"tahu apa?"

297 86 45
                                    

⠀⠀dua koin lolos masuk ke dalam slot, membuat suara dentangan ketika logam-logam itu terbentur dengan tubuh telepon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀dua koin lolos masuk ke dalam slot, membuat suara dentangan ketika logam-logam itu terbentur dengan tubuh telepon. setelah tangan kirinya mengambil alih gagang telepon, jemari kanannya sibuk memencet tuts untuk menghubungi nomor tujuan.

giginya bergemeletuk tak sabaran menggigit-gigit kukunya yang panjang di tangan kanan. matanya ke sana kemari seperti mencari sesuatu, sementara nada sambung terus memenuhi telinga hingga otaknya, sampai dirinya merasa kesal.

"halo."

"chanyeol," panggil seungwan--lebih seperti membentak--setelah suara pemuda itu terdengar. seungwan mendengar chanyeol menghela napasnya kasar. "jangan ditutup, aku sudah menghabiskan dua koin hanya untuk bicara denganmu," ucap seungwan lesu.

"seungwan, sudahlah. kau menelepon terus belakangan ini," katanya malas. "simpanlah koin-koinmu itu. kututup ya."

"aku bilang, kan, jangan ditutup!" gadis itu nyaris berteriak. mereka bergeming. setelah beberapa detik, seungwan kembali berbicara. "kau ini kenapa, chan? bicaralah."

chanyeol tidak menjawab. seungwan kehabisan kata-kata.

di seberang, sayup-sayup terdengar suara perempuan--yang seungwan yakin bukan milik yoora. "seungwan dari SMA? aku mau bicara! kemarikan."

"siapa itu?" tanya seungwan gusar. bukannya dijawab, chanyeol malah memberi alih telepon pada si perempuan di sebelahnya.

"seungwan!" sapanya terdengar riang. "astaga, rindunya. lama tidak mendengar suaramu yang merdu itu."

seungwan tertawa canggung dan bingung. "iya... ini siapa?"

orang itu tertawa, napasnya berisik ketika menembus kuping seungwan, membuatnya bergidik. "ini aku, moon gayoung!"

kernyitan di dahi seungwan bertambah dalam setelah ia menyadari nomor yang ditujunya adalah nomor rumah chanyeol.

sedang apa moon gayoung di rumah chanyeol?

seungwan memikirkan segala kemungkinan yang bisa dipikirkannya. apakah mereka mengerjakan tugas kuliah bersama? tidak, chanyeol tidak pergi kuliah.

atau, chanyeol berencana untuk kuliah tahun depan, makanya ia belajar dengan gayoung? masuk akal. tapi, yang seungwan ketahui, chanyeol tidak suka belajar bersama orang lain. saat masih SMA, beberapa gadis sering menawarkan bantuan jika chanyeol sedang kesulitan dengan PR-nya. tapi, temannya itu terus-terusan menolak dan memutuskan untuk belajar sendiri.

tapi, itu dulu. mungkin saja... chanyeol sudah berubah.

chanyeol yang selalu mendampinginya dan mengikutcampurkan tangannya dengan apapun yang dilakukan seungwan, sekarang malah mengabaikannya. surat-surat tak pernah dibalas. telepon-telepon selalu diangkat oleh keluarganya. sekalinya yang mengangkat adalah chanyeol sendiri, seperti sekarang, laki-laki itu malah ingin segera menutupnya, bahkan, memberi teleponnya pada orang lain.

"hei, seungwan, kau mendengarku?" suara gayoung di seberang menepis jauh-jauh lamunannya. "ini aku, gayoung. moon gayoung."

seungwan menyahut, "ya, aku dengar. apa kabar, gayoung?"

"kabarku baik sekali," ujarnya dengan semangat. "seungwan, aku ingin memberitahumu! ah, kau mungkin sudah diberi tahu chanyeol tentang ini. kau tahu kan?"

"tahu apa?"

"aku dan chanyeol, kami berkencan. baru, sih. tapi, kau sudah tahu kan?"

ia menyesal sudah bertanya. seketika seungwan menelan ludah, mencoba untuk menghilangkan rasa kering yang tiba-tiba terasa di tenggorokan. napasnya terasa sesak sekali.

ia tidak tahu.

"awalnya, seungwan, aku menerka, ada sesuatu di antara kalian. tapi, chanyeol meyakinkanku, tidak ada apa-apa. ia juga bilang, kalau kau sudah punya pacar di seoul dan aku harap kau langgeng..."

selagi gayoung terus bicara, seungwan diam--hampir bengong dan tak mendengarkan. sebagian dari dirinya kesal dan sebagiannya lagi bertanya-tanya. tepat sebulan yang lalu, chanyeol baru menuliskannya di surat, kalau sejak SMA, tidak ada yang terjadi di antara mereka dan kini hanya berteman baik--apa benar? semuanya jadi tidak masuk di akal.

memikirkan itu malah membuat kepala seungwan pusing sendirian.

"halo, seungwan? kalau kabarmu sendiri bagaimana?" untuk yang kedua kalinya, suara gayoung menyadarkan pikirannya yang berkelana ke mana-mana.

"aku harus pergi," pamit seungwan tiba-tiba, tanpa menjawab yang ditanyakan gayoung. "selamat sore, gayoung. sampaikan salam untuk chanyeol."

klak!

tanpa menunggu gayoung menimpali, seungwan langsung memutus telepon dan berjalan mengeluari bilik.

kepalanya terlalu penuh.

ia mendorong pintu wartel dan menemukan sinar matahari sore yang menusuk netranya. matanya jelalatan memandang pelataran menuju asrama wanita yang kira-kira 30 meter di seberang wartel. tatapannya kosong. hidungnya mendengus.

bisa-bisanya, chanyeol menghancurkan hatinya untuk yang kedua kali.

"sayang," panggil seorang pemuda, membuat seungwan terkesiap dan (keseratus kalinya) membuyarkan gumpalan awan yang berada di atas kepala. "kau sibuk?"

seungwan tersenyum tawar ketika mark merangkul tubuhnya. perempuan itu menggeleng pelan. "tidak, mark. antarkan aku ke kafetaria, kau mau?"

"kau lapar, tuan putri?" kata pacarnya itu sambil menuntun tubuh seungwan yang lesu. tangannya menggenggam erat tangan milik seungwan dengan semangat. "ayo kita pergi mengisi perut, agar kau tersenyum manis."

wajah dan tubuh mereka berkilauan disinari matahari yang mengilap oranye. cuaca hari ini tampak gembira. namun, anehnya, tidak dengan hati seungwan.

tapi, seungwan masih punya mark di sampingnya; seharusnya ia tidak apa-apa kan?

tapi, seungwan masih punya mark di sampingnya; seharusnya ia tidak apa-apa kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

<ʷnͬoͥtͭeͤʳˢ>

quick question, apa warna favorit kalian?

i wrote you a letterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang