Peringatan 3

598 139 33
                                    

Sudah 7 hari semenjak prajurit itu datang untuk memanggil kakak. Aku yakin saat ini mereka sedang melaksanakan ritual mengerikan itu. Sebenarnya aku tidak mengerti kenapa ayah sekejam itu, tapi aku selalu diajarkan bahwa itu adalah tradisi sekte dari dulu.

Saat ini aku dan kakak sedang duduk di bawah pohon yang rindang, aku berbaring di tanah dan meletakkan kepalaku di pangkuan kakak, sedangkan Kak Shuhua tidur sambil menyandarkan kepalanya di pohon.

Aku sangat menyukai saat saat damai seperti ini, berdua saja dengan kakak sambil menikmati hembusan angin yang hangat.

"Jisoo..."

"Ya kak?"

"Jika aku bertarung dengan ayah, apakah aku bisa menang?"

Aku sediki terkejut mendengar perkataan kakak, aku bangkit dan duduk di samping kakak. Aku menatap wajah nya dari samping.

"Kenapa kakak berkata seperti itu?"

"Aku... Hanya bertanya,"

Aku berpikir sejenak. Kemampuan pedang kakak sangat hebat tapi kemampuan ayah juga hebat. Tapi kalau belum di coba, kita tidak akan tau kan?

"Mungkin kakak bisa menang,"

"Benarkah?" Kakak membuka matanya dan menatapku.

Aku mengangguk sambil tersenyum kepada kakak.

"Kalau begitu ayo pulang," ucap kakak lalu berdiri.

"Pulang?"

"Ya, ayo kita selamatkan anak Seo Dae Hyun itu,"

"Kenapa?"

"Coba kamu pikirkan,"

"Seo Dae Hyun hanya memiliki satu orang anak, dan setauku itu anak perempuan,"

"Bayangkan, seorang anak perempuan berani menyerang ke sini sendirian. Aku yakin dia punya keberanian yang luar biasa,"

Saat itu, aku bisa melihat sesuatu yang berbeda di mata kakak. Sesuatu yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

"Kakak, yakin?"

"Ya, sangat,"

Kakak lalu berlutut di hadapan ku, memegang bahuku dengan lembut.

"Kau tunggu di sini saja, perhatikan baik baik bagaimana aku akan mengalahkan ayah,"

Keyakinan di wajah kakak berhasil melenyapkan semua keraguan dalam diriku. Tidak, aku tidak pernah sekalipun meragukan kakakku.

"Baiklah, aku akan memperhatikan kakak dari jauh,"

Hahahahaha.... Kenapa aku bahkan mengatakan hal itu? Sial.

Lalu, semua kejadian itu terjadi. Aku menyaksikan semua kejadian itu dari jauh tanpa bisa melakukan apa apa. Sial.

Aku... Aku benar benar adik yang durhaka, hanya bisa melihat perut kakakku di sobek dalam diam.

Perempuan sialan itu! Karna dia semua ini terjadi! Dia harus membayar, dia harus membayar nyawa kakakku.

Lalu aku melihat perempuan itu membopong kakak ke tempat latihan kami, apa yang dia rencana kan?

Dia meletakkan kakak dengan perlahan lalu mengelus pipinya lembut. Berani beraninya dia menyentuh kakakku!

Setelah beberapa menit, secercah cahaya muncul dari perempuan itu, membutakan mataku untuk sesaat.

Rosa Mystica || SooShuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang