Jisoo's POV
"Emang apa yang kakak lihat?"
Aku memalingkan wajah dari Shuhua, bagaimana caranya memberi tau dia apa yang aku lihat di lapangan kosong itu?
Aku menghela napas. Dia harus tau, ini semua tentang jiwa nya.
"Aku bakal ceritain sama kamu dek, tapi gak di sini,"
"Ayo kita pulang,"
Shuhua menatap ku, aku bisa tau apa yang dia pikirkan. Di dalam hatinya saat ini pasti sedang memikirkan cara untuk menolak pulang.
"Kalau kamu memang mau tau, ayo pulang,"
Aku menggenggam tali tasku dengan erat. Terlihat Shuhua menghela napas.
"Oke, ayo,"
Shuhua kemudian membereskan barang barangnya dan menggendong ransel hitam miliknya.
Dia menatapku lalu tersenyum tipis.
"Ayo Kak," ucapnya lalu menggenggam tanganku.
Kami pun mulai berjalan menuruni gunung, langit sudah mulai gelap. Perjalanan kami terasa hening, yang terdengar hanyalah kicauan burung dan suara jangkrik.
"Aku setuju kita pulang bukan karna aku mau dengar penjelasan kakak. Ini semua karna aku khawatir sama kakak," ucap Shuhua memecahkan keheningan.
Khawatir? Setelah mendengar penglihatan ku, kamu seharusnya mengkhawatirkan diri kamu sendiri Shu.
Maaf Shuhua.
Third person's POV
Saat Shuhua dan Jisoo sampai di kaki gunung, langit sudah gelap. Bahkan lebih gelap dari biasanya, tidak terlihat satu bintang pun di sana.
"Eh?"
"Kenapa Shu?"
"Punggungku gak sakit lagi kak,"
Jisoo mengerinyitkan dahi. Sedangkan Shuhua meraba raba punggung dan sesekali menepuk nepuknya.
"Lihat, udah aku pukul pukul juga gak terasa sakit,"
"Udah, jangan di pukul lagi. Kita udah tau kan alasan dari itu," ucap Jisoo sambil memegang tangan Shuhua.
Mereka berdua pun memasukkan perlengkapan ke bagasi lalu naik ke mobil. Setelah memasang seatbelt, Shuhua menyalakan mesin mobil.
Sudah 3 kali Shuhua mencoba, namun mesin mobil tetap tidak menyala. Dia mulai kesal.
"Ck, kenapa sih ini?"
Shuhua mencoba sekali lagi namun mesin tetap tidak mau menyala, dengan kesal, Shuhua memukul stir nya.
"Bensin nya masih ada dek?" Tanya Jisoo yang duduk di samping Shuhua.
"Ada kok Kak,"
"Jangan jangan ada yang rusak?"
"Gak mungkin Kak, beberapa Minggu yang lalu baru ke bengkel,"
"Jadi kenapa ya?"
"Ahhh... Gak tau nih,"
"..."
Jisoo kemudian teringat satu hal.
"Shu, coba sini," ucap Jisoo sambil menarik bahu Shuhua mendekat.
Jisoo lalu melepaskan jimat yang tadi dia kalungkan ke Shuhua. Sebenarnya jimat itu berfungsi untuk melindungi Shuhua dari roh roh jahat yang mau mengganggu nya.
"Coba nyalain," ucap Jisoo sambil memasukkan jimat itu ke kantong celananya.
Shuhua pun mengikuti instruksi Jisoo, dia menyalakan mesin mobil sekali lagi. Dan kali ini berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosa Mystica || SooShu
Fanfiction"Aku tidak bisa memiliki mu dengan wujud ini. Aku sangat beruntung karena kamu mengutukku Soojin. Dan hari ini, kutukan itu akan datang tapi bukan sebagai hal yang menyakitkan untukku. Karena akhirnya, aku bisa bersatu denganmu."