Shuhua meletakkan Soojin di atas lapangan rumput kosong. Dia mengecup lembut kening Soojin lalu melangkah mundur.
"Sampai jumpa Jinjin,"
"Sampai jumpa Shua, hidup dengan baik ya,"
"Iya, demi kamu,"
Soojin tersenyum lalu menutup matanya. Secercah cahaya muncul dari tubuh Soojin dan mengembalikannya ke dalam meditasi selama ratusan tahun, dalam wujud setangkai mawar merah.
Shuhua menghapus air mata yang mengalir dari matanya. Dia tidak boleh menangis lagi, sudah cukup, semua sudah selesai.
"Shu," ucap Minnie, menepuk bahu Shuhua.
"Ayo pulang,"
Shuhua berbalik dan menatap Minnie. Dia menggeleng.
"Soojin adalah rumahku satu satunya Min, mulai sekarang gua akan tinggal di sini, jagain dia,"
"A-apa? Lu bercanda kan?"
"Nggak, gua serius,"
"Tapi.."
"Kalau itu keputusan elu, kita terima," ucap Yuqi dari belakang.
"Qi! Lu kok-"
"Udahlah Min, biarin dia di sini. Paling nanti di terkam singa,"
"Heh!"
"Hahahahaha, bercanda Shu,"
"Bercanda pala lu peang," ucap Shuhua marah.
"Ntar kita anterin kebutuhan elu sehari hari ke sini ya?" Ucap Yuqi.
"Gua bisa cari sendiri kok, di hutan kan banyak buah buahan,"
"Emang lu sejenis monyet kayak Shuhua di sebelah? Manjat aja gak bisa lu, gak usah ngada ngada,"
"Hehehe..." Shuhua menggaruk kepalanya.
"Yaudah yuk, kita pulang," ucap Yuqi kepada Minnie.
"Tapi.."
"Lu mau disini nemenin Shuhua?"
Minnie tediam, membayangkan bahwa dia harus menghabiskan hidupnya tinggal di hutan. Tidak!
"Min, gua udah gak punya apa apa lagi. Apartemen udah di jual, kerjaan udah gak punya. Gak ada lagi hal yang mengikat gua saat ini,"
"Sedangkan elu masih punya banyak hal, nambah satu malah si Miyeon,"
"Pulang sono, gak usah sok setia kawan sama gua," ucap Shuhua lalu mendorong Minnie ke Yuqi.
"Tuh Qi, bawa anak lu pulang,"
"Iya ndoro,"
"Yaudah kita pulang dulu ya, besok kesini lagi," ucap Yuqi.
"He-eh,"
"Jangan nangis lu," ucap Yuqi namun justru dialah yang mulai menangis.
"Apaan sih?"
"Udah ah, gua mau pulang," ucap Yuqi lalu melangkah pergi.
Namun Shuhua berlari ke arah Yuqi dan memeluknya.
"Tenang aja Qi, gua bakalan baik baik aja kok disini," ucap Shuhua, mengelus lembut kepala Yuqi.
"Gua gak khawatir kok sama elu,"
"Hmm iya iya,"
Minnie datang, ikut dalam pelukan Shuhua dan Yuqi.
"Gua bakalan kangen denger kalian berdua berantem," ucap Minnie.
"Gila lu," ucap Shuhua.
Mereka pun melepaskan pelukan. Tinggal di hutan adalah sebuah keputusan yang besar bagi Shuhua, tapi dia merasa bahwa inilah takdirnya.
"Yaudah, kita pulang dulu ya,"
"Iya, hati hati,"
Setelah mereka pergi, tinggallah Shuhua dan Soyeon di sana. Mereka berdua semakin dekat, seiring berjalannya waktu.
Skip....
2 tahun sudah berlalu. Soyeon sudah selesai menjalani hukumannya dan pulang bersama Yuqi, mereka menikah sebulan yang lalu.
Pernikahan Yuqi dan Soyeon dilaksanakan di hutan. Tamunya hanya Miyeon, Minnie dan Shuhua. Bahkan pendetanya pun hampir pulang saat itu, dia pikir mereka hanya main main. Tapi begitulah persahabatan mereka, event event berharga tidak membutuhkan banyak undangan.
Hari ini langit sangat cerah, Shuhua duduk di samping mawar Soojin sambil memandangi langit.
"Jin, lihat! Awan itu seperti gajah," ucap Shuhua sambil menunjuk ke langit.
"Sepertinya ini adalah hari terakhir aku bisa melihat langit itu Jin,"
"Tubuhku semakin lemah,"
Benar, setelah seratus hari bolak balik naik gunung dan menembus segel Miyeon dengan tubuhnya sendiri, tubuh Shuhua menua lebih cepat dari orang normal.
Saat berusaha menghancurkan segel itu, sebenarnya Shuhua menggunakan energi kehidupan dalam dirinya. Itu membuat waktu hidupnya semakin pendek.
Andai saja, saat itu Shuhua merawat tubuhnya dengan baik, makan yang banyak dan tidak berakhir kurang gizi, mungkin dia bisa bertahan lebih lama. Namun saat ini, energi kehidupan milik Shuhua sudah hampir habis dan dia menyadari nya.
"Aku senang, bisa menghabiskan sisa hidupku sama kamu Jin,"
"Aku yakin, kalau saat itu aku nyerah kita gak bakalan bisa ketemu,"
"Aku juga udah denger dari Miyeon, kalau dulu kamu nyuruh dia buat gagalin perjuangan aku,"
"Jahat banget sih hahahaha..."
"Tapi gak akan ada satu hal pun yang bisa buat aku nyerah untuk memperjuangkan kamu Jin, gak ada,"
"Misalkan kamu ngusir aku kayak book sebelah, aku bakalan tetap berjuang,"
"Aku gak akan pernah meragukan cinta yang aku punya untuk kamu,"
Shuhua menghela napas.
"Mungkin di kehidupan ini kita cuma bisa bareng dalam waktu yang singkat Jin, tapi kisah kita di kehidupan ini akan membekas selamanya,"
Shuhua membaringkan dirinya di samping mawar Soojin. Napasnya mulai memendek.
"Seo Soojin, aku mencintaimu,"
"Dan akan selalu mencintaimu,"
"Berapa kali pun aku akan dilahirkan, dengan nama apapun, dengan wujud apapun, aku akan tetap mencintaimu,"
"Terimakasih, karena sudah mau menerima ku dengan semua kelemahan dan kekurangan yang kumiliki,"
Shuhua menghela napas dan menutup matanya.
"Soojin,"
"Sayang,"
"Terima kasih karna udah mengutukku saat itu. Mungkin bagi orang lain sebuah kutukan adalah sesuatu yang menyakitkan, tapi tidak untukku,"
"Dan hari ini, kutukan itu akan datang. Bukan sebagai hukuman tapi sebagai anugerah indah yang bisa kuterima,"
"Karna akhirnya kita akan bersatu selamanya,"
Shuhua menatap mawar Soojin lalu menutup matanya. Tidak lama kemudian, tubuh Shuhua berubah menjadi abu, menyisakan setangkai mawar putih di samping mawah merah Soojin.
Di bawah tanah, akar kedua mawar itu saling bertautan, menyatukan diri mereka berdua.
THE END
______________________________________
Akhirnya SooShu bersatu juga :"
Jangan lupa vote ya beb :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosa Mystica || SooShu
Fiksi Penggemar"Aku tidak bisa memiliki mu dengan wujud ini. Aku sangat beruntung karena kamu mengutukku Soojin. Dan hari ini, kutukan itu akan datang tapi bukan sebagai hal yang menyakitkan untukku. Karena akhirnya, aku bisa bersatu denganmu."