⠀⠀doanya seperti dikabulkan. setelah pencarian seunghee yang asal dan acak selama berhari-hari, hingga seungwan hampir menyerah--akhirnya membuahkan hasil juga.
undangan acara pameran malam yang diadakan sanggar lukis yang tertempel besar-besar di papan iklan itu mencuri perhatian seungwan saat ia dan chanyeol terjebak macet.
ada son seunghee di bawah daftar nama partisipan utama. dia masih ingat, kakaknya itu mencintai melukis sedari dulu. dia sudah menduga, bahwa kakaknya pergi ke cheongju untuk mengejar cita-citanya.
seungwan dan chanyeol pulang dengan keadaan lega, tinggal menunggu dua hari lagi sebelum mereka pergi ke galeri seni lukis tersebut.
delapan hari tinggal di rumah sewa yang sempit dan sederhana, chanyeol dan seungwan masih tidur bersampingan penuh canggung--atau, kalau boleh spesifik, hanya chanyeol yang merasa canggung.
sudah dua malam ini, seungwan mulai berani memeluk chanyeol seperti guling dengan tiba-tiba dan membuat lelaki itu hampir terjaga semalaman.
"berhenti menelan ludah," ujar seungwan, terkekeh. "aku mendengarnya jelas." melihat chanyeol masih bergeming, seungwan mengimbuhkan, "hadap aku, chan. sejak malam pertama, kau memunggungiku terus."
pelan-pelan, chanyeol membalik tubuhnya menghadap seungwan dengan ragu. "begini?" tanyanya memastikan.
seungwan tertawa melihat lelakinya bersikap terlalu kaku. "iya. begitu."
"aku tak mau tidur menghadapmu." chanyeol kembali memunggungi seungwan dengan cepat. "tatapanmu membuatku tak bisa tidur!"
"tatapan macam apa?" seungwan tertawa sekali lagi. "hadap aku, chanyeol," pintanya dengan intonasi manja. jemarinya mengetuk-ngetuk pada punggung lelaki itu. "chan..."
pada akhirnya, chanyeol menyerah dan mengatur posisi ternyaman untuk tidur menghadap seungwan. ia memejamkan mata dengan cepat ketika melihat seungwan mengulas senyum.
"tidurlah," suruhnya jutek. "berhenti menatapku."
"bagaimana kalau cium?"
"jangan memancingku, wan."
tanpa tedeng aling-aling, seungwan mengecup bibir chanyeol secara singkat. membuat lelaki itu membuka matanya dengan lekas.
chanyeol menemukan seungwan menempel rapat pada tubuhnya, tersenyum usil. "aku memancingmu."
"berhenti, wan. kau akan menyesal."
"buat aku menyesal, kalau begitu."
dengan segera, chanyeol mengubah posisinya berada di atas tubuh seungwan, mengurungnya dengan kedua tangan.
seungwan justru menantangnya dengan mengalungkan pasang tangannya pada leher chanyeol.
kontan, ekspresi chanyeol berubah menjadi gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
i wrote you a letter
Fanfictionbersahabat dari lahir, chanyeol dan seungwan bagai surat dan prangko. bagai koin receh dan telepon umum. tahun 1999, ketika seungwan pergi ke seoul untuk kuliah, mereka sedikit-sedikit jadi tahu apa rasanya kehilangan dan mulai menyadari ada hal yan...