Awal

52.7K 2.8K 49
                                    

.
.
.

"Pa, Jaehwa belum kembali sampai sekarang." adu Nyonya Jeon dengan raut khawatirnya ketika suaminya baru saja pulang dari kantor.

"Apa anak itu tidak mengirim-mu pesan sama sekali?"

"Aku baru menemukan sebuah surat di kamarnya. Ini dia tulisannya, Pa." Nyonya Jeon memberikan secarik kertas itu pada suaminya untuk dibaca.


'Maafkan aku jika membuat kalian khawatir. Aku pergi untuk sementara waktu, entah sampai kapan. Aku juga tidak tahu kapan aku akan kembali. Yang pasti aku akan baik-baik saja. Jangan khawatir, dan jangan mencariku.'

-Jaehwa-


Tuan Jeon menghela napasnya. Sudah 2 hari putera sulungnya itu pergi tanpa pamit. Sebenarnya apa yang terjadi pada puteranya itu? Ia pun tidak tahu. Selama ini Jaehwa selalu terlihat baik-baik saja ketika di rumah.

"Apa kita perlu menghubungi polisi untuk mencarinya?" usul Nyonya Jeon.

"Aku rasa tidak perlu karena ini murni keinginan putera kita sendiri. Putera kita tidak menghilang, tapi dia memutuskan untuk pergi dari sini sementara waktu. Dia pasti akan kembali, Ma. Dia meminta kita untuk jangan khawatir, dia tidak ingin kita mencarinya." balas Tuan Jeon.

"Lalu bagaimana dengan pernikahannya? Acaranya sebentar lagi akan dilaksanakan. Undangan pernikahan pun sudah tersebar luas, pasti keluarga Kim akan marah dan kecewa jika mengetahui hal ini." ucap Nyonya Jeon.

"Kita akan pikirkan masalah itu bersama-sama."


•••


"Hei, Kook. Sepulang kuliah nanti kami akan mampir ke game center. Mau ikut?" tawar Bambam pada sosok pemuda manis yang duduk sembari membaca bukunya.

"Sepertinya menyenangkan! Baiklah, aku ikut." jawab Jungkook antusias.

"Nah iya, lebih banyak orang akan lebih seru." ucap Mingyu ikut menimpali.

"Apa kalian sudah belajar? Pagi ini kan kita ada kuis bersama Park saem." ujar Jungkook mengingatkan.

"Ah, benarkah itu? Aku lupa." Bambam menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Aku akan menyontek padamu saja." cengir Mingyu, dan mendapat dengusan dari Jungkook.

"Enak saja! Tidak akan kuberikan." balas Jungkook ketus, membuat Mingyu merengut ditempatnya.

"Pelit sekali."

"Jika mau kau harus mentraktirku bermain di game center sepulang kuliah nanti? Bagaimana?" tawar Jungkook. Sedangkan Bambam sudah berlalu dari sana untuk membaca bukunya barang sebentar saja, mumpung dosennya itu belum masuk, ia masih memiliki kesempatan untuk belajar.

Lain hal nya dengan Mingyu.

Mingyu berdecak. "Pintar sekali bocah ini memerasku."

"Ugh, yasudah kalau tidak mau~" Jungkook kembali melanjutkan membaca bukunya.

"Bagaimana jika aku traktir ice cream saja?" rayu Mingyu.

Jungkook masih diam dan sok terfokus pada buku ditangannya.

"Dengan ekstra topping?"

Jungkook masih diam.

"Ukuran cup besar?"

Jungkook masih diam.

"Aku akan berikan dua cup besar ice cream."

Jungkook seketika menoleh dan menatap Mingyu dengan cengirannya.

"Deal! Aku akan memberikanmu contekan sebanyak satu nomor saja. Oke? Iya? Baiklah. Awas saja jika kau melanggar janjimu aku akan menangis dan tidak akan mau diajak main lagi, kau harus mentraktirku dua cup besar ice cream dengan ekstra topping." ucap Jungkook serius.

"Apa?! Kasih conteknya hanya satu nomor saja?" Mingyu ingin protes.

"Yang penting kan dikasih contek." jawab Jungkook santai.

Tahu begini mending tidak usah. Masa iya diberi contekan hanya satu nomor saja.

Jungkook kini kembali terfokus pada bukunya.

Jeon Jungkook, pemuda berusia 19 tahun itu baru saja lulus SMA dan kini baru memasuki masa kuliahnya di semester pertama. Jungkook menyukai permainan game. Walaupun ia suka bermain game, menurutnya pendidikan juga penting. Ia masih suka belajar walau terkadang susah untuk memahami materinya dan akan meminta bantuan pada teman pintarnya untuk menjelaskan.

Jungkook menyukai kebebasan, dan ia tidak suka diatur. Sifatnya sangat kekanakan dan manja, bahkan tanpa ia sadari dirinya suka bertingkah lucu dihadapan orang terdekatnya.


•••


Taehyung sejak tadi memegang ponselnya, masih berusaha menghubungi sang kekasih yang selama 2 hari ini menghilang tanpa kabar.

"Kau kemana, Sayang?" gumamnya lirih.

Kenapa panggilan teleponnya terus diabaikan?

Seingatnya hubungan mereka baik-baik saja sebelumnya, bahkan semuanya berjalan manis seperti biasanya.

Kemana kekasihnya pergi?

Sebenarnya apa yang terjadi?

Sebenarnya apa yang terjadi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Victim「✓」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang