertata rapi dengan berbagai macam makanan.
Karena itulah sejak tadi justru Dion yang memborbardir mengirim pesan pada Raka, menanyakan kondisinya dan lain sebagainya. Raka tidak membalas, tentu saja ia sibuk sekali tadi.
Raka baru sempat membalas pesan Dion setelah jam kantor selesai.
Sekarang Raka mulai jenuh menunggu, ia lalu memutuskan untuk meminta Dion yang datang menjemputnya, sebab tubuhnya terasa sangat letih sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raka & Rama [Jinkook Local Version]
FanfictionBagi Rama, Raka -abangnya- adalah pahlawan. lebih keren daripada Superman atau Batman. Bagi Raka, Rama tetaplah adik kecil yang meskipun ngaku-ngaku sudah dewasa, dia akan tetap ngambek kalau Raka telat pulang kerja.