"ya, selamat malam."

355 85 14
                                    

⠀⠀dulu, di tahun pertama SMA, ada satu lelaki di kelas chanyeol mendekati seungwan dengan asas romantis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀dulu, di tahun pertama SMA, ada satu lelaki di kelas chanyeol mendekati seungwan dengan asas romantis. selama 3 hari berturut-turut, lelaki itu memberikan seungwan barang-barang aneh yang seungwan sebetulnya tak perlu, seperti: cokelat, soda kalengan, hingga hari ketiga, chanyeol tidak tahan lagi saat seungwan diberi gantungan kunci berbentuk tikus di depan matanya. barang-barang itu berakhir dikonsumsi oleh chanyeol (kecuali bonekanya, tentu saja. ia menaruhnya di gudang seungwan).

"kenapa kautaruh di sana?" tanya seungwan heran pada saat chanyeol melempar gantungan kunci itu ke dalam gudang peralatan rumah tangga seungwan yang sudah diselimuti debu tebal.

"dia memberikannya, berarti dia ingin kau menyimpannya kan? justru, dengan ditaruh di gudang, barang-barangmu akan tersimpan dengan baik," ujar chanyeol sambil menunjuk-nunjuk ruangan itu dan berkacak pinggang, membuat seungwan terbungkam. "lagipula, kenapa bentuknya harus tikus? dia itu menghinamu ya," lanjutnya mencemooh.

semenjak saat itu, chanyeol selalu berada di sisi seungwan setiap hari. namun, gadis itu tak pernah sekali pun melontarkan protes. chanyeol yakin, mereka merasakan hal yang sama. ia merasa bahwa seungwan adalah bagian dari dirinya, begitu pula sebaliknya.

sudah berkenalan sejak 3 bulan sebelum seungwan lahir di dunia, chanyeol menduga-duga, pasti nanti ada saatnya seungwan jatuh cinta pada orang lain--yang bukan dirinya.

"mark mengajakku pergi kencan!"

nada seungwan yang menandakan bahwa ia benar bahagia, membuat hati chanyeol jadi tak berdaya.

"oh ya?" sahut chanyeol, berusaha terdengar senatural mungkin. "aku masih tak percaya, ada yang betul-betul tertarik padamu."

"apa-apaan!" seru seungwan kesal. ia mendecih. "aku ini pertama kalinya mau berkencan. kalau kau kan sudah berpengalaman, dengan gayoung dulu, sewaktu SMA. ada apa kau dengannya? aku tak pernah diceritakan," katanya melanjutkan.

"hei, lancang. jangan bahas tentang moon gayoung. lagipula, aku tak pernah menganggapnya betulan terjadi," sangkal chanyeol, dibalas tawaan dari seungwan di ujung telepon. "kita ini sedang membicarakan kau." lelaki itu mendecakkan lidah. lalu mulutnya menggantung sesaat, sebelum dengan hati-hati bertanya, "seungwan, apa mark tuan itu tahu?"

"perihal apa?" alih-alih menjawab, seungwan malah bertanya balik.

"min... yoongi?"

"ah, iya. yoongi menghampiriku beberapa hari lalu, dia meminta maaf perkara malam itu. dia bilang, dia tidak sadar karena malam itu mabuk ketika kami minum bersama," jelas seungwan cuek. tapi, di dalam nadanya ada keraguan. "aku sempat tak ingin memaafkannya. namun, mark bilang, aku harus merelakan yang sudah kejadian."

chanyeol mengernyit, seraya tangannya yang mengepal dan genggamannya mengerat. "bajingan! mana bisa dia berkata begitu. mark tuan itu tidak mengerti tentang kau!" ia mendengus. "lagipula, sejak kapan kau belajar minum? jangan minum-minum dengan sembarang orang!"

seungwan terdiam mendengar chanyeol yang mengomel di saluran telepon.

lidah chanyeol berdecak keras--ia hampir menggigitnya. "kalau aku ada di sana, aku akan menghajar min yoongi sampai dia bersujud minta ampun."

perempuan itu menghirup napas, dalam hatinya ia memang masih bimbang karena rasanya tidak adil. "aku tidak tahu, chan, sudahlah. lagipula, yoongi tahu kalau dia bersalah. jadi, seperti kata mark, lebih baik disudahi saja... kurasa."

chanyeol menghela napas kasar. yang ia inginkan hanya keadilan untuk seungwan. meski, sebetulnya, 'keadilan' yang dimaksud chanyeol adalah menjotosnya habis-habisan hingga wajahnya babak belur. agar ia tahu, seungwan bukan orang yang tepat untuk disentuh-sentuh sembarangan.

agar dunia tahu, chanyeol adalah orang yang akan selalu berdiri di samping seungwan dan membelanya paling depan.

tak habis pikir, calon pacar baru seungwan itu malahan menganggap remeh terhadap hal yang diperjuangkan chanyeol untuk seungwan. sedikit-banyak bagian dari diri chanyeol sekarang sedang sebal sebab seungwan juga terus-terusan membawa nama 'mark', nyaris di setiap kalimat yang keluar dari bibir gadis itu.

"ya sudah, istirahatlah," suruh chanyeol separuh cuek. "tolong jangan keluyuran dan jangan minum-minum."

"baik, ayah," sahut seungwan bercanda. "aku mengerti."

mata bulat chanyeol melayu. "selamat malam, seungwan."

"ya, selamat malam."

bip!

chanyeol berbaring telentang di ranjangnya, membiarkan tangannya melemas di atas dada beserta dengan telepon wireless rumahnya. sepasang manik mata yang lesu itu memandang langit-langit kamar yang gelap.

chanyeol mengacak-acak rambutnya hingga berantakan. ia frustrasi. terlalu lama di sisi seungwan, sempat menutup mata chanyeol akan hal-hal seperti ini yang bisa terjadi kapan saja.

seungwan menjauh. lalu, ada seseorang yang menyakitinya. ada juga seseorang yang bisa membuatnya jatuh cinta. kemudian, seungwan pasti akan terus menjauh darinya.

chanyeol cuma tahu, di hari nanti, seungwan akan mengalami semua itu.

tapi, yang ia tidak tahu, 'hari nanti' itu rupanya datang sekarang juga.

anehnya lagi, chanyeol malah baru mengakui pada dirinya sendiri kalau selama ini dia jatuh cinta dengan seungwan.

i wrote you a letterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang