"Wei Shuhua!!!"
Darah Shuhua yang menyentuh dirinya, membangunkan Soojin dari meditasi.
Soojin segera meletakkan kepala Shuhua dalam pangkuannya. Dia menepuk nepuk pipi Shuhua, berusaha untuk membangunkan gadis itu.
"Bangun, Shuhua bangun,"
Air mata mulai membasahi pipi Soojin, menetes ke atas wajah Shuhua yang memucat.
"Bangun..."
Soojin menempelkan dahinya ke dahi Shuhua, merasakan suhu tubuh Shuhua yang perlahan mulai menjadi dingin. Dia mengelus pipi Shuhua dengan lembut.
"Aku menyuruhmu untuk hidup dengan baik," ucap Soojin terisak.
"Kenapa jadi begini?"
"Kenapa kau menyia nyiakan hidup yang kuberikan?"
"Kenapa?"
"Bangunlah Shuhua... Kumohon...."
Soojin memeluk kepala Shuhua dengan erat. Dia menangis dalam diam.
"Seo Soojin," seseorang memanggil namanya dengan lembut.
Soojin mengangkat kepalanya, melihat ke arah datangnya suara. Di sana dia melihat seorang wanita dengan tubuh yang bercahaya memandang sendu ke arahnya.
"Siapa kau?" Tanya Soojin.
"Aku dewi pelindung gunung ini, kau bisa memanggilku Miyeon,"
Soojin meletakkan kepala Shuhua ke tanah dengan perlahan. Dia lalu menghampiri Miyeon dan berlutut di hadapannya.
"Dewi... Selamat kan lah dia, selamat kan lah Shuhua," ucap Soojin dengan tangan terkatup di depan dada.
"A-aku sudah memberikan hidupku untuk menyelamatkan dia,"
"T-tapi... Tapi dia justru mengakhiri nya seperti ini," Soojin kembali menangis.
"Soojin..."
"Maafkan aku, tapi aku tidak punya kuasa untuk membangkitkan orang mati,"
"Apalagi Shuhua lah yang menginginkan kematian ini, tidak ada satu dewa pun yang bisa membangkitkan nya," jelas Miyeon.
Mendengar penjelasan itu, Soojin bersimpuh. Dia memukul mukul tanah di bawahnya, mengutuk semua kejadian yang terjadi saat ini.
"Sekarang kembalilah ke meditasi mu Soojin, sebelum para dewa murka," ucap Miyeon, mengelus kepala Soojin lembut.
"Kenapa aku harus kembali?"
"Shuhua sudah mati, kenapa aku harus kembali meditasi?!" Soojin berteriak.
"Karna itu adalah sumpah mu Soojin, kau sudah memberikan hidupmu pada Shuhua. Tentang dia mau tetap hidup atau tidak, itu ada di tangannya, bukan di tanganmu,"
Soojin menghela napas, berusaha untuk mengatur napasnya yang tersenggal senggal. Dia kemudian bangkit berdiri dan menghampiri Shuhua.
Dia lalu membaringkan dirinya di samping Shuhua. Sebelum menutup matanya, dia menoleh ke arah Shuhua.
"Aku mencintaimu,"
Soojin pun kembali bermeditasi, namun kali ini, darah Shuhua bercampur dengan dirinya, membuat mawar putih berubah menjadi merah darah.
Jisoo mengakhiri ceritanya dengan helaan napas panjang.
Minnie menatap Jisoo dengan mata berkaca kaca sedangkan Yuqi sudah menangis. Shuhua hanya terdiam, entah kenapa dadanya terasa sakit dan sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosa Mystica || SooShu
Fanfiction"Aku tidak bisa memiliki mu dengan wujud ini. Aku sangat beruntung karena kamu mengutukku Soojin. Dan hari ini, kutukan itu akan datang tapi bukan sebagai hal yang menyakitkan untukku. Karena akhirnya, aku bisa bersatu denganmu."