"kenapa kau kembali lagi?"

315 65 9
                                    

⠀⠀pagi-pagi, chanyeol yang tengah sibuk mengantar gelas untuk pelanggan, hampir menumpahkan segalanya ketika sorot matanya mendapatkan figur perempuan--yang sangat ia kenal--masuk ke dalam kafe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀pagi-pagi, chanyeol yang tengah sibuk mengantar gelas untuk pelanggan, hampir menumpahkan segalanya ketika sorot matanya mendapatkan figur perempuan--yang sangat ia kenal--masuk ke dalam kafe.

tidak mungkin kalau itu seungwan.

apa dia cuma bermimpi di siang bolong karena terlalu rindu? kenapa dia melihat seungwan?

"silakan." pemuda itu tersenyum sekenanya sambil menaruh gelas-gelas tersebut di meja pelanggan.

ia mengernyit kening sambil melangkahkan kaki ke dalam konter. matanya melirik kanan dan kiri, tapi tak berani menengok ke belakang.

mungkin, dia cuma rindu--namun, chanyeol sadar, kejelasannya terlalu berlebihan kalau memang cuma mimpi di siang bolong!

ketika sampai di konter, ia menepuk-nepuk pipinya berulang kali dan memejamkan mata sebelum akhirnya berbalik badan, mencari sosok seungwan.

ada gadis beraura kusut, duduk dan merundukkan kepala dengan sedih di salah satu meja. tubuh chanyeol tidak berkutik sama sekali ketika menyadarinya.

chanyeol yakin tiga ratus ribu persen, itu memang seungwan.

dia masih tidak percaya sepenuhnya. belum dua bulan sejak perpisahannya di stasiun kereta, untuk apa seungwan pulang tanpa mengirim telepon atau surat dulu?

pasang kakinya berjalan pelan-pelan kepada sosok gadis yang masih saja menyembunyikan wajahnya di atas meja.

ia berdiam diri sejenak sebab bingung.

tangannya menyentuh bahu perempuan itu dengan hati-hati. sedetik kemudian, matanya membelalak seraya napasnya yang ditarik.

"kenapa kau kembali lagi?"

"kenapa kau kembali lagi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀"akalmu sudah hilang?"

seungwan menunduk kuyu di ranjangnya, mendengar perkataan seulgi yang masuk ke telinga. ia tahu, seulgi akan bersikap seperti ini ketika ia memutuskan untuk kembali ke busan secepatnya.

setelah berkali-kali tes, hasilnya tetap sama: ada dua garis. ia positif.

awalnya, seungwan juga tidak mau percaya dan hanya bisa menangis tersedu-sedu di kamarnya. ia ingin menelepon chanyeol, tapi wartel di asramanya lagi-lagi ada gangguan jangka panjang. mentalnya sempat jungkir balik untuk beberapa waktu karena syok.

ketakutan terbesarnya kejadian--ia harus menanggung satu nyawa lagi dan membesarkannya tanpa ayah.

"kau bisa menyejajarkan antara kuliah dan membesarkan bayi, wan." seulgi yang tadinya berkacak pinggang di depan seungwan, kini menggenggam tangannya penuh harap. "kau yakin, kau ingin meninggalkan kuliahmu? kau masih ada beasiswa!"

"aku tidak bisa membesarkan bayi selagi aku kuliah," kelit seungwan, "wanita lain mungkin siap, seul. tapi aku tidak akan sanggup. aku harus mengutamakan salah satunya."

mata sabit seulgi menyayu kecewa. tangannya melepas genggaman. ia bersimpuh di dekat seungwan. "kau... teman baikku di sini."

"kau masih punya joohyun, yerim, sooyoung. dan teman-teman lain dari rumah sebelah," ujar seungwan sambil tertawa. "chaeyoung, jennie, jisoo, lisa. kemudian, nayeon, jihyo--siapa lagi? temanmu banyak sekali..."

"kau benar-benar yakin akan meninggalkan seoul, wan?"

"ya. aku sudah memikirkannya matang-matang."

meski, 'matang-matang' yang dimaksud seungwan adalah: pergi dari seoul tanpa jejak, lalu kembali pada chanyeol--kalau lelaki itu masih mau menerimanya dengan keadaan berbadan dua.

setelah itu, dia tidak tahu lagi akan melakukan apa. intinya, yang kini dibutuhkannya: hanyalah chanyeol.

seulgi bergeming menatap keramik lantai yang menurut seungwan tidak menarik sama sekali.

"kau percaya aku, seul?"

seulgi menghambur memeluk seungwan begitu erat. "iya," timpalnya. "aku percaya pada pilihanmu, seungwan. kau perempuan hebat."

"seul, aku akan pergi seminggu lagi."

"apa? kau tidak mengajukan pengunduran diri?"

"tidak. terlalu rumit untuk mengurusnya." seungwan menaikkan bahu sekejap disertai wajah cuek.

"kau benar-benar gila!" seulgi melepas pelukannya dan menatapnya sebal. "setelah yoongi dikeluarkan, mark kabur ke taiwan, sekarang kau juga kabur. universitas ini kehilangan tiga anak beasiswa berturut-turut. celaka sekali."

seungwan tergelak sejenak melihat ekspresi seulgi. lalu ia berdeham. "aku akan membawa barang-barang yang penting saja, sisanya kutinggal."

"jadi..." seulgi pindah untuk duduk di ranjang, di sebelah seungwan. "apa lagi rencanamu?"

"aku juga akan meninggalkan sepucuk surat untuk teman-teman serumah. aku minta kau untuk berpura-pura tidak tahu saja. kau setuju?"

seungwan bisa tahu, seulgi bergeming, artinya dia ragu. ia juga tahu, temannya itu terkejut, sama seperti waktu ia menemukan ide-ide ini di kepalanya sendiri.

"kau percaya aku, kan, seul?" tanya seungwan memastikan. membuat seulgi mengangkat kepalanya yang kelihatan melemah.

saat seulgi mengangguk, seungwan gantian menghambur ke pelukan seulgi. "terima kasih, seul. aku akan merindukanmu."

"aku yang akan rindu," balas seulgi, membalas pelukannya. erat-erat.

emosi seungwan terdorong tidak tahan kalau tidak mencucuri air matanya di bahu seulgi sekarang juga. terlebih, setelah seulgi mengucapkan kalimat yang jarang ditemukannya dari bibir siapapun di dunia ini--terakhir ia temukan dari bibir chanyeol.

"aku harap kau selalu bahagia, seungwan."

i wrote you a letterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang