12. Family Time

439 38 11
                                    

***

Hingga jam pulang sekolah, Geo masih berdiam diri di rooftop. Bahkan semua teman-temannya telah pulang ke rumah masing-masing. Tetapi Geo bahkan tidak mempunyai energi untuk bergerak dari posisinya.


Sepulang sekolah, Geo langsung pulang ke rumahnya. Dia sangat bingung memikirkan ucapan-ucapan Chase sedaritadi.

"Eh kok baru pulang dek?" tanya Zoella Geovani Dean, kakak kandung Geo.

Geo hanya menatap sekilas kakaknya, lalu berjalan ke kamarnya. Biasanya sepulang sekolah, dia akan bercengkrama dengan kakak dan ibunya terlebih dahulu, namun kali ini dia merasa malas.

TOK TOK TOK.

Pintu segera terbuka dan Zoella segera masuk. "Napa muka lo kusut gitu?"

Seandainya Zoella tidak memberitahukan Chase tentang perasaannya, mungkin Geo tidak perlu pusing memikirkan hal semacam ini.

"Lo cerita ke Chase kan Kak?"

Zoella mengangguk dengan polosnya.

Chase sudah terlanjur mengetahui semuanya, jadi apa salahnya jika Geo kembali curhat ke kakaknya?

"Gue abis mancing emosi Chase" Geo mengacak rambutnya frustasi.

Zoella fokus mendengarkan sambil menatap Geo.

"Dia bilang ini semua salah gue"
"Menurut lo gimana, Kak?"

"Setuju" jawab Zoe dengan santainya.
"Lo terlalu gengsi untuk nerima perasaan lo sendiri, yaudah, salah lo sendiri lah" lanjutnya.

"Gue cuman takut dia nolak gue, kak"

"Lo bukan takut, lo gengsi" Zoella lalu melanjutkan ucapannya.
"Lagian nih ya, lo deketin Tasha bukan langsung di tembak ogeb! Dimana-mana itu orang deketin dulu ampe akrab. Lo malah langsung dor dor, wajar ditolak" 

"Ucapan lo ga membantu, jadi gue harus gimana Kak?"

"Ya akuin salah lo, dan jangan diulangin lagi kedepannya" Zoella menasehati Geo.

Geo hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Dia kehabisan kata-kata.

"Kalau masalah Tasha, relain aja. Dia udah bahagia dengan Chase" Zoella melanjutkan perkataannya.

"Yah kok gitu?!"

"Pikir aja sendiri, punya otak tuh harus dimanfaatin, Geo"

Bel rumah berbunyi, Geo dan Kak Zoe segera turun ke lantai satu dan membuka pintu.

"Hai anak mama!" sapa seorang wanita paruh baya yang merupakan Ibu dari Geo dan Kak Zoe.

Mereka berdua segera memeluk Arletta. Arletta memang sangat sibuk dan sering bepergian ke luar kota untuk mengurus pekerjaannya. Hal tersebut tentu menjadi penghalang untuk Arletta menemui kedua anaknya.

Sejak kecil, Geo dan Zoe dibesarkan hanya oleh ibunya. Ayah mereka meninggal pada saat Geo berusia 5 tahun dan Zoe berusia 7 tahun akibat kecelakaan pesawat.

Oleh karena itu Arletta sangat giat dalam bekerja, demi menafkahi kedua anaknya. Mereka bertiga saling menyayangi dan saling melindungi satu sama lain.

"Mama udah makan?" tanya Geo setelah pelukan mereka sudah terlepas.

"Belum, sayang"

"Yaudah, mama istirahat aja dulu. Biar Geo ama Kak Zoe yang buatin mama makanan" Ucapan Geo tersebut pun langsung disetujui oleh Arletta. Arletta memang sangat lelah.

Arletta segera memasuki kamarnya dan beristirahat sejenak. Sedangkan Geo dan Zoe memasak makanan kesukaan Arletta, ayam goreng dengan saus telur asin.

Setelah masakannya matang, mereka pun membangunkan Arletta lalu makan bersama.

"Gimana kuliahnya Zoe?" tanya Arletta setelah menelan makanannya.

"Lancar mah, nilai Zoe semester ini jadi nilai tertinggi di fakultas kedokteran" Zoe menjawab dengan senyum yang terukir manis. Bangga.

"Kalau kamu Geo? Udah kepikiran mau kuliah dimana nak?" Arletta kembali bertanya dengan nada lembut ciri khasnya.

"Geo pengen kuliah di Aussie, mah. Sekolah udah siapin satu beasiswa ke Aussie. Doain yah, mah, semoga Geo bisa dapetin"

Memang Castellar Highschool menyediakan banyak beasiswa ke luar negeri bagi siswa-siswanya. Sekolah yang satu ini memang sekolah yang tergolong elite dan tidak sembarang orang bisa memasukinya.

"Ayo Geo, kamu harus bisa. Kalau kamu harap uang mama, rasanya gak bakal cukup, biaya kuliah disana mahal" ujar Arletta jujur. Mereka memang hidup dalam kondisi ekonomi yang lebih dari cukup, tapi tetap saja biaya kuliah memakan biaya yang sangat besar.

Geo hanya tersenyum dan berjanji pada dirinya sendiri, untuk belajar lebih giat. Ia tidak mau membebani Arletta terus menerus.

***

Algerio [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang