"dua hari sebelum natal."

316 78 20
                                    

⠀⠀"aku mark tuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀"aku mark tuan. senang bertemu denganmu."

chanyeol langsung memerhatikan wajah mark dengan saksama seolah-olah menandai dahinya untuk dipanah. benar kata kak yoora, wajah orang ibu kota memang lebih bagus dan terawat--tunggu, kenapa chanyeol jadi memujinya dalam hati?

dengan rasa tak enak, tanpa berdiri dari kursinya, chanyeol meraih dan menjabat tangan mark. "park chanyeol," katanya datar, memperkenalkan diri. "duduklah, mark."

mark mengangguk sekilas dan bergumam "terima kasih", kemudian kembali duduk di kursinya yang berada di sebelah seungwan.

serius saja, orang yang membuatnya dan seungwan menjauh selama berminggu-minggu, bisa-bisanya menampakkan diri di hadapannya, lalu menjadi tamu rumahnya yang perlu dijamu? sudah gila!

selama makan malam, tak henti-hentinya mata chanyeol melirik ke arah mark yang kadang mencuri kesempatan untuk bercanda dengan seungwan. sementara seungwan seperti tidak sudi melihat ke arah chanyeol.

selama makan malam pula, orang tua mereka terus mewawancarai mark tuan si-anak-rantau-dan-anak-beasiswa. memuji-mujinya, seolah-olah sedang bertemu selebritas.

dia bercerita, saat libur semester diumumkan, seungwan mengajaknya untuk pergi ke busan, karena mark tidak punya tempat untuk pulang sebab keluarganya yang masih menetap di taiwan.

chanyeol terus menyantap makanannya mangkel, sambil pura-pura mendengar.

mendadak, terlontar pertanyaan dari mulut yoora. "sejak kapan kalian berkencan?"

satu meja makan langsung diam karena canggung.

chanyeol menatap yoora seakan-akan ingin membunuhnya detik ini juga. kenapa kakak perempuannya itu harus membawa topik tentang perkencanan seungwan dan mark, dibanding dengan sejuta topik lainnya?

tak tahan dengan hening yang menari-nari, chanyeol membuka suaranya, masih dengan mulut yang mengunyah. "dua hari sebelum natal."

lagi-lagi satu meja makan terdiam. chanyeol melihat mata mereka yang keheranan atas pengetahuan chanyeol tentang tanggal jadian seungwan dan mark.

"kenapa kalian melihatku seperti itu?" tanya chanyeol dongkol. setelah itu, ia mengedikkan dagunya ke arah seungwan. "aku tidak mungkin tahu kalau dia tidak menceritakannya lewat surat."

"kau menuliskan surat tentang aku?" kelakar mark pada seungwan sambil menyikut lengan seungwan perlahan.

gadis itu tertawa salah tingkah, seraya tangannya menyelipkan rambut ke telinganya. keluarga seungwan dan chanyeol tersenyum-senyum melihat seungwan tersipu, kecuali yoora yang merasa bersalah karena menanyakan sesuatu yang tidak cocok untuk dibicarakan di situasi ini.

dahi chanyeol mengerut sebal. disendoknya makanan di atas piringnya dengan asal, kemudian mulutnya yang besar itu melahap dengan kecepatan super.

sialan! ia ingin malam ini cepat berakhir. ia ingin mark tuan pergi dari hadapannya.

⠀⠀setelah semua piring mereka nyaris bersih, masih diisi obrolan antar orang tua, chanyeol memutuskan untuk pergi dari meja makan dengan alasan ingin mengambil air putih, sebab di meja makan hanya disediakan sekendi teh melati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀setelah semua piring mereka nyaris bersih, masih diisi obrolan antar orang tua, chanyeol memutuskan untuk pergi dari meja makan dengan alasan ingin mengambil air putih, sebab di meja makan hanya disediakan sekendi teh melati.

melihat chanyeol melangkah pergi ke dapur, seungwan bersiasat untuk menghampiri laki-laki itu.

"aku permisi sebentar," katanya pelan, sebelum beranjak dari kursinya. mark memandang tidak mengerti ke arah pacarnya yang tiba-tiba pergi.

yoora mempertontonkan sikap mereka bertiga yang begitu aneh. "oh, tidak," gumamnya lirih. mark menengok ke arahnya, membuat yoora gelagapan. perempuan berusia 24 tahun itu buru-buru mengatupkan mulutnya rapat, menenggak teh yang ada di gelasnya dengan canggung.

di sisi lain, seungwan menemukan chanyeol sedang menekan-nekan dispenser airnya. ketika chanyeol menyadari eksistensi seungwan, lelaki itu langsung terlonjak hingga air di gelasnya tumpah sebagian di bajunya.

ia berdecak, kemudian mengibas-ngibaskan bajunya yang hampir basah kuyup. "kenapa kau harus muncul tiba-tiba begitu? kau mengejutkanku."

seungwan menahan tawanya dengan menutup mulut. lantas ia mencoba mengatur ekspresi wajahnya menjadi datar. "kau saja yang terlalu mudah terkejut."

chanyeol tidak menghiraukannya, ia kembali mengambil air dari dispenser usangnya dan meneguknya sampai habis.

"aku tahu kau marah, karena aku lebih memilih merayakan tahun baru dengan mark dan membuatmu menunggu telepon dariku. aku minta maaf," ujar seungwan sambil merampas gelas yang sedang digenggam chanyeol dan menaruhnya di atas meja dapur. "bicaralah padaku, chanyeol."

chanyeol melirik ke arah ruang makan sembari berkata, "kau tahu aku marah perihal mark? kalau begitu, kenapa kemari membawa mark tuan bersamamu?" matanya menatap seungwan dengan kecewa. "dan kau menjadikannya tamu di rumahku, seungwan. di rumahku. kau bahkan tidak bilang apapun padaku."

"itu permintaan ibumu," potong seungwan, dahinya mengernyit. "saat aku sampai di sini bersama mark, ibumu langsung menghampiriku dan mengajak kami makan malam untuk temu kangen. dia ingin sekali berkumpul lagi."

chanyeol diam sejenak. ia melengos dan mendengus, sementara seungwan menunduk tidak enak hati.

"kenapa kau tak memberitahuku kalau kau akan pulang? kau janji untuk mengabariku," ketus chanyeol. tangannya dilipat di depan dada.

seungwan mengerucutkan bibirnya. "kalau aku menelepon, kau selalu menghindariku. kalau kukirim surat, kau juga tidak balas."

"bukan berarti aku tidak akan membacanya," tukas chanyeol. "mana oleh-olehku dari seoul?"

"tidak ada," gelak seungwan. "aku buru-buru kemari, asal kau tahu."

dia menundukkan kepala untuk melihat wajah seungwan. rambut seungwan yang dulu panjang sudah dipotong menjadi sebahu. kebalikan, kuku-kuku jarinya justru memanjang tak rapi. seperti menyusut, seungwan semakin mungil di matanya.

seungwan terlihat berbeda.

perempuan yang merasa ditatap langsung mengangkat kepala, melihat sahabat sejak kecilnya itu semakin menjulang tinggi bak tiang listrik. di beberapa sisi kulit chanyeol ada yang menggelap sedikit--belang, dibanding terakhir kali seungwan menemuinya. struktur wajahnya juga lebih tegas.

chanyeol terlihat berbeda.

gara-gara terlarut, seungwan tiba-tiba menceplos, "aku sangat merindukanmu."

i wrote you a letterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang