"negatif."

380 59 18
                                    

⠀⠀kuku-kuku seulgi nyaris memendek karena digigiti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀kuku-kuku seulgi nyaris memendek karena digigiti. ia kelihatan gugup sekali belingsatan di depan kamar mandi, tak kunjung puas mondar-mandir.

"seungwan, kau sudah selesai?" ia bertanya dengan kalimat yang sama untuk kesekian kalinya dalam 10 menit terakhir.

"ya."

jawaban seungwan membuat seulgi langsung mematung. bunyi pintu yang dibuka oleh seungwan membuatnya nyaris menjerit kaget.

"apa hasilnya?" tanya seulgi penasaran. ia masih tak berkutik dari posisinya, menatap seungwan yang menginjak keset di depan kamar mandi. "apa hasilnya, seungwan?"

kepala seungwan yang sedari tadi menunduk terpaku dengan strip yang digenggamnya, perlahan naik dan mengarah pada seulgi.

"negatif," timpalnya, "aku sudah mencoba dua kali. hasilnya negatif, seulgi."

kerutan di dahi seulgi mendalam. "baguslah. kau bisa kesusahan kalau harus jadi ibu hamil sekarang," tuturnya.

seungwan mengembuskan napas keras-keras karena lega. "ya, aku tak mungkin bisa siap hamil di usia muda." seungwan menggeleng. matanya terarah entah ke mana. "dan membesarkan anak tanpa ayah."

seulgi tersenyum iba, kemudian mendatangi seungwan dengan membawa pelukannya di sekitar leher temannya. dengan lekas, seungwan menyambutnya. seulgi bisa merasakan seungwan gemetar. tubuhnya dingin.

"mark meninggalkanku. bagaimana bisa kalau aku hamil dan terpaksa mengurus bayi sendirian?" gumam seungwan. "aku takut."

paham sekali, seungwan sedang ketakutan dan cemas. seulgi bisa merasakannya sebagai sesama perempuan.

seulgi juga paham, seungwan bukan berasal dari keluarga yang kaya raya. gadis itu tidak boleh hilang fokus. prioritasnya sekarang adalah meningkatkan kerja belajarnya agar beasiswa tidak dicabut.

ia tahu, belakangan ini fokus seungwan mulai tidak menentu semenjak berkencan dengan mark yang sering kali mengajaknya jalan-jalan. menurutnya, mark tuan adalah ancaman untuk akademis seungwan. ia jadi jarang belajar dan sering bersantai dengan melakukan belajar sistem kebut--yang mana, menurut seulgi itu bahaya sekali untuk anak-anak beasiswa.

seulgi tidak ingin membiarkan temannya jatuh terlalu dalam dan mengobrak-abrik masa depannya sendiri. apalagi ketika dia baru putus cinta dan dibuat gusar dengan situasi hampir hamil seperti ini, memang tidak mudah, tapi ia tidak ingin seungwan terpuruk.

seulgi berdesis untuk menenangkan hati seungwan, lalu mengusap punggungnya. "kau negatif, seungwan. itu yang terpenting sekarang."

"seulgi, tolong jangan bilang siapapun. aku takut," kata seungwan. bibir dan dagunya menggigil di bahu seulgi.

ada tepukan-tepukan pelan di punggung seungwan. "kau akan baik-baik saja."

seungwan mengernyit sedih. tangan kirinya mengepalkan strip tes terakhirnya kuat-kuat.

hanya ada satu garis di sana.

⠀⠀di pagi yang berkabut itu seungwan tidak tahu kenapa bangun lebih awal dari biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀di pagi yang berkabut itu seungwan tidak tahu kenapa bangun lebih awal dari biasanya. padahal, kelasnya dimulai siang hari ini.

masih pening-pening karena baru bangun, ia merasa mual lagi. entah sudah berapa kali seungwan mencoba mengeluarkan isi perutnya sejak kemarin, tapi hasilnya nihil. hampir sama sekali tidak ada yang lolos dari tenggorokannya.

bagaimana mungkin rasa mual itu terus berdatangan bahkan ketika seungwan negatif hamil?

ia mengusap-usap perutnya sambil duduk di sisi ranjang. untuk beberapa menit ke depan, ia hanya bergeming di sana sambil melihat jendela yang terbuka menguarkan sinar matahari yang masih sedikit-sedikit masuk ke dalam ruang kamarnya.

bagaimana kalau dia sebetulnya hamil betulan? atau, mungkin sakit perut biasa karena kurang atau/dan salah makan? atau sakit pencernaan kronis?

seungwan tidak bisa berpikir apapun yang baik. hatinya gundah gulana hanya memikirkan perihal perut.

sorot matanya melihat bungkus strip tes kehamilan yang masih ada satu di meja belajarnya.

apa dia harus tes lagi?

⠀⠀seungwan nyaris menangis saking kagetnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀seungwan nyaris menangis saking kagetnya. ia sedikit bersyukur masih duduk di atas kloset, sebab bila dia berdiri, seungwan yakin kakinya tidak bisa menopang beban tubuhnya karena terlalu lemas. sendi-sendi di tangannya hampir tidak terasa, memegang strip yang digunakannya pagi ini.

seluruh tubuhnya mendingin sampai kepala. matanya berkunang merabun untuk sekian detik.

tidak mungkin.

kini ada garis kembar di sana.

ia memejamkan mata untuk beberapa menit. yang dirasakannya campur aduk: pusing, sakit, mual, lemas.

gadis itu mencoba menenangkan diri sendiri sambil meraba-raba dadanya. ia menduga, strip merek yang ini mungkin tidak terlalu akurat.

karena tidak percaya, tekadnya bulat untuk pergi ke apotek di luar universitas sendirian, menggunakan bis. karena masih pagi sekali, ia mencari apotek 24 jam yang sekiranya jauh-jauh dari jangkauan teman-teman kampusnya.

ia merogoh kocek untuk membeli 3 strip lainnya. beda dengan dugaannya, hati seungwan jadi tenang sekali ketika berhadapan dengan pegawai-pegawai yang ramah dan tidak menusuknya dengan tatapan menghakimi. bahkan, ia dikenalkan dan dianjurkan untuk membeli merek-merek dagang tertentu karena diulas lebih akurat dibanding yang lain.

pulang dari sana, seungwan lega tidak bertemu teman-teman serumahnya yang masih tidur atau pun lari pagi. ia langsung melarikan diri ke kamar mandi untuk melakukan tes ulang, tiga kali secara berkala.

sekarang, tidak ada mark, chanyeol, mau pun seulgi di sisinya. seungwan tidak menginginkan siapa pun.

ia cuma ingin hasil ketiganya tetap sama seperti kemarin; garis satu.

i wrote you a letterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang