11. Hold Tight

438 31 14
                                    

***

Setelah kejadian beberapa hari berlalu, kini saatnya untuk kembali sekolah.

"Sha! Natasha" teriak Chase dari ujung koridor sambil berlari mengejar Natasha yang menghindari Chase sedaritadi.

Ia sendiri tidak mengerti kenapa Natasha menghindari dirinya sejak beberapa hari lalu. Seingatnya, Natasha sudah memaafkan dirinya dan mereka sudah berbaikan. Bahkan terakhir kali mereka berbicara, Natasha masih tertawa pada lelucon-lelucon yang ia lontarkan.

Natasha segera berbelok dan memasuki kelasnya, berpikir bahwa Chase tidak mungkin berani untuk masuk ke dalam kelasnya.

Namun pikiran Natasha salah, Chase masuk ke dalam kelas Natasha dan langsung mendatangi Natasha yang sedang duduk di bangkunya.

"Sha, please, dengerin gue dulu"

Tak ada balasan.

"Sha, Sha"

Masih tak ada balasan.

"Maafin gue kalau gue ada salah, setidaknya kasih tau gue salah apa, Sha? Maafin gue dong Sha" Chase langsung menjelaskan hal yang ia ingin sampaikan, meskipun ia tidak yakin Natasha akan peduli.

"Ini masalah yang waktu itu ya? Maafin gue dong.. Kemarin katanya udah dimaafin?? Kok ngambek lagi?" lanjutnya.

"Katain gue apa aja Sha, bodoh, goblok, bego, tolol, gue terima. Tapi please Sha, maafin gue." Posisi Chase saat ini menunduk disamping meja milik Natasha. Suaranya mulai serak dan tertahan, Chase masih berusaha untuk tidak menangis.

Natasha tidak menjawab satupun perkataan Chase. Natasha langsung saja memeluk Chase dengan sangat erat. Chase sendiri panik dan tidak tau harus berbuat apa.

Karena malu menjadi pusat perhatian kelas, Chase menuntun Natasha untuk pergi ke rooftop saja.

"Lo kenapa Sha?"

Natasha hanya menatap Chase dengan mata sendu. Chase segera memeluk Natasha dan tepat dengan itu, suara isakan tangis terdengar.

Chase memeluk Natasha dengan erat dan satu tangannya mengelus kepala gadis tersebut. Tidak ada satupun yang bersuara, mereka menikmati kesunyian dan terpaan angin yang ada.

Melihat pemandangan tersebut, Geo membatalkan niatnya untuk bersantai di rooftop. Ia tersenyum kecut lalu membalikkan badannya.

***

Jam istirahat, kali ini Natasha memilih untuk tetap di dalam kelas. Suasana hatinya belum sepenuhnya pulih.

Mindy, Avi, Shella, Ele, Laura, dan Kenzie pun berkorban. Mereka makan bersama di dalam kelas Natasha, memilih untuk menemani dan menguatkan Natasha daripada menghabiskan waktu bersama para lelaki absurd. Chase juga hadir bersama mereka.

Sambil makan, Natasha menceritakan segalanya.

"Yang waktu itu ketemu di mall, mantan gue"

"WHAT?!" Kenzie berteriak namun suaranya tidak terdengar jelas akibat bakso yang ada di dalam mulutnya.

"Dia ngajak lo balikan?" tanya Avi yang tingkat penasarannya sudah melebihi batas.

"Jelasin yang rinci dong, 1 kalimat doang mah apa atuh" tambah Mindy.

"Dulu dia sering mukul gue kalau gue gak nurutin dia"

"Anjing" satu umpatan lolos dari mulut Chase.
"Lo gak diapa-apain sama dia kan kemarin, Sha? Dia mukul lo lagi? Lo gapapa?" tanya Chase berturut-turut.

"Dia belum sempat ngapa-ngapain kemarin"

"Untung kita cepet nyusul Tasha, guys!" ucap Ele yang sangat lega mendengar jawaban Natasha.

"Dia alasan lo jadi jutek gini..?" tanya Shella dengan hati-hati. Natasha hanya menjawab dengan sebuah senyuman tipis.

"Lo kuat kok, Sha. Lupain aja kejadian kemarin. Cowok emang brengsek" tambah Avi.

"Kalau dia berani ngajak balikan, gue jamin mukanya bakal bonyok" ucap Laura sambil mengepalkan salah satu tangannya dan memasang ekspresi sangar.

Mereka kemudian menertawai ekspresi Laura. "Jelek banget lo"

"Dih, sirik bilang El"

"Gak nyangka gue, penampilannya keren, mana ganteng lagi. Kok bisa gitu ya?" Mindy si pemburu cogan beraksi kembali.

Namun Mindy segera terdiam dan melanjutkan makannya setelah mendapati tatapan sinis dari Natasha dan semua teman-temannya yang lain.

***

Kini para lelaki absurd sedang berkumpul di rooftop. Banyak siswa yang senang bersantai di rooftop, karena mereka bebas merokok disini. Tetapi untungnya, di antara mereka bersepuluh, tidak ada yang merokok. Mereka takut akan dijewer Avi.


Mereka bersantai sambil bercerita dan memandangi langit. Menghabiskan waktu bersama dan bolos bersama.

Chase tiba-tiba bangkit berdiri dan mengajak Geo untuk bicara empat mata di pinggir rooftop.

"EH EH, KEN, Chase mau lempar Geo dari atap!" bisik Lucas heboh, sedangkan Kendra hanya menatap sinis Lucas.

"Temen gue goblok bener" batin Kendra.

"Diem ah lu, bacot mulu, pantesan ga ada yang mau" ucap Alvaro yang sedaritadi risih dengan gerak tambahan Lucas yang tidak bisa diam.

Setelah menjauh dari kawanan mereka, Geo memulai percakapan mereka.

"Apa?" tanya Geo malas.

"Sorry"

"Buat?"

"Sorry kalo gue udah bikin lo sakit hati" ucap Chase. Mereka berdua saling menatap dengan tatapan yang sama-sama tajam.

"Seandainya lo tau tentang hubungan gue ama Tasha, pasti lo gak bakal sakit hati gini kan" lanjutnya.

Geo hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia mengalihkan pandangannya ke arah langit.

"Gue tau lo udah suka Tasha dari kelas 10" Chase berkata dengan tegas. Jantung Geo serasa lompat keluar dari tubuhnya, tetapi gayanya yang cool berhasil menyembunyikan perasaan tersebut.

"Kak Zoella yang kasih tau gue" jelas Chase. Kak Zoella merupakan kakak dari Geo, yang juga merupakan kakak pendamping kelompok MPLS Chase ketika kelas 10 dulu. Sejak saat itu, Chase selalu meminta saran kepada Kak Zoella.

"Bangsat lo"

Ucapan tegas dan tajam itu berhasil membuat Chase terkejut. Tetapi ia tidak berani merespon.

"Lo tau gue suka sama dia, dan lo masih berani deketin dia, pacarin dia?! Gue kira lo temen gue" lanjut Geo dengan nada yang jauh lebih dingin lagi.

Chase terdiam. Begitupun dengan Geo. Mereka berdua berdiri bersampingan dalam kesunyian untuk beberapa detik.

"Lo suka sama dia, tapi gue juga suka sama dia! Terus apa salahnya? Gue berhak buat deketin dan pacaran dengan siapapun. Salahnya ada di lo! Lo yang terlalu pengecut buat nyatain perasaan lo! Jadi jangan salahin gue, karena salahnya ada di diri lo sendiri!" teriak Chase yang sudah tak kuat menahan emosinya.

Chase langsung pergi meninggalkan rooftop. Geo hanya bisa berdiam diri sambil merutuki kebodohannya sendiri. Sedangkan teman-teman mereka yang lain hanya bisa diam, tak berani berkutik sedikitpun.

***

Algerio [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang