"ada apa sebenarnya?"

292 84 13
                                    

⠀⠀seungwan mendecakkan lidahnya tanda sebal, sambil menanti nada sambung memuakkan itu cepat berakhir untuk yang kesekian kalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀seungwan mendecakkan lidahnya tanda sebal, sambil menanti nada sambung memuakkan itu cepat berakhir untuk yang kesekian kalinya.

ia sudah 2 kali mengantre ulang dan hampir menghabiskan setengah jam di wartel asrama. telepon rumah chanyeol tidak diangkat sedari tadi.

lalu, sesudah percobaan yang keseribu kali, tubuhnya menegak ketika ada suara yang merespons dari seberang.

"halo," panggil seungwan dengan lantang. "chanyeol?"

"halo, seungwan. ternyata kau." seungwan mengangkat alis ketika mendengar suara perempuan yang mengeluari telepon. "kau mencari chanyeol lagi ya?" tanya yoora.

suara seungwan mendadak jadi sopan dan tak lagi lantang. "halo, kak yoora, apa kabar? apa chanyeol ada di rumah?"

"ya, kabarku baik. eh, sebentar ya." yoora bergeming untuk beberapa detik, lalu seungwan mendengar kerisik--seperti lubang telepon yang diusap atau/dan ditutup.

"bilang saja, aku sedang pergi dengan teman-temanku sedari tadi, kak."

seungwan mengernyitkan kening dan menerka setelah mendengar suara chanyeol sayup-sayup.

apa-apaan? jadi, selama ini dia memang mengacuhkan surat dan telepon dariku?

"chanyeol sedang pergi dengan teman-temannya," ucap yoora mengulangi perkataan chanyeol. "aku melihatnya pergi, tadi."

seungwan menggeleng pelan, tidak percaya. bisa-bisanya chanyeol mengajak keluarganya untuk sekongkol demi menghindari dirinya? ada apa sebenarnya dengan lelaki itu? seungwan tak habis pikir.

"seungwan, dia sudah pergi ke kamarnya," bisik yoora tiba-tiba. "aku harusnya tidak berhak memberitahumu perihal ini, tapi aku kasihan padamu. aku tahu kau sudah menelepon berkali-kali kemari."

"ada apa sebenarnya, kak yoora?" seungwan menginterogasi. "aku mendengar suaranya tadi."

"kurasa, dia menghindarimu. dia menitah orang rumah untuk mengabaikan teleponmu," jawab yoora dengan pelan dan waswas. ia mendesis. "aku tidak tahu apa alasannya. tapi, saat tahun baru, dia menggenggam telepon rumah semalaman, hingga ketiduran."

seungwan berdiri mematung dengan dahinya yang dikernyitkan. tak bisa berkata apa-apa. dia masih belum mencerna sepenuhnya dengan apa yang dikatakan yoora.

yoora melanjutkan, "aku sampai tidak diizinkan memakai telepon. katanya, dia menunggu telepon darimu. tapi, tampaknya, selama malam itu, aku tidak mendengar dia menerima telepon apapun. kau tidak jadi meneleponnya? mungkin karena itu, dia marah?"

kontan, matanya melayu sedih. seharusnya, dia menelepon chanyeol pada malam tahun baru. akan tetapi, dia malah asyik bercumbu dengan mark tuan di tengah pertunjukan kembang api kampus. lalu, seungwan mengirimkan surat tentang itu pula kepadanya--tindakan bodoh!

seungwan mana tahu kalau chanyeol menunggunya semalaman. membayangkan lelaki itu tertidur sambil mengeratkan cekamannya di telepon, membuat hatinya lunglai.

"seungwan, kau masih di sana?" suara yoora menyadarkannya.

"ya, kak," sahut seungwan lekas. "aku memang menjanjikannya bertelepon di malam tahun baru, tapi aku kelupaan. aku tidak tahu kalau dia akan sebegitu marahnya."

yoora menghela napas. "kau tahu kan, anak itu memang keras kepala dan gila," katanya, "aku kurang tahu apa yang terjadi di antara kalian. tapi, aku harap kalian cepat berbaikan!"

"semoga saja," timpal seungwan. "ya sudah, nanti kuusahakan lagi. terima kasih, kak yoora. selamat sore."

"selamat sore, seung--"

"hei, kak, kau masih bertelepon dengan seungwan atau bukan?" tanya chanyeol samar-samar di telepon.

seungwan mengulum bibirnya sendiri dan memutar bola mata, membayangkan wajah chanyeol yang mengesalkan ketika bercakap seperti itu.

refleks, yoora tergagap. "ya ampun, dia kembali... bukan, chan, ini temanku--"

bip!

i wrote you a letterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang