"apa kabar buruknya?"

310 85 30
                                    

⠀⠀kepala yoora menyembul dari balik pintu kamar chanyeol setelah ia mengetuknya beberapa kali tapi tidak ada jawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀kepala yoora menyembul dari balik pintu kamar chanyeol setelah ia mengetuknya beberapa kali tapi tidak ada jawaban. "hei, adik, aku mau bertanya," katanya sambil tersenyum memamerkan gigi. "wajah orang ibu kota itu memang bagus-bagus ya?"

"apa maksudmu? wajah orang pinggir distrik juga bisa bagus kalau dirawat," bantah chanyeol sambil memetik gitarnya, memainkan melodi-melodi standar. "padahal, kau selalu bilang kalau wajah suamimu itu berkualitas baik."

"betul juga." yoora mengangguk-angguk, lalu melangkah masuk. "oh ya, ada kabar baik dan buruk untukmu."

chanyeol yang sedang memetik gitar di atas ranjang menghentikan aktivitasnya lalu menengok ke arah yoora yang kini menutup pintu.

yoora memelankan suara. "kau sudah berbaikan dengan seungwan?"

"kau sudah berbaikan dengan suami hebatmu yang memiliki usaha rental mobil itu?" ada senyum miring di bibir chanyeol ketika ia bertanya balik.

"kau ini menghina ya?" yoora mendecak dan meringis. "kau pun tahu, aku selalu mengunjungi rumah ketika hubunganku dan suamiku sedang tidak baik."

"pernikahan itu merepotkan ya? masalah kau hilang pekerjaan pun dibesar-besarkan."

"tentu saja krisis finansial itu masalah besar bagi pasangan yang menikah. tapi, pertengkaran bukan akhir dari segalanya, chan."

"kenapa tak kauselesaikan dulu masalahmu, kalau begitu? kau malah kabur ke sini."

"kami cuma menunggu kepala kami sama-sama dingin."

"sekarang, kepalamu sudah dingin belum?"

"chan! aku serius," sergah yoora ketika chanyeol tak berhenti merisaknya dengan pertanyaan-pertanyaan tak berujung. ia melihat adiknya tertawa menang. matanya menyipit sebal sejenak, sebelum bertanya kembali, "kau sudah berbaikan dengan seungwan atau belum?"

"kami tak pernah berbicara lagi sejak... aku tak tahu, beberapa minggu yang lalu? dia juga berhenti mengirimiku surat," ujar chanyeol jujur. "kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"oh, tidak." yoora menutup mulutnya dengan kedua tangan sambil duduk di sisi ranjang chanyeol, menghadap kepada adiknya. "ini akan jadi masalah."

lelaki itu menaruh gitarnya perlahan di ujung ranjang. dahinya mengerut sambil tetap memandang kakaknya. "kau ini kenapa?"

"seungwan pulang, tadi sore, chan," tutur yoora memberi tahu. "kukira, tadinya ini akan jadi kabar baik untukmu."

chanyeol terdiam. dalam dirinya ada rasa senang dan kesal secara bersamaan. ia senang karena sudah punya kesempatan lagi untuk melihat seungwan. namun, ia juga masih kesal dan dendam perihal malam tahun baru.

yang benar saja, chanyeol menunggunya semalaman sampai tertidur dengan telepon rumah, tapi gadis itu malahan bercerita lewat surat perkara percumbuan dengan pacarnya di seoul sambil menonton pertunjukan kembang api?

setelah sadar kakaknya tidak mengatakan apapun lagi, chanyeol bertanya, "lalu, apa kabar buruknya?"

"oh, tidak." dia menarik napas sambil mengecilkan suaranya.

"mau kau besar-besarkan suaramu pun, seungwan tidak akan mendengar," kata chanyeol lantang, risi melihat tingkah lalu kakaknya yang aneh.

"kecilkan suaramu, astaga!" yoora membekap mulut chanyeol dengan satu tangan, lalu ditepis dengan cepat oleh adiknya itu. "kau ini bodoh ya? rumah kita tidak kedap suara." sambil mengernyit kesal, yoora menempeleng kepala chanyeol. "seungwan sekarang ada di dapur bersama ibu!"

chanyeol yang sedang meringis langsung membulatkan matanya. "apa?"

"ya, terkejutlah kau." yoora berdiri lalu melangkah untuk membuka pintu kamar. "ganti baju rombengmu itu! ibu mengajak keluarga seungwan makan malam bersama."

"jadi, apa kabar buruknya?" tanya chanyeol penasaran.

yoora tertawa dengan bibir yang dikatupkan. ia tersenyum usil. "cari tahu sendiri!"

lalu kakaknya yang bertingkah aneh itu mengeluari kamar sambil menutup pintu dengan cepat. karena heran, chanyeol langsung buru-buru mengganti baju dan membawa kedua kakinya keluar dari kamar menuju dapur.

dicarinya sosok seungwan dan ibunya, tetapi nihil.

"kau cari siapa?" tanya ayah chanyeol yang tiba-tiba berada di sampingnya, membuat chanyeol terkejut memegang dadanya sendiri. ayahnya terkekeh. "seungwan dan keluarganya ada di ruang makan. sapalah. ah, dia juga bawa teman."

tanpa menjawab apa-apa, chanyeol pergi ke ruang makan dengan wajah terheran-heran, lalu mendapatkan yoora, seungwan, ibunya, dan ayahnya duduk manis sambil sesekali bercengkerama.

ia bersitatap dengan seungwan, tapi tidak mengatakan apapun. dengan cuek, chanyeol duduk di hadapan seungwan. "paman, bibi," sapa chanyeol kepada tuan dan nyonya son, tanpa menghiraukan keberadaan seungwan. "kak seunghee tidak ikut?"

"dia pergi," jawab ayah seungwan cepat. "agensinya mengharuskan dia pergi ke daegu."

"senang sekali, bekerja jadi pelukis. kalau ada proyek jadi bepergian seperti itu ya," kata yoora kagum.

ayah chanyeol duduk di sebelah anak laki-lakinya. "berarti dia kerja lepas ya?" tanyanya. dijawab dengan anggukan ibu dan ayah seungwan yang hampir berbarengan.

"seunghee pasti bersemangat sekali kalau kerja." ibu chanyeol nimbrung sambil menyiapkan piring-piring untuk mereka.

"iya, dia memang sedari dulu hobi foto-foto," sahut ibu seungwan sambil tersenyum. "bagaimana dengan pekerjaanmu, yoora?"

"masih luntang-lantung," jawab yoora lemas. "aku baru keluar dari pekerjaanku dua minggu lalu."

sambil keluarga seungwan dan keluarganya terus bercakap-cakap, seungwan dan chanyeol justru hanya diam saja sambil memerhatikan. sekali-kali, chanyeol mencuri pandang ke arah seungwan, ataupun seungwan yang mencuri pandang ke arah chanyeol. tapi, tetap saja, mereka saling diam dan tak mengajak satu sama lain berbicara.

chanyeol menatap kursi di sebelah seungwan dengan perasaan mengganjal. seunghee, kakak seungwan, tidak datang. semua sudah ada di meja makan. lalu, kenapa kursi itu dikosongkan?

"permisi."

seseorang masuk ruang makan dan menarik kursi kosong di sebelah seungwan yang sedari tadi membuatnya heran. air muka chanyeol langsung berubah bingung bukan main. matanya menatap yoora, yang duduk di sisi lain seungwan, untuk meminta jawaban.

dia siapa?

tetapi, yoora hanya mengatupkan mulut, menggeleng cepat, dan menunduk. chanyeol paham, kakaknya tahu sesuatu.

"ah, maaf, aku lupa memperkenalkan diri." lelaki asing itu kembali berdiri dan mengulurkan tangannya kepada chanyeol dengan sopan. "aku mark tuan. senang bertemu denganmu."

rupanya, inilah kabar buruknya.

i wrote you a letterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang