"ya, aku di sini."

364 88 18
                                    

⠀⠀"halo," sapa seungwan langsung ketika mendengar suara gemeretak di telepon setelah satu nada sambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀"halo," sapa seungwan langsung ketika mendengar suara gemeretak di telepon setelah satu nada sambung. "ini seungwan."

"ya, di sini chanyeol," sahut chanyeol di seberang. ia diam sejenak. "wartel asramamu kedengarannya tidak ramai?"

"tidak." seungwan menengok kanan dan kirinya yang nyaris kosong. "kalau hari selasa memang paling sepi. setelah sembilan bulan di sini, aku baru mulai tahu jadwal ramai atau sepinya wartel."

"ooh, begitu rupanya."

"iya."

keduanya terdiam selama hampir dua menit. terdengar bunyi 'tuk' berulang kali, berasal dari kuku jari seungwan yang mengetuk-ngetuk gagang telepon. sementara ibu jari kaki chanyeol bermain-main di atas lantai kayu kamarnya. ia duduk, bahunya tegak ditahan tangan yang bertengger di sisi ranjang. napas mereka terdengar pendek-pendek dan ditahan--keduanya entah gugup, atau semangat.

"seungwan," panggil chanyeol.

"chanyeol," panggil seungwan, di saat yang nyaris sekali bersamaan.

keduanya mengeluarkan tawa tertahan--seperti mendengus. sejenak, sunyi kembali menari-nari di antara mereka berdua.

"ada yang ingin kusampaikan," ucap mereka--yang lagi-lagi--bersamaan. lalu tertawa, sekali lagi.

"kau saja dulu," ujar chanyeol mengalah. dirinya yang sedang duduk di sisi ranjang langsung memposisikan tubuh untuk berbaring. "setelah itu aku."

"eh, kau dulu, chan," tukas seungwan tak mau. "setelah itu aku."

"baiklah. tapi, kau harus dengar baik-baik ya," katanya pura-pura tegas. chanyeol mendekap teleponnya di dadanya yang berdebar tak keruan untuk beberapa saat. lalu diarahkan kembali telepon itu ke telinga. "entah ini benar atau tidak, aku juga masih meragukannya. aku baru sadar setelah kau pergi ke seoul. tapi, seungwan. kurasa, aku memang menyukaimu--"

clang!

"nada sambung itu mengganggu sekali. halo, chanyeol?"

lelaki itu bangkit dari pembaringannya, lalu dadanya bergerak naik dan turun tanpa tempo yang jelas. "ya?"

"maaf, tadi aku harus memasukkan koin lagi." seungwan terkekeh. "tadi kau bilang apa?"

chanyeol menghela napas, bahu yang tadinya tegang langsung turun saat itu juga. ia menggenggam telepon rumahnya dengan kedua tangan, menatapnya nanar, lalu memukul-mukul kepalanya sendiri dengan benda tersebut. frustrasi.

"chan? suara apa itu?" tanya seungwan heran. ia memandang gagang teleponnya sesaat, lalu mengembalikannya di depan telinga. "kau tidak apa-apa?"

wajah chanyeol melesu. "aku lupa mau bicara apa," jawabnya berbohong. "giliranmu. kau mau menyampaikan apa?" dahinya mengernyit mendengar seungwan cekikikan terus-menerus. "ada apa? semangat sekali."

"jangan cemoohi aku," sangkalnya. "janji ya?"

"apa?" chanyeol siap-siap menahan nada senyumnya. "apa yang terjadi?"

seungwan mengeluarkan tawa tertahan, sebelum akhirnya bilang, "aku akhirnya bertemu seseorang."

senyum chanyeol luntur seketika. sesaat, ia mencoba untuk mencerna apa yang baru saja dikatakan seungwan.

"hei, halo?"

chanyeol mengerjapkan matanya. "kau--apa? kau bertemu seseorang?"

"ya," jawab seungwan gembira.

"maksudnya, bertemu, bagaimana? bertemu ketika di toko, atau di halte--"

"bukan begitu." seungwan memukul dinding bilik wartel dengan pelan, salah tingkah. "kau ingat mark yang kuceritakan di surat ketika pesta gimjang asrama? yang memberiku botol minumnya saat mataku pedih karena bawang."

chanyeol memandang sembarang, mencoba mengingat-ingat. lalu, nama 'mark' langsung mencuat di ingatannya. "ya, aku ingat. kenapa? dia menyakitimu?"

"tidak," jawab seungwan, tergelak. "dia menjagaku dengan baik," lanjutnya. "bahkan lebih baik darimu!"

"oh, ya?" chanyeol mengerucutkan bibirnya diam-diam. "bagaimana orangnya? kau kenal dekat?"

"ya. aku mengenalnya dekat. kau tahu, kami sudah berteman sejak masa orientasi dan seminar pertama. kami juga sering bertemu dan jalan-jalan bersama--yah, walau masih di sekitar asrama saja."

seungwan terus berceloteh mengenai mark tuan, si anak rantau dari taiwan yang jago berbahasa inggris karena sempat tinggal di amerika, cara hidupnya yang terdengar superelegan, tingkahnya yang sopan dan santun.

chanyeol diam menahan iri. tak pernah seumur hidupnya ia dengar seungwan sesemangat itu membicarakan perihal lelaki. sejak dulu, kisah cinta seungwan hampir abu-abu. bahkan, hingga mereka SMA pun, seungwan nyaris sekali tak pernah dekat dengan lelaki--selain chanyeol.

"hei, gila! kau ini mendengarkan aku atau tidak?"

tubuh chanyeol terlonjak kaget ketika seungwan berteriak di telinganya. lelaki itu menghela napas panjang. "ya," jawabnya setengah malas. "aku di sini."

seungwan tertawa sebelum akhirnya ia bertanya, "chan, kau tahu apa yang membuatku bahagia?"

tanpa mau berpikir, chanyeol bertanya balik, "apa itu?"

"mark mengajakku pergi kencan!"

i wrote you a letterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang