Luka

664 147 22
                                    

"Shu..." Ucap Jisoo, memandang lurus ke depan.

"Hmm?"

"Kenapa kamu setertarik ini sama mawar itu?"

"Aku sendiri juga gak tau kak, tapi aku gak bisa lepasin mawar itu dari pikiran aku,"

"Shu, kamu kelainan ya?" Jisoo menatap Shuhua yang mengemudi dengan aneh.

"Hah?"

"Kamu... Jatuh cinta sama mawar itu?"

"Kak..." Shuhua menatap Jisoo sekilas.

"Jangan mikir yang aneh aneh deh, masa kakak bilang aku cinta sama tumbuhan?"

"Ya siapa tau kan? Kamu terlalu lama berhubungan sama tumbuhan hingga akhirnya orientasi seksual kamu agak belok?"

"Hush, jangan ngawur,"

"..."

Skip....

Akhirnya mereka tiba di rumah terbengkalai tempat Shuhua parkir kemarin. Mereka segera mempersiapkan alat untuk mendaki.

"Shu..."

"Ya?"

Jisoo mengalungkan sebuah jimat ke leher Shuhua, membuat gadis itu memandangnya dengan dahi berkerut.

"Jimat?"

"Iya, biar kamu gak di ganggu,"

"Kak... A-"

"Jangan protes, kamu pakek itu juga gak ganggu aktivitas kan?"

"Hhhh, iya deh iya,"

Jisoo lalu menggendong ranselnya dan menggenggam tangan kanan Shuhua erat.

"Siap?" Tanya Shuhua.

"Siap,"

Mereka pun mulai mendaki Gunung Caeli. Karna kemarin mereka melewati jalan yang sama, Shuhua sepertinya sudah hapal jalan menuju mawar itu.

Namun, saat mereka sudah masuk beberapa meter ke dalam hutan, punggung Shuhua mulai merasa nyeri, dia mulai keringat dingin.

Rasa nyeri itu lama kelamaan mulai terasa semakin menjadi jadi, awalnya hanya seperti di gigit semut namun saat ini terasa seperti di cabik cabik.

"Hosh... Hosh..."

"Shu, kamu gakpapa?" Tanya Jisoo sambil menepuk pundak Shuhua.

"Heheh... Gakpapa kok Kak,"

"Yakin? Kamu ngos ngosan lho, kamu capek?"

Shuhua menggeleng.

"Kita istirahat dulu mau?"

"Aku gakpapa Kak, kita lanjut aja,"

Mereka pun terus berjalan memasuki area hutan yang lebat. Karna rasa sakit yang teramat sangat, Shuhua tertinggal beberapa langkah di belakang, dia benar benar sudah kelelahan saat ini.

"Dari sini, kita kemana?" Tanya Jisoo berbalik ke arah Shuhua.

"Lurus,"

Wajah Shuhua sangat pucat, bajunya sudah basah oleh keringat, langkahnya juga sudah tertatih tatih, dia menyokong dirinya dengan tongkat.

"Kak..." Ucap Shuhua lirih, memanggil Jisoo yang sudah jauh di depan.

"Kak..."

Shuhua mendesis saat punggungnya mulai berdenyut sakit.

"Kenapa punggung gua sakit banget? Perasaan dari tadi baik baik aja," batin Shuhua.

"Shuhua! Kamu kenapa?"

Rosa Mystica || SooShuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang