"salah."

716 80 20
                                    

⠀⠀"chanyeol, bantu aku," pinta seungwan seraya membuka oven dan memasang sarung tangan, sebelum akhirnya mengangkat seloyang kue dari dalam oven tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀"chanyeol, bantu aku," pinta seungwan seraya membuka oven dan memasang sarung tangan, sebelum akhirnya mengangkat seloyang kue dari dalam oven tersebut.

dari ruang tengah, chanyeol berlari kecil menghampiri seungwan di dapur. "bantu apa?"

seungwan tersenyum usil seraya menaruh loyang panas itu di meja dapur dengan hati-hati. "tidak ada yang perlu dibantu."

chanyeol menghela napas dengan kasar dan mengendurkan tubuhnya. "seungwan!" rutuknya dengan intonasi marah yang dibuat-buat. "berhenti meminta hal-hal yang tidak jelas!"

"hei," selak seungwan--berkacak pinggang setelah melepas sarung tangan dan melemparnya dengan asal di meja dapur. "jangan sembarangan. ini permintaan adik bayi," katanya sambil menunjuk perutnya yang membuncit sedikit.

kernyitan di dahi chanyeol menandakan bahwa ia terheran. "adik bayi mau mengusiliku? tidak mungkin."

kaki seungwan melangkah mendekati tubuh jangkung suaminya itu dan meraih kedua sisi wajahnya dengan kedua tangan. "mungkin saja."

telapak tangan seungwan meraba-raba bulu-bulu kasar yang mulai tumbuh di sekitar wajah chanyeol. ia sadar, lelakinya itu sudah mendewasa sepenuhnya ketika ada jenggot yang muncul pada wajahnya.

dan, menurut seungwan, chanyeol lebih menarik dengan hal itu.

"cukur," titah seungwan, berkebalikan dengan apa yang dipikirkannya. "aku tidak mau kau seperti santa klaus."

sunggingan senyum nakal chanyeol muncul di bibirnya. "kenapa harus dicukur? kaubilang, kau menyukainya, karena membuat sensasi... aduh!"

chanyeol mengaduh-aduh tatkala seungwan memukuli dadanya bertubi-tubi. "bukan waktunya untuk berbicara hal mesum!"

seungwan berjalan ke arah meja makan dan menatanya dengan buru-buru, sementara chanyeol mengintilinya di belakang.

"omong kosong," ejek chanyeol dan kembali tersenyum, melingkarkan pasang tangannya di sekitar pinggang seungwan dari belakang, lalu menaruh dagu pada bahunya. "kau menyukainya."

seungwan menghirup dan menghela napas berat ketika dagu chanyeol sengaja digerakkan di sekitar lehernya. "chan... geli..."

"hmm?" gumam chanyeol sambil terus meraba ceruk leher seungwan dengan bulu-bulu yang ada pada wajahnya. "kau tahu, seungwan," suara chanyeol terasa bergetar pada permukaan kulitnya, "aku mencintai..."

"mencintaiku?" selak seungwan sambil tertawa. tidak sadar, tangannya berhenti menyibukkan diri di atas meja.

chanyeol terkekeh. "salah. aku mencintai adik bayi."

tawa seungwan terlepas. "aneh." lalu, alisnya mengernyit dadakan. "chan, kalau bayinya sudah lahir, kau akan lebih menyayangiku, atau adik bayi?"

"pertanyaan apa itu?" jemari suaminya mengelus permukaan perut seungwan, tertutup sweater merah yang dikenakannya. "aku akan menyayangi keduanya."

i wrote you a letterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang